Minggu, 26 Februari 2012

Super Junior FanFiction: “Get Married″ Part 7″


Super Junior FanFiction: “Get Married

Part 7″
Aku sekarang sadar, ternyata Kyu hanya bermanis di mulut saja. Dia bilang dia akan selalu bersabar, dia bilang akan selalu menyukaiku dan menunggu. Tapi justru dialah yang semakin menjauh dariku. Dua minggu setelah kesepakatan kami, dia sudah mulai menjauhiku. Awalnya aku tak mengetahuinya. Seperti biasa jika tidak ada PR aku akan tidur duluan dan terjadi sebaliknya, jika ada PR dia yang selalu tidur terlebih dahulu. Setiap pagi aku tidak melihatnya di sampingku dan selama itu kukira dia terbangun lebih dulu. Tapi ternyata bukan seperti itu, dia sama sekali tidak tidur bersamaku, ketika aku sudah tidur dia pun pergi ke tempat lain. Aku memang tak pernah mengerti jalan pikirannya. Sekarang dia benar-benar menjauhiku, bukan hanya tidak ingin tidur bersamaku lagi tetapi dia tak pernah menunjukan sikap manisnya dan itu membuatku semakin terluka.
Setelah sebulan berlalu pun dia masih tetap sama. Ketika aku sudah tertidur, dia pergi. Dia pikir aku tak tau apa yang dilakukannya. Aku hanya diam dengan sikapnya itu. Tapi aku tak tahan, sampai suatu malam saat dia mengira aku sudah terlelap dan dia mulai merayap pergi, aku memutuskan untuk tidak pura-pura tak tahu.
“Kau mau kemana?”tanyaku malam itu yang membuatnya terkejut karna mengira aku sudah tidur.
“A-aku tidak bisa tidur, jadi kuputuskan untuk membaca buku sebentar. Siapa tahu bisa membuatku mengantuk. Kau tidurlah tak usah mencemaskanku,” jawabnya kemudian pergi meninggalkanku.
Setelah dia pergi keluar kamar, aku tidak bisa membendung tangisku. Dia membohongiku seakan-akan aku tidak tau kalau dia melakukan itu setiap malam. Aku tidak bisa berdiam diri dan menangis seperti ini, aku butuh penjelasan. Aku tidak ingin menebak-nebak lagi.
Aku pun bangkit dari pembaringanku dan keluar kamar menyusulnya. Aku tahu setiap malam dia tidur di mana, yaitu di ruang baca. Dia lebih senang tidur di sofa rupanya ketimbang seranjang denganku. Ketika aku masuk ke ruang baca, kulihat dia sedang menyiapkan bantal dan selimut. Dia sangat terkejut melihatku.
“K-kenapa malah ke sini? Kau harusnya sudah tidur.”
“Kau sendiri? Katamu mau membaca, tapi kulihat kau sedang mempersiapkan tempat tidur.”
“Ah ya, setelah ini aku mau membaca. Aku hanya mempersiapkan kalau-kalau saat membaca nanti tiba-tiba aku tertidur.”
“Bohong.”
“A-apa? Tidak, aku tidak bohong. Chae Ri, ada apa denganmu? Kenapa menuduhku seperti itu?”
“Kaupikir aku bodoh? Aku tahu kau setiap malam tidur di sini dan tidak bersamaku. Kenapa? Karena bosan? Kau bilang kau menyukaiku. Bohong!” aku mengatakannya sambil menangis.
“Aku tak bohong, aku sungguh menyukaimu,” katanya sambil menggenggam tanganku dan kemudian memelukku. Aku mencoba melepaskan diri dari pelukannya, aku masih belum puas meluapkan emosiku. Tetapi tenaganya lebih besar, dia mendorong dan menjatuhkanku di sofa yang tadi disiapkan untuk tidurnya. Menindih kemudian menciumku. Tetapi aku tidak mau membalas ciumannya, rasa sakit hatiku lebih besar karena ketidakjujurannya. Dia yang sadar penolakanku, melepaskanku.
“Kau memang sangat keras kepala ,” ucap Kyu, “Kau tahu kenapa aku tidak bisa tidur bersamamu lagi? Karena aku tidak bisa bertahan sepertimu. Kau tahu kenapa aku selalu memakai penutup mata saat tidur? Karena aku takut saat terjaga dan melihatmu, aku menjadi makhluk buas yang menodaimu.”
Tangisanku semakin menjadi mendengar penjelasannya. Aku tak tahu harus bicara apa. Aku tak tahu dia menahan perasaannya sampai seperti itu.
Kyu melanjutkan lagi perkataannya, “Aku menjauh darimu bukan karena sayangku padamu memudar setelah perjanjian kita itu. Tetapi karena aku merasa tak berdaya. Setelah menciummu, aku jadi tak bisa mengendalikan diri. Aku menghargai keputusanmu, tapi tolong pahamilah keadaanku. Selama kau masih ingin mempertahankan prinsipmu itu, kita tidak bisa sekamar lagi. Kau mengerti maksudku kan?”
Aku mencoba mencerna perkataannya, berusaha memahami. Dan yang kupahami sekarang adalah rupanya dia menyalahkanku. Entah kenapa aku merasakan perutku bergolak dan air mataku semakin deras mengalir. Aku tak pernah menangis seperti ini seumur hidupku. Kyuhyun mencoba merangkulku tetapi selalu kutepis.
“Chae Ri, kumohon berhentilah menangis!” bujuknya.
“Kau pikir mataku tidak sakit  mengeluarkan air mata sebanyak ini?”isakku. ”Kau sekarang sedang menyalahkanku. Menyalahkan keputusanku! Padahal kau bilang kau sayang padaku. Sayang apanya? Jika sayang kau takkan seperti ini. Kau memang pintar berbohong, selalu berpura-pura. Semua yang kaulakukan padaku itu karena kau terpaksa. Kau tidak pernah mencintaiku…”
“Aku tak bohong, cintaku padamu itu kenyataan. Walaupun aku membohongi seluruh sekolah tentang perasaan ini. Tapi aku tak membohongimu Chae Ri, sayangku padamu tulus. A-aku…”
“Cukup! Jangan pikir kau bisa merayuku. Kau bilang ingin menjauh dariku? Baiklah, aku izinkan. Aku akan menghargaimu seperti kau menghargaiku. Kau bilang sungguhan mencintaiku, maka buktikanlah. Mulai sekarang aku akan menjaga jarak denganmu, kita tidak akan bersentuhan walau hanya seujung rambut. Dari situ kita akan tahu, cinta yang kita rasakan itu sungguhan atau bukan,” ucapku.
“Yang benar saja? Aku tidak setuju!”
“Aku tak peduli kau setuju atau tidak. Aku tak peduli…,” kataku sambil bergegas keluar dari ruangan itu. Tak ingin mendengar perkataannya lagi. Aku kembali ke kamarku dan menangis lagi, menangisi kesalahanku dan menangisi kebodohanku dalam memandang cinta. Aku tak mungkin bisa mencintai pria lain selain dirinya tapi apakah dia berpikiran sepertiku? Kami sangat berbeda. Aku berpikir mustahil dia akan tetap menyukaiku saat kami sudah menjaga jarak. Tapi aku sudah terlanjur berkata aku ingin kami saling menjauh dan aku tak mungkin menarik perkataanku. Kadang-kadang aku menyesali semua perkataan yang telah kukeluarkan, tapi aku lebih sering menyesali betapa aku terlalu teguh mempertahankan apa yang telah kuucapkan.
Setelah kejadian itu, apa yang kupikirkan terbukti. Hubungan kami semakin memburuk. Nyaris tak ada kata yang terucap saat kami bertemu. Di rumah maupun sekolah, kami bersikap dingin. Kami tak pernah pergi dan pulang sekolah bersama lagi. Jika dia berbicara denganku, itupun hanya membahas masalah klub. Hubungan kami kembali seperti saat sebelum menikah. Awalnya aku memang menyesali hal ini, tetapi semakin hari aku sadar mungkin ini memang sifat Kyuhyun yang sebenarnya. Sudah cukup aku menangisinya, mungkin tidak lama lagi akan tiba saat dia pergi meninggalkanku. Aku akan siap jika hari itu tiba.
@@@@
Musim gugur sudah berakhir, pergelaran teater kami hanya tersisa satu bulan lagi. Itu membuatku semakin sibuk dan selalu pulang telat. Paling tidak dengan kesibukanku itu aku dapat sedikit melupakan masalahku dengan Kyuhyun. Intensitas pertemuan kami juga semakin berkurang, aku lebih sibuk dengan kegiatanku berlatih peran bersama pemain yang lain. Sementara Kyuhyun, aku tak tau apa yang dilakukannya. Sesibuk apapun diriku, aku selalu pulang ke rumah lebih awal darinya. Tapi aku tak ambil pusing, karena aku sudah tak mau tahu lagi apapun yang dilakukannya.  Sampai suatu hari …
“Chae Ri, tunggu aku!” seru seseorang di belakangku.
“Onnie,” kulihat Myu Ra sedang tergopoh-gopoh mengejarku. “Ada apa? Rumah kita kan berlawanan arah, masak mau pulang bersamaku?”
“Aku bukan ingin pulang bersamamu, tapi aku mau kau menemaniku ke suatu tempat,” pintanya.
Kulirik arlojiku, sudah pukul 8 malam. Eomma pasti marah jika aku pulang lebih larut lagi, walau dia tau kesibukanku berlatih, tetapi dia tetap membatasiku. Aku sudah harus sampai rumah sebelum pukul sembilan malam.
“Tidak bisa, onnie pergi sendiri saja ya,”
“Tidak mau,” rengeknya.
“Kalau begitu tidak usah pergi ke sana kan bisa?”
“Mana mungkin aku tidak pergi. Aku mau membuktikan apa yang sedang dibicarakan anak-anak yang lain,” kulihat Myu ra sudah mulai menangis. Oh tidak, sunbae ku ini kukenal paling tegar, kenapa bisa sampai seperti ini.
“Tunggu, aku tidak tau ada masalah apa ini, memangnya mau membuktikan apa sih? Onnie kan bisa saja pergi dengan Kang In, tidak usah denganku. Aku akan dimarahi ibuku kalau pulang terlambat.”
“Chae Ri-ah, mana mungkin aku pergi dengan Kang In. Aku tak sudi. Kau benar-benar tidak mendengar gosip yang beredar di sekolah ya? Cho Kyuhyun dan Kim Ki Young sekarang berpacaran. Kau tau sakitnya hatiku mendengar kabar ini? Tapi aku masih tak percaya, aku mau memergoki mereka hari ini. Makanya kau ikut aku, supaya kalau itu benar, kau bisa menemaniku menangis.”
Aku seperti tersambar petir mendengar perkataan Myu Ra. Aku langsung menarik tangannya, “Ayo Onnie, aku akan pergi bersamamu,” ajakku. Kami pun pergi ke apartemen Ki Young karena menurut informasi yang didapatkan Myu Ra, Kyuhyun sering sekali pergi ke apartement Ki Young saat gadis itu pulang dari latihan bersama.
@@@@
Aku memandangi langit musim dingin yang gelap tanpa sinar bulan di taman tempat aku pertama kali melakukan ciuman pertamaku. Aku tidak sendirian, aku ditemani seorang gadis yang sedang menangis di pundakku. Andai saja dia tau, kalau gadis yang sedang meminjamkan pundaknya juga merasakan hal yang sama. Tapi, sungguh sulit membiarkan air mata itu jatuh dari mataku.
“Aku patah hati, bagaimana aku bisa mengikuti ujian akhir nanti dengan perasaan sehancur ini?” isak Myu Ra
“ Onnie, ujianmu kan masih 2 bulan lagi. Masak kau akan patah hati selama itu?”
“Tentu saja, aku menyukainya hampir 2 tahun dan hancur dalam 2 menit. Mungkin lebih dari 2 bulan rasa sakit ini akan memudar. Tapi pastinya tidak bisa hilang selamanya.”
“Mereka hanya bergandengan tangan, bukan membuktikan berpacaran,” ujarku mencoba menenangkannya, padahal sebenarnya untuk menenangkan diriku sendiri. Tetapi tidak ada efeknya, Myu Ra kembali melanjutkan tangisannya. Aku tak menghiraukannya. Di kepalaku masih terputar rekaman kejadian yang membuat dia menangis. Kami melihat Cho Kyuhyun dan Kim Ki Young bergandengan tangan, lebih tepatnya Ki Young yang menggandeng tangan Kyuhyun. Dan kejadian itu kami lihat di luar apartement Ki Young. Jadi yang membuat kami syok adalah Ki Young menggandeng tangan Kyu dan mengantarkannya keluar dari apartemen. Apa yang dilakukan seorang Cho Kyuhyun di apartemen Kim Ki Young? Dan mengapa mereka bisa seakrab itu? Jika orang-orang menyimpulkan mereka sedang berkencan itu merupakan hal yang wajar. Karena mereka berdua memang tampak seperti orang yang sedang berpacaran. Oke, aku cukup sulit menerima kesimpulan terakhir. Tapi apa yang kulihat itu sudah menjadi bukti walau bukan bukti yang akurat.
Myu Ra, gampang kau menangis. Kau tidak tahu kalau hatiku lebih terluka dibandingkan hatimu. Yang dia khianati itu aku, bukannya kau.
“Sudah hampir jam 10, kau tidak pulang Chae Ri?”tanya Myu Ra.
“Aku takut pulang, onnie. Aku pasti dimarahi eomma,” sahutku. Ya, percuma aku pulang jam segini karena sudah pasti eomma akan mengamuk. Lebih baik aku pulang lebih larut, saat eomma sudah tertidur, jadi aku bisa masuk ke rumah dengan menyelinap. Aku tahu Siwon ahjusshi pasti akan mau membukakan pintu untukku.
“Aku malah takut pulang sekarang, eomma ku pasti akan tahu kalau aku membolos les lagi,” ujarnya.
Kami pun terdiam, berpikir dan entah kenapa aku berinisiatif memanggil Heechul. Dia datang ke tempat kami lima belas menit kemudian setelah aku menghubunginya. Dia datang menggunakan taksi.
“ Dua gadis memanggilku malam-malam, kalian ingin berpesta ya?” tanya Heechul pada kami.
“ Kenapa kau malah memanggilnya?” bisik Myu Ra sambil menyikutku.
“ Entahlah, cuma dia yang ada di pikiranku sekarang,” sahutku.
“Hya, kalian masih menggunakan seragam sekolah. Mana bisa masuk Pub klo berpakaian seperti itu. Chae Ri, jadi dari tadi kau belum pulang ya? Hah, dasar anak jalanan,” ucap Heechul menyindir.
“Omo, ke Pub? Aku belum pernah ke sana dan tak mau. Kita ke karaoke saja, mau ya? Kalian berdua harus menghiburku. Ayolah!” ajak Myu Ra.
Aku dan Heechul pun menuruti. Kami bertiga pergi ke karaoke dan membiarkan Myu Ra bernyanyi sendirian. Aku dan Heechul hanya memperhatikan dia menyanyi dengan berbagai macam ekspresi, benar-benar sedang patah hati.
“Dia kenapa, sih?” tanya Heechul.
“Patah hati,” sahutku pendek.
“Mwo?” Heechul membulatkan mulutnya. “Kang In berselingkuh, ya?”
“Bukan dengan Kang In. Syukur saja dia lagi asyik menyanyi. Jika Myu Ra dengar perkataanmu, kau akan langsung mati.”
“Lalu kenapa kau malah memanggilku? Kangen ya?” dia pun mendekatkan wajahnya ke telingaku, ”Chae Ri, aku mau pesan Shoju, kau mau minum juga nggak?”
Aku tersenyum mendengar tawarannya. Aku pun mengangguk. Mungkin dengan sedikit minum perasaanku yang dari tadi tidak nyaman akan lebih lega.
“Chae Ri, kau sudah habis berapa botol? Kau gila! Kkau tidak bisa pulang dalam keadaan mabuk,” seru Myu Ra.
“Aku tidak mabuk kok, masih kuat. Masih bisa pulang sendiri,” sahutku sambil membuka botol shoju yang ke-5.
“Ayo hentikan. Aku yang sedang patah hati saja tidak berpikiran untuk mabuk. Kau malah lebih parah,” kata Myu Ra sambil mengambil botol shoju yang baru kubuka. “Hey Kim Heechul, apa-apaan kau ini, harusnya kau cegah dia. Besok kami masih harus sekolah, kenapa malah kau buat dia mabuk?”
“Ya, Jung Myu Ra. Kau patah hati dan kami yang menemanimu. Tapi kau malah marah-marah. Suka-suka kami dong mau minum atau tidak kau sendiri menyanyi tidak jelas. Aku pusing mendengarnya,” bentakku dan seketika itu juga kulihat air mata Myu Ra jatuh lagi. Kemudian dia mengambil tas sekolahnya lalu berlari pergi meninggalkan aku berdua saja dengan Heechul.
“Kau sudah mabuk Chae Ri, kalau kau sadar, kau takkan berbicara sekeras itu padanya. Bagaimanapun juga dia sedang patah hati,” kata Heechul sambil menepuk pundakku.
“Aku tidak bisa mengejarnya dan meminta maaf,” sahutku sambil mengambil botol shoju yang tadi diambil Myu Ra, tapi Heechul menahan tanganku dan entah kenapa air mata yang dari tadi kutahan jatuh juga.
“Hei, kenapa kau juga menangis? Hah, dasar wanita,” Heechul memang berkata ketus tetapi dia merangkulku dan membiarkanku menangis di pelukannya dan itu membuat tangisanku semakin kencang karena yang kuinginkan sebenarnya adalah menangis di pelukan Kyuhyun. Aku sangat merindukannya, tetapi aku sakit hati dengan apa yang kulihat tadi.
“Gomawoyo,” kataku setelah cukup puas menangis.
“Ah, kenapa harus berterima kasih, aku tidak melakukan apapun,” sahut Heechul sambil menggaruk-garuk lehernya. “Daripada mengucapkan terima kasih, aku lebih suka kalau kau mengabulkan satu keinginanku.”
“Mwo? Hanya menemaniku menangis kau malah bikin keinginan. Pelit sekali,” sungutku.
“Hey, aku sudah merelakan waktu istirahatku dan kau bilang aku pelit?!” seru Heechul sambil menatapku tajam.
“Hehe… Maaf, kau tidak pelit kok. Apalagi kalau kau yang bayar semua tagihan,” sahutku sambil buru-buru keluar dari ruangan. Aku berlari keluar dari tempat karaoke itu tapi tidak jauh karena bagaimanapun juga aku tidak tega meninggalkan Heechul. Dan ketika kulihat dia sudah keluar, aku pun meneriakinya, “Kim Heechul… kau memang orang terbaik yang pernah kukenal!”
“Cih, tak ada gunanya memuji. Kau sudah menghabiskan uangku,” sahutnya tapi dia tidak kelihatan marah. Dia malah tersenyum dan kemudian berlari menghampiriku.
“Kalau kau berhasil menangkapku, akan kuwujudkan keinginanmu,” godaku. Kemudian aku pun berlari dan kulihat dia berusaha menyusulku. Dasar gila, seharusnya aku pulang karena ini sudah larut tapi aku malah mengajaknya bermain. Aku benar-benar sudah mabuk sepertinya. Kami pun saling kejar-kejaran. Tampaknya dia payah dalam olahraga, lama sekali sampai dia hingga akhirnya bisa menangkapku.
“Nah, kau sudah berhasil kutangkap. Saatnya aku membuat permohonan,” katanya sambil terengah-engah.
“Curang, aku sudah kelelahan kau baru menangkapku. Dasar payah,” ejekku.
“Biarin, kau kalah dan aku yang menang. Sekarang ayo kita duduk dulu,” ajaknya. Dia menarik tanganku dan mengajakku duduk di trotoar. Aku tidak mengecek jam lagi. Jalanan sudah sepi, pastinya sekarang sudah sangat larut.
“Cepat katakan kamu mau apa. Kalau tidak aneh, aku turutin deh. Tapi antar aku pulang ya,” pintaku.
“Iya, mana mungkin kamu kubiarkan pulang sendiri,” sahutnya, “Ehmm… Hari minggu kita kencan ya.”
“Hah? Bukannya sekarang kita sedang kencan?”
“Kencan apa? Kau saja lagi mabuk.”
“Baiklah. Hari minggu, aku akan berdandan cantik dan tidak akan mabuk.”
“Baguslah, ayo sekarang kau kuantar pulang.”
@@@@
Aku pergi kesekolah dengan kepala yang berat karena terlalu banyak minum. Semalam aku berhasil pulang dengan selamat. Tetapi paginya eomma memarahiku habis-habisan. Apalagi saat dia tau aku pulang dalam keadaan mabuk. Aku tidak diizinkan sarapan dan berangkat sekolah dalam keadaan perut keroncongan. Syukur aku tetap bisa bertahan sampai jam istirahat tiba. Tetapi aku tidak berselera memakan roti yang kubeli di kantin. Aku merasa mual. Aku menyesal sudah terlalu banyak minum semalam. Aku berharap ada yang memperhatikanku. Tapi entah kenapa di saat jam istirahat ini tidak ada seorang pun dikelas. Aku pun memakan rotiku sendirian di kelas sampai aku mendengar Kang In memanggilku.
“Chae Ri, ikut aku!” ajaknya tergesa-gesa.
“Aku lagi makan,” sahutku tapi Kang In tidak mendengarkan. Dia langsung menarikku agar mengikutinya. Aku pun mengalah meninggalkan rotiku yang belum sempat kusentuh dan mengikutinya sampai ke atap sekolah. Sungguh pemandangan yang tak ingin kulihat. Ki Young dan Myu Ra tengah saling menjambak rambut. Aku dan Kang In pun bergegas melerai perkelahian dua gadis itu.
“Jung Myu Ra, kau gila! Kau menjambakku tanpa alasan. Apa salahku?” jerit Ki Young yang sedang kupegangi, kata-katanya itu membuat Myu Ra makin emosi dan berusaha menarik rambutnya lagi tetapi tidak berhasil karena aku sudah mendorong Ki Young supaya menjauh. Tetapi Myu ra tidak tinggal diam, dia malah menarikku dan menjambak rambutku.
“Onnie, kenapa aku juga kena?” teriakku sambil berusaha melapaskan diri dari serangannya.
“Karena kau menyebalkan,” jerit Myu Ra.
“Kau masih marah karena masalah semalam? Ya sudah, pukul saja aku. Cepat!” kataku sambil menarik tangan Myu Ra dan menampar-namparkannya ke wajahku. Dan kulihat dia menangis.
“Chae Ri, mianhe,” ucapnya, lalu memelukku dan menangis lebih keras.
“Sebenarnya ada apa ini?” tanya Kang In keheranan.
“Kenapa hanya meminta maaf padanya? Kau juga sudah menjambakku tanpa alasan. Kau sudah merusak rambutku,” Ki Young setengah berteriak.
“Diam kau Ki Young!” seru Kang In yang membuat Ki Young tersentak.
“Ada apa ini?” terdengar suara berat dari seorang Seonsaengnim diikuti suara riuh di belakangnya.
“Tidak ada apa-apa, kami sedang berlatih buat teater kami,” kataku berbohong diikuti dengan anggukan Kang In.
“Sungguh?” tanya Seonsaengnim itu tak percaya.
“Mana mungkin kami berbohong,” sahut Kang In. sementara Ki young tetap diam, dia tau kalau dia berbicara yang sebenarnya akan timbul masalah besar. Mana mungkin dia mau semua orang tau kalau dia terlibat perkelahian dengan teman satu sekolahnya.
“Ya sudah,” Seonsaengnim itupun pergi diikuti oleh anak-anak yang lain.
Kami pun menarik nafas lega setelah mereka pergi. Tetapi tidak semuanya pergi karena kulihat Kyuhyun datang mendekati kami.
“Sebenarnya ada apa?” tanyanya. Entah mengapa ketika melihat wajahnya rasa mual yang tadi sempat hilang muncul lagi.
“Tidak usah pedulikan mereka,” sahut Ki young yang kemudian mengajaknya pergi.
“Kang In, tolong temani Myu Ra,” pintaku kemudian mengikuti Ki Young dan Kyuhyun. Aku mengikuti mereka dengan perlahan-lahan supaya mereka tak tahu kalau kuikuti. Hingga akhirnya mereka berhenti di bagian belakang gedung sekolah.
“Sebenarnya ada apa, sih?” tanya Kyu penasaran.
“Aku juga tidak tahu, dia memanggilku untuk menemuinya di atap sekolah. Saat aku tiba di sana, dia langsung menjambak rambutku. Menyebalkan sekali,” sungut Ki Young.
“Dia takkan menyerangmu tanpa alasan, coba kau ingat sudah berbuat salah apa padanya? Aku sudah mengenalnya sangat baik.”
“Mana kutahu. Kau juga harusnya tahu kan aku tidak mungkin memulai perkelahian. Itu bisa merusak image-ku, harusnya kau tadi datang dan membelaku.”
“Sudahlah, kau tidak terluka kan?” tanya Kyu. Dan kulihat Ki young menjulurkan lengannya.
“Tadi dia sempat mencakar tanganku.”
“Baiklah aku akan ke klinik dulu meminta plester,” kata Kyu tapi tangannya keburu ditarik oleh Ki Young.
“Tidak usah, temani aku di sini saja!”
“Mana bisa. Nanti lukanya meninggalkan bekas, aku hanya sebentar kok.”
“Kubilang tak usah. Kalau kau begini baik…a-aku akan semakin sulit melepaskanmu. Kau tahu kan aku menyukaimu? Kalau kau perhatian seperti ini, kau sama saja memberiku harapan.”
“Itu tidak ada hubungannya,” kata Kyu kemudian melepaskan tangannya yang dipegang oleh Ki Young, “Tunggu saja disini!”
Dia lalu pergi meninggalkan Ki Young dan berjalan ke arahku. Aku yang sedari tadi mengintai, jadi kelabakan sendiri. Aku tidak ingin dia melihatku…tetapi terlambat.
“Chae Ri-ah?! Kau, kau sudah berapa lama di sini?” tanyanya dengan ekspresi terkejut.
“Sangat lama. Aku mengikuti kalian. Tidak boleh?” aku balik bertanya mencoba bersikap setenang mungkin.
“Kenapa? Kenapa harus mengikuti? Kenapa memata-mataiku?”
“Seharusnya kau tidak menanyakan itu! Karena itu hakku kan?” kataku sambil menyeka air mata yang sudah jatuh, aku ternyata tidak bisa mengendalikan emosiku. Aku pun berbalik menjauh darinya tetapi hanya beberapa langkah karena aku merasakan sakit di kepala dan perutku. Aku mencoba tetap berjalan, aku tak ingin jatuh di hadapannya. Namun aku tak sekuat itu. Aku pun jatuh pingsan.
To Be Continue ……………

share by superdiya.wordpress.com

Tidak ada komentar: