Super Junior FanFiction: “Get Married″
Part 3
Ini pertama kalinya aku menginjakkan kakiku di tanah kelahiran
Kyu, di pulau Jejudo. Butuh waktu yang panjang untuk sampai disini. Sepulangnya
Chaesa, setelah selama dua hari menginap di rumahku dua minggu yang lalu, Kyu
setiap hari nampak gelisah dan akhirnya dia mengutarakan kegelisahannya pada
orang tuaku saat malam sebelum hari pertama liburan musim panas. Dia sangat
merindukan halmeoninya yang saat ini memang sedang sakit-sakitan. Sebenarnya
tidak masalah jika dia ingin pulang kampung, yang menjadi persoalan adalah dia
benar-benar ingin menghabiskan seluruh liburan musim panasnya di sana, dan dia
ingin aku ikut dengannya untuk mengenalkanku pada keluarganya.
Tidak masalah jika di sana hanya 3 atau 5 hari. Aku tidak ingin
menghabiskan seluruh liburanku di sana, tetapi kedua orang tuaku mendukung
keinginan Kyu dan aku dengan berat hati menuruti.
“Ahjumma, oppa datang,” teriak Chaesa saat kami sampai di
gerbang rumah, dia segera menghampiri kami dan membantu membawakan tasku.
“Kyu, kau pulang nak?” sambut eomonim, dia segera memeluk Kyu
dan tidak memperdulikanku.
“Hhhh,” desahku melihat pemandangan ibu dan anak itu. Aku
memperhatikan bangunan rumah yang tampak kuno, entah sudah berapa ratus tahun
rumah ini berdiri.
“Eonni, bagaimana perjalananmu? Wah, kau tampak kelelahan
sekali. Aku senang akhirnya eonni datang juga kemari,” kata Chaesa.
“Ya, aku sangat lelah . Bisa kau antar aku langsung kekamar?
Kumohon…” pintaku memelas.
“Hahaha. Eonnie, kau ini payah sekali,” ejeknya dan aku hanya
tersenyum mendengarnya.
@@@
Makan malam pertama ku dengan keluarga Kyu berlangsung dengan
kecanggungan menghadapi keluarga Kyu. Walau abeonim dan halmeoni menyambutku
dengan hangat, tetapi tidak bagi eomonim. Ia malah dingin terhadapku, mungkin
ia masih tersinggung dengan ucapanku saat hari pernikahan dulu. Tetapi pada
akhirnya ketika aku hendak masuk kekamar untuk tidur, dia mengajakku bicara
juga walau lebih tepatnya dia memerintahku untuk bangun cepat.
“Chae Ri, besok kau harus bangun jam 5 pagi. Kau harus
membantuku!” perintahnya tegas sekali.
Ah, pagi sekali!!! Aku hanya bisa menganggukkan kepala pasrah.
Ah, pagi sekali!!! Aku hanya bisa menganggukkan kepala pasrah.
“Apa yang kaulakukan, Chae Ri?” Tanya Kyu saat aku sedang
mengatur alarm di jam wekernya. “Kau tidak lihat aku sedang mengatur alarmnya?”
sahutku ketus.
“Hahaha… Tidak biasanya.”
“Ini karna ibumu yang memintaku supaya bangun cepat.”
Kyu mengambil jam wekernya dari tanganku, sepertinya dia tau
kalau aku kesulitan mengatur alarmnya. “Mengatur ini saja kau tak bisa,
bagaimana nanti kau bisa membantu ibuku. Hya, untuk apa memakai weker? Kau kan
punya hp. Atur saja alarm hpmu! Lagipula barang ini sepertinya sudah mulai
rusak.”
“Oh, iya.” Aku menepuk jidatku. “Aishh, kenapa aku bisa sebodoh
ini?” umpatku masih sambil memukul-mukul kepala, tetapi Kyu langsung menarik
tanganku.
“Kau akan makin bodoh jika kebiasaan burukmu ini kaulakukan
terus. Dan berhentilah mengatai dirimu bodoh, kau tidak sadar sedang mengutuk
dirimu sendiri?” dia mulai menceramahiku.
“Mmm, oke! Tapi bisakah kau lepaskan tanganku? Kau
mencengkramnya kuat sekali dan itu cukup menyakitkan.”
“Ah, mianhae.”
“Gwaenchana. Aku tidur duluan, ya.”
“Chae Ri…”
“Hmm… Wae?”
“Gomawo. Kau mau ikut denganku kemari.”
“Ne, aku terima. Hehehe…” Dengan cepat aku menutup mataku. Sejak
ia menanyakan perasaanku padanya waktu, aku mulai merasa cemas bila kami berada
di suasana yang menurutku menuju ke arah romantic. Aku takut dia mulai
bertindak aneh lagi.
@@@
“Hoaaammm…” Aku menguap lebar membuat Chaesa tersenyum melihatku
sementara eomonim berkacak pinggang. Wajahnya benar-benar menyeramkan, seakan
aku pernah menyiramkan air panas kepadanya.
“Chae Ri-ah, kemari!” panggilnya dengan nada memerintah. Aku
segera mendatanginya.
“Kau bantu Chaesa membersihkan kandang ayam, setelah itu cabuti
semua rumput di belakang kandang, cepat kerjakan sekarang!”
“Ne?! Me-membersihkan kandang ayam dan mencabuti rumput?!
Eomonim, kau bercanda?!” pekikku. Chaesa dengan cepat menarik tanganku,
menggiringku kekandang ayam karena sepertinya eomonim akan berteriak
memarahiku. Oh, Chaesa… Dia menyelamatkanku dari badai besar.
“Eonni, kau jangan berkata seperti itu lagi! Kau lihat kan wajah
ahjumma? Kalau kau tidak kutarik, kau pasti sudah habis dimarahinya.”
“Huh… Aku kan tidak pernah melakukan ini. Hiaaakkksss, bau
sekali kandang ini…”
“Eonni, mianhae… Eonnie duduk saja di sana, biar aku yang
membersihkan sendiri.”
“Mana bisa begitu. Aku akan membantumu, pekerjaan akan lebih
ringan jika dikerjakan bersama, kan?”
Chaesa tersenyum, “Eonni, Gomawoyo. Kita bersih-bersih sekarang,
kasha!” ajaknya.
“Okay, let’s do it!”
Kami bekerjasama membersihkan kandang dan mencabuti rumput,
sungguh pekerjaan yang berat bagiku. Tetapi kulihat Chaesa melakukannya dengan
telaten, pastinya dia sering melakukan pekerjaan ini.
@@@
Tidak terasa seminggu sudah aku berada di sini. Aktivitasku
benar-benar padat dirumah ini dan herannya aku mau melakukan
pekerjaan-pekerjaan yang tidak pernah kulakukan sebelumnya di Seoul. Aku
membantu mencuci, memasak, membersihkan rumah, membantu membersihkan halaman,
memberikan makan hewan ternak dan berkebun. Dalam waktu seminggu aku berhasil
menggelapkan kulitku! Chae Ri yang biasanya selalu bersantai, bangun jam 1
siang di saat libur, sekarang menjadi Chae Ri yang rajin dan yang selalu bangun
pukul lima pagi. Eomma pasti akan langsung memekik girang jika dia melihatku
seperti ini. Eomonim benar-benar mengerikan, dia mampu mengubahku dan aku
benar-benar takut padanya. Melihatnya tersenyum pun aku takut, syukur ada
Chaesa yang selalu membantu dan mendengarkan curhatku. Tiba-tiba saja kami
menjadi sangat akrab, sementara Kyu…. Huh! Dia tidak pernah membantu. Dia
menjadi anak emas di rumahnya. Yang dilakukannya sepanjang hari jika tidak membaca
buku, pasti berada di depan komputernya. Entah apa yang dilakukannya, yang
jelas aku tidak yakin dia sedang belajar.
@@@
Ini sudah minggu keduaku di Jejudo, tapi aku tidak pernah keluar
rumah. Eomonim selalu menyuruh-nyuruhku. “Oh Tuhan…kenapa kau beri aku mertua
sekejam dia?” keluhku dalam hati. Padahal aku sangat ingin mengelilingi pulau,
di liburan kali ini aku sama sekali tidak bisa bertamasya. Padahal orang tuaku
justru sedang bersenang-senang di Okinawa. Aku sangat ingin mandi di Onsen!!!
Aku tidak tahan lagi, aku segera ke kamar mengajak Kyu berbicara.
“Cho Kyuhyun… Ajak aku jalan-jalan!”
“Baiklah,” sahutnya, “Ayo siap-siap, kita pergi sekarang.”
Aku terkejut dengan reaksi Kyu yang begitu cepat. Dalam hati aku
berpikir, kenapa tidak kuajak dari dulu? Dengan cepat aku mengganti pakaianku
dengan skinny jeans, tanktop yang ditimpa lagi dengan cardigan pink favoritku.
Kemudian menutup kepalaku dengan topi golf. Aku juga membawa baju ganti untuk
berjaga-jaga. Oke, aku sudah siap mengelilingi Jejudo.
Aku segera menyusul Kyu ke teras rumah, kulihat dia sedang
menyiapkan motornya.
“Kyu, kau bisa menggunakan itu?” tanyaku seraya menujuk
motornya.
“Tentu saja. Ini, cepat pakai helmmu!”
“Wow, asyik. Kita bisa mengelilingi pulau…” teriakku girang
sekali.
“Chae Ri, kau benar-benar ingin mengelilingi pulau? Kau tau kan
ini pulau terbesar di korea, itu tidak mungkin.” protes kyu memojokkanku dengan
gaya sok-nya di atas motor.
“Jadi, kau akan mengajakku kemana?”
“Tentu saja ke pantai.”
“Kyaaa… Asyik!” pekikku semangat. Aku segera duduk di boncengan,
memegang pinggangnya. “Ayooo, berangkat, Pak! Tapi jangan ngebut ya!”
“Maaf nyonya, tapi kita akan melaju dengan kecepatan penuh, jadi
pegangan yang erat ya,” sahutnya sembari menarik tanganku sehingga aku jadi
memeluknya.
“Idih, kau genit sekali, Kyuhyun!” protesku sambil tetap
mengalungkan tanganku di pinggangnya.
“Hahaha… Aku kan hanya memanfaatkan kesempatanku“
Aku dan Kyu pun ke pantai menikmati laut selatan. Setelah puas
bermain di pantai, Kyu mengajakku ke air terjun untuk berfoto ria, dan
pemandian air panas. Lalu kami makan malam berdua. Benar-benar hari yang
menyenangkan dan melelahkan. Sesampainya di rumah, kami langsung tertidur.
Nyenyak sekali…
@@@
“Eonni, wah… Kau pasti gembira setelah seharian bersenang-senang
dengan Oppa,” ujar Chaesa setelah mendengarkan cerita tamasyaku dengan Kyu.
“Tentu saja. Berminggu-minggu di sini tetapi baru bisa menikmati
keindahan Jejudo kemarin. Aku benar-benar gembira. Ternyata pulau ini sangat
indah.”
“Ya, apalagi jika menikmatinya dengan pasangan jiwa. Aku tak
menyangka Kyu-oppa sangat romantis. Ahhh… Aku pasti akan segera mendapat
keponakan,” godanya.
“Apa maksudmu? Kau tidak akan mendapat keponakan dalam waktu
dekat. Aku tidak akan berhubungan badan dengan pria sebelum usiaku 22 tahun.”
“Ne?! Jadi kau dan oppa belum pernah…melakukan ‘itu’? Kalian kan
tidur sekamar. Bagaimana dengan berciuman? Pasti pernah, kan? Dan lagi, apa
eonni sudah membuat kesepakatan ini dengan oppa?” tanyanya terheran-heran dan
aku hanya menggelengkan kepalaku, “Aigoo… Malangnya oppaku. Eonni, kau ini
istri yang kejam. Walau bagaimanapun, Kyu-oppa juga seorang namja! Pasti sangat
sulit sekali menahan hasratnya ketika…”
“Bagaimana mungkin aku dan kyu melakukan semua itu tanpa cinta!
Aku dengannya tidak saling mencintai, karena itulah walau kami tidur bersama,
tidak pernah terjadi apapun,” potongku, “Sudahlah kita tidak usah membahas ini lagi,
membuatku muak saja. Bagaimana denganmu? Kau sudah bilang sama eomonim kalau
kau tidak tahan dengan sekolahmu? Kau sudah mengatakan kalau kau akan ikut
denganku ke Seoul dan melanjutkan sekolah disana ‘kan?”
“Belum,” sahutnya, “Aku takut ahjumma marah. Lagipula siapa yang
akan membantunya jika aku pergi?”
“Tapi, jika tidak mengatakannya kau akan menyesalinya seumur
hidup. Kau tahu kan sekolah itu tak cocok denganmu? Bakatmu di musik tidak akan
tersalur disana, aku sudah berbicara dengan appa dan dia sudah memilihkan
sekolah yang cocok untukmu. Sekarang tinggal keputusanmu saja, Chaesa.”
“Eonni, beri aku waktu 2 hari! Aku pasti akan memutuskannya.”
Aku hanya bisa menganggukkan kepala menyetujui keinginanya.
Chaesa, dia lebih muda setahun dariku, dia masih tingkat satu. Dia mempunyai
bakat luar biasa di musik. Aku mengetahuinya ketika melihat dia bermain piano
dan kejeliannya dalam menangkap nada. Chaesa memiliki ketajaman irama dan
sungguh disayangkan dia malah bersekolah di sekolah umum, bukannya sekolah
khusus musik.
@@@
“Huhuuu… Kakiku sakit sekali,” rintihku sembari memijat kaki
yang terkilir karena aku baru saja terperosok ke dalam lubang, “Aku tidak mau
mati disini. Seseorang, tolong aku!” Aku mencoba berteriak, berharap ada yang
mendengar dan menolongku. “Huh… Ini semua gara-gara kau, Ayam bodoh!” umpatku
pada Ayam jantan merah yang ada disampingku. Ayam itu hanya duduk diam.
“Hey, kenapa kau malah duduk disana? Bantu aku dong, ini semua
gara-gara aku mengejarmu. Kenapa sih kau harus kabur dari kandangmu?” Aku mulai
menangis, “Dasar ayam bodoh! Aku juga bodoh… Kyuhyunnie, tolong aku!” Saking
lelahnya, aku pun tertidur.
2 jam sebelumnya…
“Kau ingin sekolah di Seoul?! Lalu siapa yang membantuku di
sini? Kau tahu kan hanya kau yang membantuku mengurus rumah setelah Ahra
menikah dan ikut suaminya?! Apa gunanya kau sekolah musik, jika nanti ketika
menikah kau juga hanya akan bekerja didapur,” marah eomonim pada Chaesa.
“Ahjumma, jwaesonghamnida. Tapi aku ingin mewujudkan
cita-citaku. Kumohon izinkan aku! Di Seoul nanti aku akan tinggal di rumah Chae
Ri-eonni. Orang tuanya sudah memilihkanku sekolah yang baik. Aku akan belajar
giat agar mendapat beasiswa sehingga aku tidak terlalu membebani ahjusshi,”
bujuknya.
“Oh, jadi kau berani seperti ini gara-gara Chae Ri?” telunjuknya
mengarah padaku, dan dia juga mengalihkan pandangannya padaku, “Kenapa kau
menghasutnya untuk pergi dari sini? Kau ingin aku mati kelelahan karena bekerja
sendirian sehingga kau tidak punya ibu mertua yang selalu menyuruh-nyuruhmu,
ya?” teriaknya memarahiku.
Aku benar-benar kesal kali ini. Akupun langsung membantahnya,
“Aku tidak menghasutnya, aku hanya ingin Chaesa bisa mewujudkan cita-citanya.
Dia punya bakat besar sungguh sangat bodoh jika dia tidak menyalurkannya. Tidak
seharusnya dia berkutat di kandang ayam yang bau dan kotor. Tempatnya adalah
panggung musik, melakukan recital, bukannya mencabuti rumput! Kyu boleh
bersekolah di Seoul, kenapa Chaesa tidak, lagipula aku heran dengan rumah ini…
Kyu begitu dimanja, tidak melakukan dan membantu pekerjaan rumah apapun. Kenapa
seperti itu? Apa karena dia laki-laki sehingga tidak apa-apa jika tidak
membantu? Kenapa kau pilih kasih memperlakukan mereka? Kau tidak adil.” Aku
melihat tangan eomonim sudah hendak menamparku tetapi Kyu menahannya.
“Eomma, kumohon jangan lakukan ini. Chae Ri istriku, eomma tidak
berhak menamparnya,” cegah Kyu, “Chae Ri, masuklah kekamar, tenangkan dirimu!”
Aku segera masuk kamar, aku memang salah telah berkata seperti
itu, tapi aku sakit hati dengan sikap pilih kasih eomonim. Aku segera mengemasi
barang-barangku. Aku akan pulang hari ini juga. Kulihat Kyu masuk kemudian
duduk disampingku.
“Chae Ri, kumohon jangan begini!” pintanya. Dia mengeluarkan
lagi baju yang sudah kumasukkan ke dalam koper. “Bicara dengan emosi tidak akan
menyelesaikan masalah. Eomma sangat keras, kau harusnya lembut padanya. Aku
tidak mengizinkan kau pulang sebelum kalian berbaikan.”
“Aku tidak peduli, aku akan tetap pulang hari ini. Aku tak perlu
izinmu. Kau jahat kyu, kenapa kau bisa setega itu pada sepupumu. Kau tahu? Di
saat kau masih tidur, Chaesa sudah bangun untuk membantu ibumu, dia melakukan
segala pekerjaan sementara kau kau malah menghabiskan waktu dikamar? Apakah itu
contoh saudara yang baik? Kau egois, hanya ingin dirimu saja yang sukses, tidak
memikirkan orang lain,” sungutku penuh emosi. Kulihat Kyu hanya terdiam
mendengar perkataanku.
“Aku memang salah. Mianhae…”
“Kenapa meminta maaf padaku? Kau harus mengatakannya pada
Chaesa!”
“Ani… Aku minta maaf karena sikapku sudah membuatmu gusar.
Kumohon jangan pergi Chae Ri, kita bicarakan masalah Chaesa sekali lagi, kali
ini aku akan membantu kalian,” bujuknya sambil tersenyum.
Aku pun melunak, kususun lagi pakaianku ke dalam lemari. Setelah
selesai, aku dan Kyu mencari eomonim. Chaesa mengikuti kami dari belakang dan
akhirnya kami menemukannya berada di kandang ayam.
“Chae Ri, kenapa kau biarkan pintu kandang terbuka, bukankah
tadi pagi aku menyuruhmu? Kau lihat, ayam-ayam itu sudah kabur,” pekik eomonim
memarahiku.
“Mianhae…,” sahutku panik.
“Tidak ada maaf sampai semua ayam kembali.”
Aku, Kyu, dan Chaesa akhirnya saling membantu untuk menangkap
ayam-ayam yang kabur. Sampai akhirnya semua ayam sudah kembali ke kandang dan
eomonim mulai menghitung. “Kurang satu ekor,” ujarnya sinis.
“Ne?” sahut kami bersamaan.
“Chae Ri, kau cari diluar! Kyunnie, kau ikut aku. Dan Chaesa,
tugasmu memasak. Ahjusshimu tidak lama lagi akan pulang,” perintah eomonim
membagi tugas.
“Eomma, aku akan ikut Chae Ri,” pinta Kyu.
“Andwae! Biar dia lakukan sendiri, kau bantu aku!”
Aku pergi ke luar rumah mencari ayam yang kabur itu sampai
akhirnya, aku menemukannya dan kemudian aku berada di lubang ini berdua dengan
ayam itu.
@@@
“Chae Ri, sadarlah!” Aku mendengar suara memanggilku, aku
mengenali suara ini, ini suara Kyu. Aku membuka mata, “Syukurlah. Chae Ri,
gwaenchana?”
Aku melihat diriku sudah tidak di dalam lubang itu lagi dan
langit sudah gelap. Aku tak ingat berapa lama aku tertidur di lubang itu. Dan
Kyu sudah menolongku, kulihat di belakangnya ada eomonim dan Chaesa yang
tersenyum lega.
“Kyu, kakiku terkilir.”
“Aku akan menggendongmu,” sahutnya. Entah kenapa aku merasa
senang sekali.
“Oya, mana ayam yang tadi kutangkap? Tadi aku dan ayam itu jatuh
bersama. Kau melihatnya, Kyu?”
“Itu bukan ayam kita. Chae Ri, mianhae. Ternyata appa sudah
membawa satu ayam tadi pagi ke pasar untuk dipotong, sekarang ayam itu sudah
ada di meja makan.”
“Jadi…” Aku tak bisa melanjutkan kata-kataku, karena aku
langsung pingsan saking syoknya.
@@@
Aku, Kyu, dan Chaesa sekarang berada di kapal dalam perjalanan
kembali ke Seoul. Akhirnya eomonim mengizinkan Chaesa bersekolah di Seoul. Aku
senang bukan kepalang saat eomonim mengatakan bahwa dia menitipkan Chaesa
kepada ku, aku berjanji padanya akan menjaga Chaesa dengan baik. Sebelum kami
berangkat eomonim membungkuskan kami banyak makanan, sekarang aku sadar betapa
sesungguhnya dia sangat menyayangi kami dan betapa dia sangat kesepian saat
kami tinggalkan. Aku meminta maaf padanya karena sudah berkata kasar dan dia
menangis saat mendengar permintaan maafku.
“Chaesa, sekarang kau akan tinggal di rumahku, aku senang
sekali.”
“Eonni, gomawoyo. Ini semua berkat eonni,” sahutnya girang.
“Aku senang sekali sekarang punya teman main di rumah. Huh, tapi
sayang Siwon-ahjusshi juga tinggal bersama kita. Ah, aku ingin dia kembali ke
asramanya.”
Chaesa langsung kehilangan senyumnya saat aku mengatakan hal
itu, dia merasakan ada aura dingin sedang menyerangnya. Ia baru ingat jika di
rumahku ada Siwon-ahjusshi. Pria super aneh yang pernah mengerjainya. Dalam
hatinya Chaesa berpikir, ‘Sepertinya hidupku tak akan mudah disana…’
To Be Continue ……………
Tidak ada komentar:
Posting Komentar