Super Junior FanFiction: “Get Married″
Part 7″
Aku sekarang sadar, ternyata Kyu hanya bermanis di mulut saja.
Dia bilang dia akan selalu bersabar, dia bilang akan selalu menyukaiku dan
menunggu. Tapi justru dialah yang semakin menjauh dariku. Dua minggu setelah
kesepakatan kami, dia sudah mulai menjauhiku. Awalnya aku tak mengetahuinya.
Seperti biasa jika tidak ada PR aku akan tidur duluan dan terjadi sebaliknya,
jika ada PR dia yang selalu tidur terlebih dahulu. Setiap pagi aku tidak
melihatnya di sampingku dan selama itu kukira dia terbangun lebih dulu. Tapi
ternyata bukan seperti itu, dia sama sekali tidak tidur bersamaku, ketika aku
sudah tidur dia pun pergi ke tempat lain. Aku memang tak pernah mengerti jalan
pikirannya. Sekarang dia benar-benar menjauhiku, bukan hanya tidak ingin tidur
bersamaku lagi tetapi dia tak pernah menunjukan sikap manisnya dan itu
membuatku semakin terluka.
Setelah sebulan berlalu pun dia masih tetap sama. Ketika aku
sudah tertidur, dia pergi. Dia pikir aku tak tau apa yang dilakukannya. Aku
hanya diam dengan sikapnya itu. Tapi aku tak tahan, sampai suatu malam saat dia
mengira aku sudah terlelap dan dia mulai merayap pergi, aku memutuskan untuk
tidak pura-pura tak tahu.
“Kau mau kemana?”tanyaku malam itu yang membuatnya terkejut
karna mengira aku sudah tidur.
“A-aku tidak bisa tidur, jadi kuputuskan untuk membaca buku
sebentar. Siapa tahu bisa membuatku mengantuk. Kau tidurlah tak usah
mencemaskanku,” jawabnya kemudian pergi meninggalkanku.
Setelah dia pergi keluar kamar, aku tidak bisa membendung
tangisku. Dia membohongiku seakan-akan aku tidak tau kalau dia melakukan itu
setiap malam. Aku tidak bisa berdiam diri dan menangis seperti ini, aku butuh
penjelasan. Aku tidak ingin menebak-nebak lagi.
Aku pun bangkit dari pembaringanku dan keluar kamar menyusulnya.
Aku tahu setiap malam dia tidur di mana, yaitu di ruang baca. Dia lebih senang
tidur di sofa rupanya ketimbang seranjang denganku. Ketika aku masuk ke ruang
baca, kulihat dia sedang menyiapkan bantal dan selimut. Dia sangat terkejut
melihatku.
“K-kenapa malah ke sini? Kau harusnya sudah tidur.”
“Kau sendiri? Katamu mau membaca, tapi kulihat kau sedang
mempersiapkan tempat tidur.”
“Ah ya, setelah ini aku mau membaca. Aku hanya mempersiapkan
kalau-kalau saat membaca nanti tiba-tiba aku tertidur.”
“Bohong.”
“A-apa? Tidak, aku tidak bohong. Chae Ri, ada apa denganmu?
Kenapa menuduhku seperti itu?”
“Kaupikir aku bodoh? Aku tahu kau setiap malam tidur di sini dan
tidak bersamaku. Kenapa? Karena bosan? Kau bilang kau menyukaiku. Bohong!” aku
mengatakannya sambil menangis.
“Aku tak bohong, aku sungguh menyukaimu,” katanya sambil
menggenggam tanganku dan kemudian memelukku. Aku mencoba melepaskan diri dari
pelukannya, aku masih belum puas meluapkan emosiku. Tetapi tenaganya lebih
besar, dia mendorong dan menjatuhkanku di sofa yang tadi disiapkan untuk
tidurnya. Menindih kemudian menciumku. Tetapi aku tidak mau membalas ciumannya,
rasa sakit hatiku lebih besar karena ketidakjujurannya. Dia yang sadar
penolakanku, melepaskanku.
“Kau memang sangat keras kepala ,” ucap Kyu, “Kau tahu kenapa
aku tidak bisa tidur bersamamu lagi? Karena aku tidak bisa bertahan sepertimu.
Kau tahu kenapa aku selalu memakai penutup mata saat tidur? Karena aku takut
saat terjaga dan melihatmu, aku menjadi makhluk buas yang menodaimu.”
Tangisanku semakin menjadi mendengar penjelasannya. Aku tak tahu
harus bicara apa. Aku tak tahu dia menahan perasaannya sampai seperti itu.
Kyu melanjutkan lagi perkataannya, “Aku menjauh darimu bukan
karena sayangku padamu memudar setelah perjanjian kita itu. Tetapi karena aku
merasa tak berdaya. Setelah menciummu, aku jadi tak bisa mengendalikan diri.
Aku menghargai keputusanmu, tapi tolong pahamilah keadaanku. Selama kau masih
ingin mempertahankan prinsipmu itu, kita tidak bisa sekamar lagi. Kau mengerti
maksudku kan?”
Aku mencoba mencerna perkataannya, berusaha memahami. Dan yang
kupahami sekarang adalah rupanya dia menyalahkanku. Entah kenapa aku merasakan
perutku bergolak dan air mataku semakin deras mengalir. Aku tak pernah menangis
seperti ini seumur hidupku. Kyuhyun mencoba merangkulku tetapi selalu kutepis.
“Chae Ri, kumohon berhentilah menangis!” bujuknya.
“Kau pikir mataku tidak sakit mengeluarkan air mata
sebanyak ini?”isakku. ”Kau sekarang sedang menyalahkanku. Menyalahkan
keputusanku! Padahal kau bilang kau sayang padaku. Sayang apanya? Jika sayang
kau takkan seperti ini. Kau memang pintar berbohong, selalu berpura-pura. Semua
yang kaulakukan padaku itu karena kau terpaksa. Kau tidak pernah mencintaiku…”
“Aku tak bohong, cintaku padamu itu kenyataan. Walaupun aku
membohongi seluruh sekolah tentang perasaan ini. Tapi aku tak membohongimu Chae
Ri, sayangku padamu tulus. A-aku…”
“Cukup! Jangan pikir kau bisa merayuku. Kau bilang ingin menjauh
dariku? Baiklah, aku izinkan. Aku akan menghargaimu seperti kau menghargaiku.
Kau bilang sungguhan mencintaiku, maka buktikanlah. Mulai sekarang aku akan
menjaga jarak denganmu, kita tidak akan bersentuhan walau hanya seujung rambut.
Dari situ kita akan tahu, cinta yang kita rasakan itu sungguhan atau bukan,”
ucapku.
“Yang benar saja? Aku tidak setuju!”
“Aku tak peduli kau setuju atau tidak. Aku tak peduli…,” kataku
sambil bergegas keluar dari ruangan itu. Tak ingin mendengar perkataannya lagi.
Aku kembali ke kamarku dan menangis lagi, menangisi kesalahanku dan menangisi
kebodohanku dalam memandang cinta. Aku tak mungkin bisa mencintai pria lain
selain dirinya tapi apakah dia berpikiran sepertiku? Kami sangat berbeda. Aku
berpikir mustahil dia akan tetap menyukaiku saat kami sudah menjaga jarak. Tapi
aku sudah terlanjur berkata aku ingin kami saling menjauh dan aku tak mungkin
menarik perkataanku. Kadang-kadang aku menyesali semua perkataan yang telah
kukeluarkan, tapi aku lebih sering menyesali betapa aku terlalu teguh
mempertahankan apa yang telah kuucapkan.
Setelah kejadian itu, apa yang kupikirkan terbukti. Hubungan
kami semakin memburuk. Nyaris tak ada kata yang terucap saat kami bertemu. Di
rumah maupun sekolah, kami bersikap dingin. Kami tak pernah pergi dan pulang
sekolah bersama lagi. Jika dia berbicara denganku, itupun hanya membahas
masalah klub. Hubungan kami kembali seperti saat sebelum menikah. Awalnya aku
memang menyesali hal ini, tetapi semakin hari aku sadar mungkin ini memang
sifat Kyuhyun yang sebenarnya. Sudah cukup aku menangisinya, mungkin tidak lama
lagi akan tiba saat dia pergi meninggalkanku. Aku akan siap jika hari itu tiba.
@@@@
Musim gugur sudah berakhir, pergelaran teater kami hanya tersisa
satu bulan lagi. Itu membuatku semakin sibuk dan selalu pulang telat. Paling
tidak dengan kesibukanku itu aku dapat sedikit melupakan masalahku dengan
Kyuhyun. Intensitas pertemuan kami juga semakin berkurang, aku lebih sibuk
dengan kegiatanku berlatih peran bersama pemain yang lain. Sementara Kyuhyun,
aku tak tau apa yang dilakukannya. Sesibuk apapun diriku, aku selalu pulang ke
rumah lebih awal darinya. Tapi aku tak ambil pusing, karena aku sudah tak mau
tahu lagi apapun yang dilakukannya. Sampai suatu hari …
“Chae Ri, tunggu aku!” seru seseorang di belakangku.
“Onnie,” kulihat Myu Ra sedang tergopoh-gopoh mengejarku. “Ada
apa? Rumah kita kan berlawanan arah, masak mau pulang bersamaku?”
“Aku bukan ingin pulang bersamamu, tapi aku mau kau menemaniku
ke suatu tempat,” pintanya.
Kulirik arlojiku, sudah pukul 8 malam. Eomma pasti marah jika
aku pulang lebih larut lagi, walau dia tau kesibukanku berlatih, tetapi dia
tetap membatasiku. Aku sudah harus sampai rumah sebelum pukul sembilan malam.
“Tidak bisa, onnie pergi sendiri saja ya,”
“Tidak mau,” rengeknya.
“Kalau begitu tidak usah pergi ke sana kan bisa?”
“Mana mungkin aku tidak pergi. Aku mau membuktikan apa yang
sedang dibicarakan anak-anak yang lain,” kulihat Myu ra sudah mulai menangis.
Oh tidak, sunbae ku ini kukenal paling tegar, kenapa bisa sampai seperti ini.
“Tunggu, aku tidak tau ada masalah apa ini, memangnya mau
membuktikan apa sih? Onnie kan bisa saja pergi dengan Kang In, tidak usah
denganku. Aku akan dimarahi ibuku kalau pulang terlambat.”
“Chae Ri-ah, mana mungkin aku pergi dengan Kang In. Aku tak
sudi. Kau benar-benar tidak mendengar gosip yang beredar di sekolah ya? Cho
Kyuhyun dan Kim Ki Young sekarang berpacaran. Kau tau sakitnya hatiku mendengar
kabar ini? Tapi aku masih tak percaya, aku mau memergoki mereka hari ini.
Makanya kau ikut aku, supaya kalau itu benar, kau bisa menemaniku menangis.”
Aku seperti tersambar petir mendengar perkataan Myu Ra. Aku
langsung menarik tangannya, “Ayo Onnie, aku akan pergi bersamamu,” ajakku. Kami
pun pergi ke apartemen Ki Young karena menurut informasi yang didapatkan Myu
Ra, Kyuhyun sering sekali pergi ke apartement Ki Young saat gadis itu pulang
dari latihan bersama.
@@@@
Aku memandangi langit musim dingin yang gelap tanpa sinar bulan
di taman tempat aku pertama kali melakukan ciuman pertamaku. Aku tidak
sendirian, aku ditemani seorang gadis yang sedang menangis di pundakku. Andai
saja dia tau, kalau gadis yang sedang meminjamkan pundaknya juga merasakan hal
yang sama. Tapi, sungguh sulit membiarkan air mata itu jatuh dari mataku.
“Aku patah hati, bagaimana aku bisa mengikuti ujian akhir nanti
dengan perasaan sehancur ini?” isak Myu Ra
“ Onnie, ujianmu kan masih 2 bulan lagi. Masak kau akan patah
hati selama itu?”
“Tentu saja, aku menyukainya hampir 2 tahun dan hancur dalam 2
menit. Mungkin lebih dari 2 bulan rasa sakit ini akan memudar. Tapi pastinya
tidak bisa hilang selamanya.”
“Mereka hanya bergandengan tangan, bukan membuktikan
berpacaran,” ujarku mencoba menenangkannya, padahal sebenarnya untuk
menenangkan diriku sendiri. Tetapi tidak ada efeknya, Myu Ra kembali
melanjutkan tangisannya. Aku tak menghiraukannya. Di kepalaku masih terputar
rekaman kejadian yang membuat dia menangis. Kami melihat Cho Kyuhyun dan Kim Ki
Young bergandengan tangan, lebih tepatnya Ki Young yang menggandeng tangan
Kyuhyun. Dan kejadian itu kami lihat di luar apartement Ki Young. Jadi yang
membuat kami syok adalah Ki Young menggandeng tangan Kyu dan mengantarkannya
keluar dari apartemen. Apa yang dilakukan seorang Cho Kyuhyun di apartemen Kim
Ki Young? Dan mengapa mereka bisa seakrab itu? Jika orang-orang menyimpulkan
mereka sedang berkencan itu merupakan hal yang wajar. Karena mereka berdua
memang tampak seperti orang yang sedang berpacaran. Oke, aku cukup sulit
menerima kesimpulan terakhir. Tapi apa yang kulihat itu sudah menjadi bukti
walau bukan bukti yang akurat.
Myu Ra, gampang kau menangis. Kau tidak tahu kalau hatiku lebih
terluka dibandingkan hatimu. Yang dia khianati itu aku, bukannya kau.
“Sudah hampir jam 10, kau tidak pulang Chae Ri?”tanya Myu Ra.
“Aku takut pulang, onnie. Aku pasti dimarahi eomma,” sahutku.
Ya, percuma aku pulang jam segini karena sudah pasti eomma akan mengamuk. Lebih
baik aku pulang lebih larut, saat eomma sudah tertidur, jadi aku bisa masuk ke
rumah dengan menyelinap. Aku tahu Siwon ahjusshi pasti akan mau membukakan
pintu untukku.
“Aku malah takut pulang sekarang, eomma ku pasti akan tahu kalau
aku membolos les lagi,” ujarnya.
Kami pun terdiam, berpikir dan entah kenapa aku berinisiatif
memanggil Heechul. Dia datang ke tempat kami lima belas menit kemudian setelah
aku menghubunginya. Dia datang menggunakan taksi.
“ Dua gadis memanggilku malam-malam, kalian ingin berpesta ya?”
tanya Heechul pada kami.
“ Kenapa kau malah memanggilnya?” bisik Myu Ra sambil
menyikutku.
“ Entahlah, cuma dia yang ada di pikiranku sekarang,” sahutku.
“Hya, kalian masih menggunakan seragam sekolah. Mana bisa masuk
Pub klo berpakaian seperti itu. Chae Ri, jadi dari tadi kau belum pulang ya?
Hah, dasar anak jalanan,” ucap Heechul menyindir.
“Omo, ke Pub? Aku belum pernah ke sana dan tak mau. Kita ke
karaoke saja, mau ya? Kalian berdua harus menghiburku. Ayolah!” ajak Myu Ra.
Aku dan Heechul pun menuruti. Kami bertiga pergi ke karaoke dan
membiarkan Myu Ra bernyanyi sendirian. Aku dan Heechul hanya memperhatikan dia
menyanyi dengan berbagai macam ekspresi, benar-benar sedang patah hati.
“Dia kenapa, sih?” tanya Heechul.
“Patah hati,” sahutku pendek.
“Mwo?” Heechul membulatkan mulutnya. “Kang In berselingkuh, ya?”
“Bukan dengan Kang In. Syukur saja dia lagi asyik menyanyi. Jika
Myu Ra dengar perkataanmu, kau akan langsung mati.”
“Lalu kenapa kau malah memanggilku? Kangen ya?” dia pun
mendekatkan wajahnya ke telingaku, ”Chae Ri, aku mau pesan Shoju, kau mau minum
juga nggak?”
Aku tersenyum mendengar tawarannya. Aku pun mengangguk. Mungkin
dengan sedikit minum perasaanku yang dari tadi tidak nyaman akan lebih lega.
“Chae Ri, kau sudah habis berapa botol? Kau gila! Kkau tidak
bisa pulang dalam keadaan mabuk,” seru Myu Ra.
“Aku tidak mabuk kok, masih kuat. Masih bisa pulang sendiri,”
sahutku sambil membuka botol shoju yang ke-5.
“Ayo hentikan. Aku yang sedang patah hati saja tidak berpikiran
untuk mabuk. Kau malah lebih parah,” kata Myu Ra sambil mengambil botol shoju
yang baru kubuka. “Hey Kim Heechul, apa-apaan kau ini, harusnya kau cegah dia.
Besok kami masih harus sekolah, kenapa malah kau buat dia mabuk?”
“Ya, Jung Myu Ra. Kau patah hati dan kami yang menemanimu. Tapi
kau malah marah-marah. Suka-suka kami dong mau minum atau tidak kau sendiri
menyanyi tidak jelas. Aku pusing mendengarnya,” bentakku dan seketika itu juga
kulihat air mata Myu Ra jatuh lagi. Kemudian dia mengambil tas sekolahnya lalu
berlari pergi meninggalkan aku berdua saja dengan Heechul.
“Kau sudah mabuk Chae Ri, kalau kau sadar, kau takkan berbicara
sekeras itu padanya. Bagaimanapun juga dia sedang patah hati,” kata Heechul sambil
menepuk pundakku.
“Aku tidak bisa mengejarnya dan meminta maaf,” sahutku sambil
mengambil botol shoju yang tadi diambil Myu Ra, tapi Heechul menahan tanganku
dan entah kenapa air mata yang dari tadi kutahan jatuh juga.
“Hei, kenapa kau juga menangis? Hah, dasar wanita,” Heechul
memang berkata ketus tetapi dia merangkulku dan membiarkanku menangis di
pelukannya dan itu membuat tangisanku semakin kencang karena yang kuinginkan
sebenarnya adalah menangis di pelukan Kyuhyun. Aku sangat merindukannya, tetapi
aku sakit hati dengan apa yang kulihat tadi.
“Gomawoyo,” kataku setelah cukup puas menangis.
“Ah, kenapa harus berterima kasih, aku tidak melakukan apapun,”
sahut Heechul sambil menggaruk-garuk lehernya. “Daripada mengucapkan terima
kasih, aku lebih suka kalau kau mengabulkan satu keinginanku.”
“Mwo? Hanya menemaniku menangis kau malah bikin keinginan. Pelit
sekali,” sungutku.
“Hey, aku sudah merelakan waktu istirahatku dan kau bilang aku
pelit?!” seru Heechul sambil menatapku tajam.
“Hehe… Maaf, kau tidak pelit kok. Apalagi kalau kau yang bayar
semua tagihan,” sahutku sambil buru-buru keluar dari ruangan. Aku berlari
keluar dari tempat karaoke itu tapi tidak jauh karena bagaimanapun juga aku
tidak tega meninggalkan Heechul. Dan ketika kulihat dia sudah keluar, aku pun
meneriakinya, “Kim Heechul… kau memang orang terbaik yang pernah kukenal!”
“Cih, tak ada gunanya memuji. Kau sudah menghabiskan uangku,”
sahutnya tapi dia tidak kelihatan marah. Dia malah tersenyum dan kemudian
berlari menghampiriku.
“Kalau kau berhasil menangkapku, akan kuwujudkan keinginanmu,”
godaku. Kemudian aku pun berlari dan kulihat dia berusaha menyusulku. Dasar
gila, seharusnya aku pulang karena ini sudah larut tapi aku malah mengajaknya
bermain. Aku benar-benar sudah mabuk sepertinya. Kami pun saling kejar-kejaran.
Tampaknya dia payah dalam olahraga, lama sekali sampai dia hingga akhirnya bisa
menangkapku.
“Nah, kau sudah berhasil kutangkap. Saatnya aku membuat
permohonan,” katanya sambil terengah-engah.
“Curang, aku sudah kelelahan kau baru menangkapku. Dasar payah,”
ejekku.
“Biarin, kau kalah dan aku yang menang. Sekarang ayo kita duduk
dulu,” ajaknya. Dia menarik tanganku dan mengajakku duduk di trotoar. Aku tidak
mengecek jam lagi. Jalanan sudah sepi, pastinya sekarang sudah sangat larut.
“Cepat katakan kamu mau apa. Kalau tidak aneh, aku turutin deh.
Tapi antar aku pulang ya,” pintaku.
“Iya, mana mungkin kamu kubiarkan pulang sendiri,” sahutnya,
“Ehmm… Hari minggu kita kencan ya.”
“Hah? Bukannya sekarang kita sedang kencan?”
“Kencan apa? Kau saja lagi mabuk.”
“Baiklah. Hari minggu, aku akan berdandan cantik dan tidak akan
mabuk.”
“Baguslah, ayo sekarang kau kuantar pulang.”
@@@@
Aku pergi kesekolah dengan kepala yang berat karena terlalu
banyak minum. Semalam aku berhasil pulang dengan selamat. Tetapi paginya eomma
memarahiku habis-habisan. Apalagi saat dia tau aku pulang dalam keadaan mabuk.
Aku tidak diizinkan sarapan dan berangkat sekolah dalam keadaan perut
keroncongan. Syukur aku tetap bisa bertahan sampai jam istirahat tiba. Tetapi
aku tidak berselera memakan roti yang kubeli di kantin. Aku merasa mual. Aku
menyesal sudah terlalu banyak minum semalam. Aku berharap ada yang
memperhatikanku. Tapi entah kenapa di saat jam istirahat ini tidak ada seorang
pun dikelas. Aku pun memakan rotiku sendirian di kelas sampai aku mendengar
Kang In memanggilku.
“Chae Ri, ikut aku!” ajaknya tergesa-gesa.
“Aku lagi makan,” sahutku tapi Kang In tidak mendengarkan. Dia
langsung menarikku agar mengikutinya. Aku pun mengalah meninggalkan rotiku yang
belum sempat kusentuh dan mengikutinya sampai ke atap sekolah. Sungguh
pemandangan yang tak ingin kulihat. Ki Young dan Myu Ra tengah saling menjambak
rambut. Aku dan Kang In pun bergegas melerai perkelahian dua gadis itu.
“Jung Myu Ra, kau gila! Kau menjambakku tanpa alasan. Apa
salahku?” jerit Ki Young yang sedang kupegangi, kata-katanya itu membuat Myu Ra
makin emosi dan berusaha menarik rambutnya lagi tetapi tidak berhasil karena
aku sudah mendorong Ki Young supaya menjauh. Tetapi Myu ra tidak tinggal diam,
dia malah menarikku dan menjambak rambutku.
“Onnie, kenapa aku juga kena?” teriakku sambil berusaha
melapaskan diri dari serangannya.
“Karena kau menyebalkan,” jerit Myu Ra.
“Kau masih marah karena masalah semalam? Ya sudah, pukul saja
aku. Cepat!” kataku sambil menarik tangan Myu Ra dan menampar-namparkannya ke
wajahku. Dan kulihat dia menangis.
“Chae Ri, mianhe,” ucapnya, lalu memelukku dan menangis lebih
keras.
“Sebenarnya ada apa ini?” tanya Kang In keheranan.
“Kenapa hanya meminta maaf padanya? Kau juga sudah menjambakku
tanpa alasan. Kau sudah merusak rambutku,” Ki Young setengah berteriak.
“Diam kau Ki Young!” seru Kang In yang membuat Ki Young
tersentak.
“Ada apa ini?” terdengar suara berat dari seorang Seonsaengnim
diikuti suara riuh di belakangnya.
“Tidak ada apa-apa, kami sedang berlatih buat teater kami,”
kataku berbohong diikuti dengan anggukan Kang In.
“Sungguh?” tanya Seonsaengnim itu tak percaya.
“Mana mungkin kami berbohong,” sahut Kang In. sementara Ki young
tetap diam, dia tau kalau dia berbicara yang sebenarnya akan timbul masalah
besar. Mana mungkin dia mau semua orang tau kalau dia terlibat perkelahian
dengan teman satu sekolahnya.
“Ya sudah,” Seonsaengnim itupun pergi diikuti oleh anak-anak
yang lain.
Kami pun menarik nafas lega setelah mereka pergi. Tetapi tidak
semuanya pergi karena kulihat Kyuhyun datang mendekati kami.
“Sebenarnya ada apa?” tanyanya. Entah mengapa ketika melihat
wajahnya rasa mual yang tadi sempat hilang muncul lagi.
“Tidak usah pedulikan mereka,” sahut Ki young yang kemudian
mengajaknya pergi.
“Kang In, tolong temani Myu Ra,” pintaku kemudian mengikuti Ki
Young dan Kyuhyun. Aku mengikuti mereka dengan perlahan-lahan supaya mereka tak
tahu kalau kuikuti. Hingga akhirnya mereka berhenti di bagian belakang gedung sekolah.
“Sebenarnya ada apa, sih?” tanya Kyu penasaran.
“Aku juga tidak tahu, dia memanggilku untuk menemuinya di atap
sekolah. Saat aku tiba di sana, dia langsung menjambak rambutku. Menyebalkan
sekali,” sungut Ki Young.
“Dia takkan menyerangmu tanpa alasan, coba kau ingat sudah
berbuat salah apa padanya? Aku sudah mengenalnya sangat baik.”
“Mana kutahu. Kau juga harusnya tahu kan aku tidak mungkin
memulai perkelahian. Itu bisa merusak image-ku, harusnya kau tadi datang dan
membelaku.”
“Sudahlah, kau tidak terluka kan?” tanya Kyu. Dan kulihat Ki
young menjulurkan lengannya.
“Tadi dia sempat mencakar tanganku.”
“Baiklah aku akan ke klinik dulu meminta plester,” kata Kyu tapi
tangannya keburu ditarik oleh Ki Young.
“Tidak usah, temani aku di sini saja!”
“Mana bisa. Nanti lukanya meninggalkan bekas, aku hanya sebentar
kok.”
“Kubilang tak usah. Kalau kau begini baik…a-aku akan semakin
sulit melepaskanmu. Kau tahu kan aku menyukaimu? Kalau kau perhatian seperti
ini, kau sama saja memberiku harapan.”
“Itu tidak ada hubungannya,” kata Kyu kemudian melepaskan
tangannya yang dipegang oleh Ki Young, “Tunggu saja disini!”
Dia lalu pergi meninggalkan Ki Young dan berjalan ke arahku. Aku
yang sedari tadi mengintai, jadi kelabakan sendiri. Aku tidak ingin dia
melihatku…tetapi terlambat.
“Chae Ri-ah?! Kau, kau sudah berapa lama di sini?” tanyanya
dengan ekspresi terkejut.
“Sangat lama. Aku mengikuti kalian. Tidak boleh?” aku balik
bertanya mencoba bersikap setenang mungkin.
“Kenapa? Kenapa harus mengikuti? Kenapa memata-mataiku?”
“Seharusnya kau tidak menanyakan itu! Karena itu hakku kan?”
kataku sambil menyeka air mata yang sudah jatuh, aku ternyata tidak bisa
mengendalikan emosiku. Aku pun berbalik menjauh darinya tetapi hanya beberapa
langkah karena aku merasakan sakit di kepala dan perutku. Aku mencoba tetap
berjalan, aku tak ingin jatuh di hadapannya. Namun aku tak sekuat itu. Aku pun
jatuh pingsan.
To Be Continue ……………
Tidak ada komentar:
Posting Komentar