Minggu, 12 Februari 2012

Super Junior FanFiction: “How Deep Is Your Love, Jungsoo?”


Super Junior FanFiction: “How Deep Is Your Love, Jungsoo?”
3 hari sebelum debut…
JUNGSOO baru saja minta putus dariku. “Jangan pernah menghubungiku lagi!” begitu katanya. Aku belum bilang setuju, juga belum menolaknya. Aku berdiri mematung tanpa ekspresi. Lidahku kelu tak mampu melontarkan kata-kata. Padahal pikiranku sudah penuh dengan berbagai pertanyaan, otakku sudah bergolak.
Dia menarik tanganku dan dia dekap ke dadanya. Kepalanya menunduk, tubuhnya bergetar. Dia mengeratkan pegangan tangannya padaku. “Menikahlah dengan pria yang lebih baik dariku, Sangmi-ah!”
Aku terkejut. Kudorong tubuhnya dengan tanganku yang masih dia dekap. Mata kananku lebih dulu meneteskan air mata. Kugelengkan kepalaku keras-keras. Masih belum bisa berbicara. Dia maju dan menarik tanganku yang satunya. “Jangan pernah berpikir bodoh untuk menungguku. Karena aku takkan memperdulikan usahamu itu. Aku pria egois. Tak pantas mendapatkan wanita sebaik dirimu. Aku…aku harus pergi. Sampai jumpa.”
Jungsoo menurunkan tanganku dan melepasnya, kemudian ia membalikkan tubuhnya dan beranjak pergi. Aku masih belum bisa berbicara. Lidahku berat sekali untuk digerakkan. Aku terlalu syok. Kulihat dia berjalan menjauh. Jungsoo-ah… Haruskah kau pergi?

Dari punggungnya aku dapat melihat tanggung jawab yang sangat besar. Dan dari punggung itulah aku merasakan kalau dia masih mencintaiku. Tapi kenapa kau lebih menuruti perintah perusahaanmu untuk mengakhiri hubungan kita? Aku tahu seorang idol itu memang harus suci, dalam artian tak boleh memiliki kekasih. Tapi, Jungsoo… Bukankah kau berjanji akan melamarku bulan depan?
Air mataku merembes. Kakiku lemas tak kuat menopang tubuhku. Aku terduduk lemas di trotoar depan sebuah toko eskrim yang kebetulan sedang tutup. “Jungsoo…,” panggilku akhirnya. Aku tahu itu percuma, karena dia sudah menghilang dari pandanganku. Ingin rasanya aku menganiaya lidahku sendiri karena terlambat merespons. Babo! Ya, itulah aku. Napasku terengah-engah dengan air mata terus mengalir, masih berusaha memanggilnya walaupun suaraku mulai menghilang. Berharap sebuah keajaiban datang. Berharap Jungsoo dapat segera muncul di hadapanku. Namun penantianku itu percuma. Jungsoo tak kunjung datang…
YYY
Januari 2010
SUDAH berapa lama aku pisah dengan Jungsoo? Rasanya sudah ratusan tahun. Tapi aku masih bisa melihatnya wara-wiri di televisi maupun di beberapa DVD Super Junior yang sengaja kubeli. Tolol memang. Karena dengan begini aku jadi semakin sulit untuk melupakannya. Tapi memang bukan itu tujuanku. Aku memang sengaja mengikuti perkembangan Jungsoo dan grupnya itu. Aku selalu mengikuti kemanapun mereka perform. Dari satu panggung ke panggung lainnya. Menonton mereka di bangku deretan paling depan. Aku tetap bersyukur walaupun hanya bisa melihatnya sebagai penggemar. Karena memang dengan cara inilah agar aku tak melupakannya. Aku masih mencintainya, dan selamanya akan seperti itu.
Kunamakan diriku ini “Fans Jungsoo No. 1”. Jungsoo…bukan Leeteuk! Harus nomor satu, karena aku mencintainya jauh sebelum ia menjadi seorang idol. Yah, kujadikan tagline tersebut sebagai afirmasi kehidupanku. Karena hanya Jungsoo-lah aku hidup. Dialah alasan mengapa aku bertahan hidup. Aku mencintainya melebihi diriku sendiri.
Pagi ini aku sudah berada di café favoritku untuk bertemu dengan Park Chae Ri. Dia adalah sahabatku sekaligus adik sepupunya Jungsoo. Seperti biasa, dia akan memberikan beberapa barang milik Jungsoo padaku.
“Aku ingin diarinya,” rengekku.
“Kau gila?!” protes Chae Ri, “Diari usang berjamur pemberianmu itu masih ia dekap sampai sekarang. Aku tak berani mengambilnya. Barang-barang yang sekarang kau dekap itu susah payah kudapatkan. Aku harus berbohong pada Jungsoo-oppa untuk memintanya. Jadi, bersyukurlah!”
“Ne. Kamsahamnida, Chae Ri-ah.”
Hanya dialah satu-satunya orang yang masih mendukungku untuk terus mencintai Jungsoo. Aku tahu kalau hal ini hanya memberikan kebahagiaan yang sesaat. Bahwa nantinya aku akan jatuh dengan debam keras atas ulahku sendiri yang selalu memupuk harapan palsu. Aku masih ingat kata-kata Jungsoo, “Jangan pernah berpikir bodoh untuk menungguku. Karena aku takkan memperdulikan usahamu itu.” Kata-kata kejam yang memang seharusnya dilontarkan padaku. Jungsoo tahu bagaimana keras kepalanya aku. Ya, seperti ini… Aku masih menunggunya dengan setia.
“Nanti siang aku tak ikut,” celetuk Chae Ri.
“Wae?” tanyaku terkejut, “Kau yakin tak ingin bertemu dengan Kyuhyun?”
Chae Ri sangat tergila-gila pada Evil Prince itu. Berkali-kali ia meminta nomor hp-nya pada Jungsoo, namun usahanya sia-sia.
“Tak perlu!” sahutnya santai.
Aku mengerutkan kening. Heran…
“Jangan memelototiku seperti itu! Tentu saja aku selalu mencintai Kyuhyun. Hanya saja untuk hari ini aku takkan menghadiri fanmeetingnya…”
“Wae?” teriakku penasaran dan sebal karena kehilangan partner.
“Karena Jungsoo-oppa sudah memberikan nomor hp Kyuhyun tiga hari yang lalu, dan kami sudah memulai pendekatan,” jelas Chae Ri seraya senyum-senyum tak jelas.
Aku terkejut. Mulutku membuka lebar. “Kau bercanda?”
“Tidak sama sekali! Kyuhyun melarangku datang karena ia takut tak bisa menahan diri untuk mengobrol denganku. Ia khawatir penggemarnya yang lain mencurigaiku. Jadi…,” dia bangkit dari kursinya, “…aku pulang dulu. Good luck, Sangmi-ah!”
“Hyaaa~” teriakku padanya namun tak digubris oleh anak bandel itu. “Aish…”
YYY
AKU sudah berada di gedung tempat Super Junior mengadakan fanmeeting. Gugup sekali, karena ini pertama kalinya aku mengikuti acara seperti ini. Sebelumnya aku tak mempunyai keberanian. Tapi kini, aku harus melakukannya. Ada sesuatu yang ingin kuberikan padanya langsung. Sebelum tanggal 14 februari…
Kuberikan tiketku pada seorang penjaga pintu utk dicek, setelah itu aku masuk ke dalam. Kulihat kursi-kursi yang berderet rapi sambil kuperhatikan nomor seat-nya. Setelah berhasil menemukan tempatku, aku duduk melepas lelah dan ketegangan. Hari ini untuk pertama kalinya, aku akan berinteraksi dengannya. Berinteraksi karena di akhir acara akan ada fansign.
Setengah jam kemudian acara dimulai. Para member keluar satu per satu diiringi tepukan riuh dari kami, Everlasting Friends. Acara berlangsung sangat meriah. Aku bisa melihatnya dengan jelas. Walau sebenarnya hatiku sedikit perih karena ia sama sekali tak melihatku.
Acara selesai, kini giliran fansign. Aku mulai mengantri di tengah ingar-bingar kehebohan para ELF. Telingaku sakit rasanya mendengar jeritan mereka tiap kali para member melemparkan senyumnya.
Aku sama sekali tak tertarik ketika meminta tanda tangan kedua belas member lainnya. Rasanya igin kulewat saja. Aku hanya ingin segera sampai di meja paling ujung. Tempat Jungsoo-ku…
Jungsoo menunduk, sibuk menandatangani kertas yang kuberikan. Kuperhatikan senyumnya yang selalu saja membuat hatiku tenang. Merasa ada yang kurang, ia berhenti mengulik tulisannya dan mendongak, “Siapa nama…”
“Seo Sangmi,” selaku datar.
“Sangmi?” ulangnya lirih dengan mulut tetap terbuka. Dia menggelengkan kepalanya pelan kemudian, “Seo Sangmi? Nama yang indah.”
Dia kembali menunduk untuk menuliskan namaku di kertas tersebut. Cih, hebat sekali aktingnya untuk berpura-pura tak mengenalku.
“Ini, silakan…”
Kuraih kertas berisi tanda tangannya yang ia sodorkan. Kemudian kumasukkan dalam tasku sekalian merogoh sesuatu yang ingin kuberikan padanya. “Ini…”
Jungsoo mengerutkan keningnya penasaran, “Apa ini?”
“Yang kuundang Jungsoo, bukan Leeteuk. Arasseo?” Kulangkahkan kakiku menjauhi mejanya. Meninggalkan dia yang tercenung melihat benda yang dipegangnya.
YYY
Februari 2010
HARI ini aku melanggar janjiku. Janji untuk selalu menunggu Jungsoo hingga akhir hayatku. Ternyata aku salah. Tak boleh selamanya aku seperti ini. Aku juga mempunyai kehidupanku sendiri. Aku juga tak ingin mengecewakan keluargaku. Tanggal 14 Februari. Ya, hari ini aku menikah.
“Sangmi-ah,” panggil Ji Oh, “Bagaimana? Sudah siap dengan pernikahan ini?”
“Sangat siap.”
“Aneh sekali rasanya aku jadi suamimu. Ah, yang benar saja…”
Kupukul kepalanya, “Kalau tak mau pergi saja!”
Tiga hari yang lalu aku berhenti sebagai ELF dengan cara keluar dari fansite official Super Junior. Dan aku yakin kalau Jungsoo sudah mengetahuinya. Karena aku memakai nama asliku di sana. Jungsoo, sedang apa dia sekarang?
Saat memasuki bangunan mewah berwarna putih itu hatiku merasa tak tenang. Sudah banyak orang di sana, dan Ji Oh menungguku di altar. Sesekali aku menengok ke belakang. Berharap tamu spesialku datang.
Ji Oh menyambut tanganku saat sampai di altar. Setelah itu kami bersiap-siap mengucapkan sumpah yang akan mengikat hubungan kita dalam ikatan suci.
“Seo Sangmi, apa kau menerima Kim Ji Oh menjadi suamimu?”
Aku tak langsung menjawab, kutengokkan sekali lagi kepalaku ke belakang. Nihil… Aku tak menemukan Jungsoo di pintu masuk. Park Jungsoo, apa kau tak peduli pada pernikahanku? Kau tak terpukul? Seberapa dalam cintamu padaku, Jungsoo?
“Seo Sangmi…”
Aku terkejut. Mendongak ke arah pria tua yang ada dihadapanku. Aku menunduk kembali, berusaha mengulur-ulur waktu untuk menjawabnya. Saat aku akan membuka mulut, kudengar suara hentakan kaki. Kutengokkan kepalaku…
“Mianhae aku terlambat. Silakan dilanjutkan…,” ujar Chae Ri tanpa dosa, membuatku kecewa setengah mati. Bukan dia yang kuharapkan datang.
“Aku…aku…,” ucapku terbata-bata.
“Aku!” teriak seseorang di pintu masuk, “Akulah yang pantas mendampinginya.”
Jungsoo!!!
Ia terlihat sangat berantakan. Wajahnya penuh peluh, pakaiannya kusut, sepatunya mengelupas di permukaan depan. Ia berjalan memasuki ruangan.
Orang-orang yang tak jauh darinya saling berbisik memangil namanya, “Leeteuk. Dia Super Junior Leeteuk!”
“Jungsoo. Aku Park Jungsoo bukan Leeteuk. Aku kemari membawa nama Jungsoo. Nama yang sudah lama tenggelam akan tamaknya popularitasku. Ketamakan itulah yang membuatku dengan bodohnya melepaskan cintaku. Cinta yang pernah kurajut selama hampir tiga tahun kandas hanya karena keegoisanku. Hari ini, tak peduli akan reputasiku. Tak peduli betapa hinanya aku. Aku akan merebut kembali cintaku. Seo Sangmi, jika memang harus ada pertumpahan darah untuk mendapatkanmu kembali, aku akan melakukannya asal kau berada di sisiku!”
“Hihihi,” Chae Ri terkekeh geli.
Plok, plok, plok…
Semua orang yang ada di ruangan itu bertepuk tangan sehingga menimbulkan suara gemuruh.
“Oppa, kau hebat! Hya, Sangmi-ah, kau berhasil. Cukhae… Ji Oh, tugasmu selesai!”
“Ah, syukurlah. Baju ini menyiksaku!”
Jungsoo terlihat sangat bingung. Tak mengerti dengan apa yang mereka bicarakan. Lantas terdengar suara berisik dari arah pintu masuk.
“Kalian?” Jungsoo semakin tak mengerti setelah melihat seluruh member datang.
“Hyung, selamat,” teriak mereka.
“Maaf, aku membohongimu!” ujarku berjalan menghampirinya dan mengaku dosa.
Dia mengerutkan dahinya, “Apa mak… Ahhh…”
“Mianhae…cheongmal mianhae. Aku benar-benar sudah kehabisan akal untuk membuatmu kembali padaku. Hanya dengan cara ini aku bisa mengetahui seberapa dalam cintamu padaku.”
Jungsoo menggetok pelan kepalaku, “Babo!” Lantas ia memelukku erat. Ia membayar semua kesalahannya beberapa tahun belekangan ini dalam sebuah pelukan.
“Kita menikah saja sekarang. Sayang sekali kau sudah capek-capek berdandan,” Jungsoo berlutut di hadapanku, “Menikahlah denganku, Sangmi-ah!”
“I do! I do! I do!” jawabku tak ingin berbasa-basi dan tak ingin kehilangan kesempatan emas ini.
Jungsoo berdiri dan mengeluarkan kotak kecil berwarna biru tua dan membuka penutupnya, “Tadi aku terlambat datang karena mengambil ini dulu,” ucapnya sambil memperlihatkan sepasang cincin indah yang berkilau tertimpa cahaya matahari dari jendela.
Aku tersenyum senang.
“Maaf atas kesalahanku selama ini.”
“Tak ada yang harus dimaafkan,” sahutku, “Jangan ditunda-tunda lagi. Cepat ganti bajumu dan naiklah ke altar!”
Jungsoo tersenyum lebar.
Hari ini akhirnya aku menikah dengan seseorang yang amat kucintai. Bukan hanya Jungsoo yang ada di hatiku, tetapi juga Leeteuk. Mulai kini aku akan berusaha untuk mencintai nama Leeteuk. Nama yang pernah memisahkanku dengannya beberapa tahun silam.
Cinta memang memerlukan banyak pengorbanan. Dan aku mengorbankan banyak waktuku untuk bisa melahirkan akhir kisah indah dengannya. Park Jungsoo, selamanya aku mencintaimu. Dan sekarang aku tahu betapa dalamnya cintamu padaku.
THE END
 


share @superdiya.wordpress.com

Tidak ada komentar: