Minggu, 26 Februari 2012

Super Junior FanFiction: “Get Married″ Part 3



Super Junior FanFiction: “Get Married

Part 3
Ini pertama kalinya aku menginjakkan kakiku di tanah kelahiran Kyu, di pulau Jejudo. Butuh waktu yang panjang untuk sampai disini. Sepulangnya Chaesa, setelah selama dua hari menginap di rumahku dua minggu yang lalu, Kyu setiap hari nampak gelisah dan akhirnya dia mengutarakan kegelisahannya pada orang tuaku saat malam sebelum hari pertama liburan musim panas. Dia sangat merindukan halmeoninya yang saat ini memang sedang sakit-sakitan. Sebenarnya tidak masalah jika dia ingin pulang kampung, yang menjadi persoalan adalah dia benar-benar ingin menghabiskan seluruh liburan musim panasnya di sana, dan dia ingin aku ikut dengannya untuk mengenalkanku pada keluarganya.

Tidak masalah jika di sana hanya 3 atau 5 hari. Aku tidak ingin menghabiskan seluruh liburanku di sana, tetapi kedua orang tuaku mendukung keinginan Kyu dan aku dengan berat hati menuruti.
“Ahjumma, oppa datang,” teriak Chaesa saat kami sampai di gerbang rumah, dia segera menghampiri kami dan membantu membawakan tasku.
“Kyu, kau pulang nak?” sambut eomonim, dia segera memeluk Kyu dan tidak memperdulikanku.
“Hhhh,” desahku melihat pemandangan ibu dan anak itu. Aku memperhatikan bangunan rumah yang tampak kuno, entah sudah berapa ratus tahun rumah ini berdiri.
“Eonni, bagaimana perjalananmu? Wah, kau tampak kelelahan sekali. Aku senang akhirnya eonni datang juga kemari,” kata Chaesa.
“Ya, aku sangat lelah . Bisa kau antar aku langsung kekamar? Kumohon…” pintaku memelas.
“Hahaha. Eonnie, kau ini payah sekali,” ejeknya dan aku hanya tersenyum mendengarnya.
@@@
Makan malam pertama ku dengan keluarga Kyu berlangsung dengan kecanggungan menghadapi keluarga Kyu. Walau abeonim dan halmeoni menyambutku dengan hangat, tetapi tidak bagi eomonim. Ia malah dingin terhadapku, mungkin ia masih tersinggung dengan ucapanku saat hari pernikahan dulu. Tetapi pada akhirnya ketika aku hendak masuk kekamar untuk tidur, dia mengajakku bicara juga walau lebih tepatnya dia memerintahku untuk bangun cepat.
“Chae Ri, besok kau harus bangun jam 5 pagi. Kau harus membantuku!” perintahnya tegas sekali.
Ah, pagi sekali!!! Aku hanya bisa menganggukkan kepala pasrah.
“Apa yang kaulakukan, Chae Ri?” Tanya Kyu saat aku sedang mengatur alarm di jam wekernya. “Kau tidak lihat aku sedang mengatur alarmnya?” sahutku ketus.
“Hahaha… Tidak biasanya.”
“Ini karna ibumu yang memintaku supaya bangun cepat.”
Kyu mengambil jam wekernya dari tanganku, sepertinya dia tau kalau aku kesulitan mengatur alarmnya. “Mengatur ini saja kau tak bisa, bagaimana nanti kau bisa membantu ibuku. Hya, untuk apa memakai weker? Kau kan punya hp. Atur saja alarm hpmu! Lagipula barang ini sepertinya sudah mulai rusak.”
“Oh, iya.” Aku menepuk jidatku. “Aishh, kenapa aku bisa sebodoh ini?” umpatku masih sambil memukul-mukul kepala, tetapi Kyu langsung menarik tanganku.
“Kau akan makin bodoh jika kebiasaan burukmu ini kaulakukan terus. Dan berhentilah mengatai dirimu bodoh, kau tidak sadar sedang mengutuk dirimu sendiri?” dia mulai menceramahiku.
“Mmm, oke! Tapi bisakah kau lepaskan tanganku? Kau mencengkramnya kuat sekali dan itu cukup menyakitkan.”
“Ah, mianhae.”
“Gwaenchana. Aku tidur duluan, ya.”
“Chae Ri…”
“Hmm… Wae?”
“Gomawo. Kau mau ikut denganku kemari.”
“Ne, aku terima. Hehehe…” Dengan cepat aku menutup mataku. Sejak ia menanyakan perasaanku padanya waktu, aku mulai merasa cemas bila kami berada di suasana yang menurutku menuju ke arah romantic. Aku takut dia mulai bertindak aneh lagi.
@@@
“Hoaaammm…” Aku menguap lebar membuat Chaesa tersenyum melihatku sementara eomonim berkacak pinggang. Wajahnya benar-benar menyeramkan, seakan aku pernah menyiramkan air panas kepadanya.
“Chae Ri-ah, kemari!” panggilnya dengan nada memerintah. Aku segera mendatanginya.
“Kau bantu Chaesa membersihkan kandang ayam, setelah itu cabuti semua rumput di belakang kandang, cepat kerjakan sekarang!”
“Ne?! Me-membersihkan kandang ayam dan mencabuti rumput?! Eomonim, kau bercanda?!” pekikku. Chaesa dengan cepat menarik tanganku, menggiringku kekandang ayam karena sepertinya eomonim akan berteriak memarahiku. Oh, Chaesa… Dia menyelamatkanku dari badai besar.
“Eonni, kau jangan berkata seperti itu lagi! Kau lihat kan wajah ahjumma? Kalau kau tidak kutarik, kau pasti sudah habis dimarahinya.”
“Huh… Aku kan tidak pernah melakukan ini. Hiaaakkksss, bau sekali kandang ini…”
“Eonni, mianhae… Eonnie duduk saja di sana, biar aku yang membersihkan sendiri.”
“Mana bisa begitu. Aku akan membantumu, pekerjaan akan lebih ringan jika dikerjakan bersama, kan?”
Chaesa tersenyum, “Eonni, Gomawoyo. Kita bersih-bersih sekarang, kasha!” ajaknya.
“Okay, let’s do it!”
Kami bekerjasama membersihkan kandang dan mencabuti rumput, sungguh pekerjaan yang berat bagiku. Tetapi kulihat Chaesa melakukannya dengan telaten, pastinya dia sering melakukan pekerjaan ini.
@@@
Tidak terasa seminggu sudah aku berada di sini. Aktivitasku benar-benar padat dirumah ini dan herannya aku mau melakukan pekerjaan-pekerjaan yang tidak pernah kulakukan sebelumnya di Seoul. Aku membantu mencuci, memasak, membersihkan rumah, membantu membersihkan halaman, memberikan makan hewan ternak dan berkebun. Dalam waktu seminggu aku berhasil menggelapkan kulitku! Chae Ri yang biasanya selalu bersantai, bangun jam 1 siang di saat libur, sekarang menjadi Chae Ri yang rajin dan yang selalu bangun pukul lima pagi. Eomma pasti akan langsung memekik girang jika dia melihatku seperti ini. Eomonim benar-benar mengerikan, dia mampu mengubahku dan aku benar-benar takut padanya. Melihatnya tersenyum pun aku takut, syukur ada Chaesa yang selalu membantu dan mendengarkan curhatku. Tiba-tiba saja kami menjadi sangat akrab, sementara Kyu…. Huh! Dia tidak pernah membantu. Dia menjadi anak emas di rumahnya. Yang dilakukannya sepanjang hari jika tidak membaca buku, pasti berada di depan komputernya. Entah apa yang dilakukannya, yang jelas aku tidak yakin dia sedang belajar.
@@@
Ini sudah minggu keduaku di Jejudo, tapi aku tidak pernah keluar rumah. Eomonim selalu menyuruh-nyuruhku. “Oh Tuhan…kenapa kau beri aku mertua sekejam dia?” keluhku dalam hati. Padahal aku sangat ingin mengelilingi pulau, di liburan kali ini aku sama sekali tidak bisa bertamasya. Padahal orang tuaku justru sedang bersenang-senang di Okinawa. Aku sangat ingin mandi di Onsen!!! Aku tidak tahan lagi, aku segera ke kamar mengajak Kyu berbicara.
“Cho Kyuhyun… Ajak aku jalan-jalan!”
“Baiklah,” sahutnya, “Ayo siap-siap, kita pergi sekarang.”
Aku terkejut dengan reaksi Kyu yang begitu cepat. Dalam hati aku berpikir, kenapa tidak kuajak dari dulu? Dengan cepat aku mengganti pakaianku dengan skinny jeans, tanktop yang ditimpa lagi dengan cardigan pink favoritku. Kemudian menutup kepalaku dengan topi golf. Aku juga membawa baju ganti untuk berjaga-jaga. Oke, aku sudah siap mengelilingi Jejudo.
Aku segera menyusul Kyu ke teras rumah, kulihat dia sedang menyiapkan motornya.
“Kyu, kau bisa menggunakan itu?” tanyaku seraya menujuk motornya.
“Tentu saja. Ini, cepat pakai helmmu!”
“Wow, asyik. Kita bisa mengelilingi pulau…” teriakku girang sekali.
“Chae Ri, kau benar-benar ingin mengelilingi pulau? Kau tau kan ini pulau terbesar di korea, itu tidak mungkin.” protes kyu memojokkanku dengan gaya sok-nya di atas motor.
“Jadi, kau akan mengajakku kemana?”
“Tentu saja ke pantai.”
“Kyaaa… Asyik!” pekikku semangat. Aku segera duduk di boncengan, memegang pinggangnya. “Ayooo, berangkat, Pak! Tapi jangan ngebut ya!”
“Maaf nyonya, tapi kita akan melaju dengan kecepatan penuh, jadi pegangan yang erat ya,” sahutnya sembari menarik tanganku sehingga aku jadi memeluknya.
“Idih, kau genit sekali, Kyuhyun!” protesku sambil tetap mengalungkan tanganku di pinggangnya.
“Hahaha… Aku kan hanya memanfaatkan kesempatanku“
Aku dan Kyu pun ke pantai menikmati laut selatan. Setelah puas bermain di pantai, Kyu mengajakku ke air terjun untuk berfoto ria, dan pemandian air panas. Lalu kami makan malam berdua. Benar-benar hari yang menyenangkan dan melelahkan. Sesampainya di rumah, kami langsung tertidur. Nyenyak sekali…
@@@
“Eonni, wah… Kau pasti gembira setelah seharian bersenang-senang dengan Oppa,” ujar Chaesa setelah mendengarkan cerita tamasyaku dengan Kyu.
“Tentu saja. Berminggu-minggu di sini tetapi baru bisa menikmati keindahan Jejudo kemarin. Aku benar-benar gembira. Ternyata pulau ini sangat indah.”
“Ya, apalagi jika menikmatinya dengan pasangan jiwa. Aku tak menyangka Kyu-oppa sangat romantis. Ahhh… Aku pasti akan segera mendapat keponakan,” godanya.
“Apa maksudmu? Kau tidak akan mendapat keponakan dalam waktu dekat. Aku tidak akan berhubungan badan dengan pria sebelum usiaku 22 tahun.”
“Ne?! Jadi kau dan oppa belum pernah…melakukan ‘itu’? Kalian kan tidur sekamar. Bagaimana dengan berciuman? Pasti pernah, kan? Dan lagi, apa eonni sudah membuat kesepakatan ini dengan oppa?” tanyanya terheran-heran dan aku hanya menggelengkan kepalaku, “Aigoo… Malangnya oppaku. Eonni, kau ini istri yang kejam. Walau bagaimanapun, Kyu-oppa juga seorang namja! Pasti sangat sulit sekali menahan hasratnya ketika…”
“Bagaimana mungkin aku dan kyu melakukan semua itu tanpa cinta! Aku dengannya tidak saling mencintai, karena itulah walau kami tidur bersama, tidak pernah terjadi apapun,” potongku, “Sudahlah kita tidak usah membahas ini lagi, membuatku muak saja. Bagaimana denganmu? Kau sudah bilang sama eomonim kalau kau tidak tahan dengan sekolahmu? Kau sudah mengatakan kalau kau akan ikut denganku ke Seoul dan melanjutkan sekolah disana ‘kan?”
“Belum,” sahutnya, “Aku takut ahjumma marah. Lagipula siapa yang akan membantunya jika aku pergi?”
“Tapi, jika tidak mengatakannya kau akan menyesalinya seumur hidup. Kau tahu kan sekolah itu tak cocok denganmu? Bakatmu di musik tidak akan tersalur disana, aku sudah berbicara dengan appa dan dia sudah memilihkan sekolah yang cocok untukmu. Sekarang tinggal keputusanmu saja, Chaesa.”
“Eonni, beri aku waktu 2 hari! Aku pasti akan memutuskannya.”
Aku hanya bisa menganggukkan kepala menyetujui keinginanya. Chaesa, dia lebih muda setahun dariku, dia masih tingkat satu. Dia mempunyai bakat luar biasa di musik. Aku mengetahuinya ketika melihat dia bermain piano dan kejeliannya dalam menangkap nada. Chaesa memiliki ketajaman irama dan sungguh disayangkan dia malah bersekolah di sekolah umum, bukannya sekolah khusus musik.
@@@
“Huhuuu… Kakiku sakit sekali,” rintihku sembari memijat kaki yang terkilir karena aku baru saja terperosok ke dalam lubang, “Aku tidak mau mati disini. Seseorang, tolong aku!” Aku mencoba berteriak, berharap ada yang mendengar dan menolongku. “Huh… Ini semua gara-gara kau, Ayam bodoh!” umpatku pada Ayam jantan merah yang ada disampingku. Ayam itu hanya duduk diam.
“Hey, kenapa kau malah duduk disana? Bantu aku dong, ini semua gara-gara aku mengejarmu. Kenapa sih kau harus kabur dari kandangmu?” Aku mulai menangis, “Dasar ayam bodoh! Aku juga bodoh… Kyuhyunnie, tolong aku!” Saking lelahnya, aku pun tertidur.
2 jam sebelumnya…
“Kau ingin sekolah di Seoul?! Lalu siapa yang membantuku di sini? Kau tahu kan hanya kau yang membantuku mengurus rumah setelah Ahra menikah dan ikut suaminya?! Apa gunanya kau sekolah musik, jika nanti ketika menikah kau juga hanya akan bekerja didapur,” marah eomonim pada Chaesa.
“Ahjumma, jwaesonghamnida. Tapi aku ingin mewujudkan cita-citaku. Kumohon izinkan aku! Di Seoul nanti aku akan tinggal di rumah Chae Ri-eonni. Orang tuanya sudah memilihkanku sekolah yang baik. Aku akan belajar giat agar mendapat beasiswa sehingga aku tidak terlalu membebani ahjusshi,” bujuknya.
“Oh, jadi kau berani seperti ini gara-gara Chae Ri?” telunjuknya mengarah padaku, dan dia juga mengalihkan pandangannya padaku, “Kenapa kau menghasutnya untuk pergi dari sini? Kau ingin aku mati kelelahan karena bekerja sendirian sehingga kau tidak punya ibu mertua yang selalu menyuruh-nyuruhmu, ya?” teriaknya memarahiku.
Aku benar-benar kesal kali ini. Akupun langsung membantahnya, “Aku tidak menghasutnya, aku hanya ingin Chaesa bisa mewujudkan cita-citanya. Dia punya bakat besar sungguh sangat bodoh jika dia tidak menyalurkannya. Tidak seharusnya dia berkutat di kandang ayam yang bau dan kotor. Tempatnya adalah panggung musik, melakukan recital, bukannya mencabuti rumput! Kyu boleh bersekolah di Seoul, kenapa Chaesa tidak, lagipula aku heran dengan rumah ini… Kyu begitu dimanja, tidak melakukan dan membantu pekerjaan rumah apapun. Kenapa seperti itu? Apa karena dia laki-laki sehingga tidak apa-apa jika tidak membantu? Kenapa kau pilih kasih memperlakukan mereka? Kau tidak adil.” Aku melihat tangan eomonim sudah hendak menamparku tetapi Kyu menahannya.
“Eomma, kumohon jangan lakukan ini. Chae Ri istriku, eomma tidak berhak menamparnya,” cegah Kyu, “Chae Ri, masuklah kekamar, tenangkan dirimu!”
Aku segera masuk kamar, aku memang salah telah berkata seperti itu, tapi aku sakit hati dengan sikap pilih kasih eomonim. Aku segera mengemasi barang-barangku. Aku akan pulang hari ini juga. Kulihat Kyu masuk kemudian duduk disampingku.
“Chae Ri, kumohon jangan begini!” pintanya. Dia mengeluarkan lagi baju yang sudah kumasukkan ke dalam koper. “Bicara dengan emosi tidak akan menyelesaikan masalah. Eomma sangat keras, kau harusnya lembut padanya. Aku tidak mengizinkan kau pulang sebelum kalian berbaikan.”
“Aku tidak peduli, aku akan tetap pulang hari ini. Aku tak perlu izinmu. Kau jahat kyu, kenapa kau bisa setega itu pada sepupumu. Kau tahu? Di saat kau masih tidur, Chaesa sudah bangun untuk membantu ibumu, dia melakukan segala pekerjaan sementara kau kau malah menghabiskan waktu dikamar? Apakah itu contoh saudara yang baik? Kau egois, hanya ingin dirimu saja yang sukses, tidak memikirkan orang lain,” sungutku penuh emosi. Kulihat Kyu hanya terdiam mendengar perkataanku.
“Aku memang salah. Mianhae…”
“Kenapa meminta maaf padaku? Kau harus mengatakannya pada Chaesa!”
“Ani… Aku minta maaf karena sikapku sudah membuatmu gusar. Kumohon jangan pergi Chae Ri, kita bicarakan masalah Chaesa sekali lagi, kali ini aku akan membantu kalian,” bujuknya sambil tersenyum.
Aku pun melunak, kususun lagi pakaianku ke dalam lemari. Setelah selesai, aku dan Kyu mencari eomonim. Chaesa mengikuti kami dari belakang dan akhirnya kami menemukannya berada di kandang ayam.
“Chae Ri, kenapa kau biarkan pintu kandang terbuka, bukankah tadi pagi aku menyuruhmu? Kau lihat, ayam-ayam itu sudah kabur,” pekik eomonim memarahiku.
“Mianhae…,” sahutku panik.
“Tidak ada maaf sampai semua ayam kembali.”
Aku, Kyu, dan Chaesa akhirnya saling membantu untuk menangkap ayam-ayam yang kabur. Sampai akhirnya semua ayam sudah kembali ke kandang dan eomonim mulai menghitung. “Kurang satu ekor,” ujarnya sinis.
“Ne?” sahut kami bersamaan.
“Chae Ri, kau cari diluar! Kyunnie, kau ikut aku. Dan Chaesa, tugasmu memasak. Ahjusshimu tidak lama lagi akan pulang,” perintah eomonim membagi tugas.
“Eomma, aku akan ikut Chae Ri,” pinta Kyu.
“Andwae! Biar dia lakukan sendiri, kau bantu aku!”
Aku pergi ke luar rumah mencari ayam yang kabur itu sampai akhirnya, aku menemukannya dan kemudian aku berada di lubang ini berdua dengan ayam itu.
@@@
“Chae Ri, sadarlah!” Aku mendengar suara memanggilku, aku mengenali suara ini, ini suara Kyu. Aku membuka mata, “Syukurlah. Chae Ri, gwaenchana?”
Aku melihat diriku sudah tidak di dalam lubang itu lagi dan langit sudah gelap. Aku tak ingat berapa lama aku tertidur di lubang itu. Dan Kyu sudah menolongku, kulihat di belakangnya ada eomonim dan Chaesa yang tersenyum lega.
“Kyu, kakiku terkilir.”
“Aku akan menggendongmu,” sahutnya. Entah kenapa aku merasa senang sekali.
“Oya, mana ayam yang tadi kutangkap? Tadi aku dan ayam itu jatuh bersama. Kau melihatnya, Kyu?”
“Itu bukan ayam kita. Chae Ri, mianhae. Ternyata appa sudah membawa satu ayam tadi pagi ke pasar untuk dipotong, sekarang ayam itu sudah ada di meja makan.”
“Jadi…” Aku tak bisa melanjutkan kata-kataku, karena aku langsung pingsan saking syoknya.
@@@
Aku, Kyu, dan Chaesa sekarang berada di kapal dalam perjalanan kembali ke Seoul. Akhirnya eomonim mengizinkan Chaesa bersekolah di Seoul. Aku senang bukan kepalang saat eomonim mengatakan bahwa dia menitipkan Chaesa kepada ku, aku berjanji padanya akan menjaga Chaesa dengan baik. Sebelum kami berangkat eomonim membungkuskan kami banyak makanan, sekarang aku sadar betapa sesungguhnya dia sangat menyayangi kami dan betapa dia sangat kesepian saat kami tinggalkan. Aku meminta maaf padanya karena sudah berkata kasar dan dia menangis saat mendengar permintaan maafku.
“Chaesa, sekarang kau akan tinggal di rumahku, aku senang sekali.”
“Eonni, gomawoyo. Ini semua berkat eonni,” sahutnya girang.
“Aku senang sekali sekarang punya teman main di rumah. Huh, tapi sayang Siwon-ahjusshi juga tinggal bersama kita. Ah, aku ingin dia kembali ke asramanya.”
Chaesa langsung kehilangan senyumnya saat aku mengatakan hal itu, dia merasakan ada aura dingin sedang menyerangnya. Ia baru ingat jika di rumahku ada Siwon-ahjusshi. Pria super aneh yang pernah mengerjainya. Dalam hatinya Chaesa berpikir, ‘Sepertinya hidupku tak akan mudah disana…’
To Be Continue ……………

share by superdiya.wordpress.com


Tidak ada komentar: