Super Junior FanFiction: “Get Married″
Part
12 [last part]″
Setelah keluar dari ruang guru, aku tidak bisa berkata apapun.
Keterkejutan masih menyelimuti pikiranku. Tak percaya tentu saja. Tapi itulah
kenyataan. Setelah aku kembali ke kelas, kulihat Kyuhyun pergi. Yah, dia menuju
ruang guru karena menerima panggilan dari sana. Aku tau, dia pasti dipanggil
untuk dikabari tentang keberhasilannya itu. Dengan cepat kabar diterimanya
Kyuhyun di Universitas Tokyo menjadi topik terhangat obrolan dari semua siswa.
Ada rasa bangga dan iri dari percakapan mereka. Aku diam saja sepanjang hari
itu, tapi aku akan meledak sesampainya di rumah.
Saat tiba dirumah, aku mengikuti Kyuhyun masuk ke kamarnya. Kami
memang sudah tidak sekamar lagi sejak awal tahun ajaran baru. Tidak ada tampang
terkejut di wajahnya ketika melihat ekspresiku. Tampaknya dia tau apa yang akan
kubicarakan dengannya.
“Aku belum pernah mendengar sekalipun dari bibirmu kalau kau akan ke Tokyo. Sebenarnya apa artinya kabar itu? Mengapa kau tidak pernah menceritakan hal itu padaku?” tanyaku dengan setengah terisak. Dadaku terasa sangat sakit ketika aku mengucapkan kata-kata tersebut.
“Aku belum pernah mendengar sekalipun dari bibirmu kalau kau akan ke Tokyo. Sebenarnya apa artinya kabar itu? Mengapa kau tidak pernah menceritakan hal itu padaku?” tanyaku dengan setengah terisak. Dadaku terasa sangat sakit ketika aku mengucapkan kata-kata tersebut.
Dia masih diam. Dia mencoba membuka mulutnya untuk menjawabku
tetapi pada akhirnya tak ada kata pun yang keluar.
Kesal dengan sikap tidak tegasnya membuatku kembali mencecarnya,
“Kenapa tidak menjawabku? Kenapa tidak jujur? Kau tau, jika kau pergi ke
Jepang. Itu artinya kita akan berpisah saat lulus nanti. Kenapa malah melakukan
hal itu? Kenapa melakukan itu tanpa bicara dulu denganku?”
“Chae Ri, aku…”
Dia sudah mulai bisa menyahutku. Tapi aku sudah tidak peduli.
Sekarang yang kuinginkan agar dia yang mendengarku. Mengarahkannya ke arah
pikiranku dan tidak membantah setiap ucapanku. Aku terus berteriak padanya
sambil memukul-mukul dadanya, “Batalkan! Segera batalkan!! Aku tidak akan
membiarkanmu pergi. Tidak akan! Aku tidak mau hidup berpisah darimu.”
Kyuhyun menarikku dalam pelukannya, mencoba menenangkanku. Aku
merasa tenang di pelukannya dan membalas pelukannya dengan erat seakan tidak
mengizinkannya lepas.
“Mianhae, mianhae karena tidak memberitahumu dari awal. Aku juga
sudah banyak berpikir…” ujarnya lembut di telingaku.
Kulepaskan pelukanku dan menatap matanya, “Kenapa harus di
Jepang? Kenapa harus kesana?”
“Karena sejak dulu itulah impianku. Kuliah di Tokyo walau bukan
di universitas bergengsi itu sudah cukup untukku. Kau tau, kebetulan salah
seorang temanku bermain game online merupakan dosen di Universitas Tokyo. Dia
yang menawariku untuk kuliah di sana. Lagipula, Tokyo adalah pusat pembuatan
game terbesar di dunia selain Amerika. Pasti sangat menyenangkan bisa bertemu
pembuat game-game handal dan bisa bekerja sama dengan mereka. Aku sangat
menginginkan hal itu,” jelas Kyuhyun panjang.
Aku melongo mendengar penjelasannya itu. Jadi inti dari
alasannya adalah demi game? Sangat konyol dan mengapa dia menjelaskan hal itu
dengan penuh semangat? Tak mengertikah dia dengan perasaanku?
“Jadi kau tetap mau kesana?” tanyaku.
“Ya, aku ingin sekali.”
Aku menggelengkan kepalaku masih tak mengerti, “Aku tidak bisa
memahamimu. Awalnya kukira kau menikahiku karena terpaksa dan setelah kita tau
perasaan kita masing-masing, kau malah ingin pergi dengan alasan yang bagiku
tidak masuk akal. Sebenarnya bagaimana perasaanmu padaku sesungguhnya? Kau
bohong saat bilang bahwa kau mencintaiku. Kau menggunakan kesempatan ini untuk
pergi dariku…,” cukup berat bagiku untuk melanjutkan perkataanku. Air mataku
sudah tidak bisa dibendung lagi, tapi aku masih menahannya sampai aku berteriak
padanya, “…baiklah. Terserah kau saja.”
Setelah itu, aku meninggalkannya sendirian. Aku masuk ke kamarku
dan menangis. Aku berpikir sangat ingin menghalanginya. Tapi aku bukan
siapa-siapa, aku tak punya hak untuk menghalangi keputusannya.
Malamnya dia mendatangi kamarku. Terlihat dia sangat canggung
untuk berbicara denganku. Aku tidak ingin memulai pembicaraan terlebih dahulu
karena memang tidak tau harus berkata apa. Cukup lama kami saling membisu.
Sampai akhirnya dia mengatakan maksud kedatanganya ke kamarku.
“Aku sudah memikirkan lagi tentang sekolah. Kalau kau memang
tidak suka. Aku akan memikirkan lagi.” Dia kemudian diam untuk melihat
ekspresiku, tetapi aku masih acuh sehingga dia melanjutkan lagi, “Aku tidak
menyangka reaksimu akan seperti itu. Tapi, tentang aku mencintaimu, itu bukan
bohong. Aku tulus. Jadi kalau kau memang tak suka, aku akan membatalkan untuk
masuk ke universitas itu. Tapi sesungguhnya aku sangat ingin masuk ke sana. Aku
harap kau bisa mengerti.”
Aku masih diam saja, karena memang aku tidak mau memutus perkataannya.
Dia menarik nafas panjang sebelum melanjutkan perkataannya.
“Chae Ri, maukah kau memikirkan perasaanku? Bisakah juga kau
sedikit memikirkan tentang impianku itu?”
“Kurasa kau sudah tau jawabanku,”sahutku ketus.
“Chae Ri…”
“Keluarlah! Aku lelah.”
Dengan langkah gontai dia keluar dari kamarku. Dia tak tau
setelah dia pergi aku kembali menangis. Sedih sekali rasanya mengetahui
pikirannya yang sepertinya sudah bulat untuk pergi tetapi seolah-olah masih
memikirkan perasaanku. Kyuhyun babo! Tidakkah dia merasakan kepedihan yang sama
denganku saat mengetahui kepergiannya akan membuat kami terpisah jauh.
@@@@@
Pagi harinya setelah masalah itu, aku pergi ke sekolah dengan
mata membengkak efek menangis semalam. Kyuhyun berangkat ke sekolah bersama
denganku tetapi tidak berani mengajakku berbicara. Kami diam sepanjang
perjalanan ke sekolah begitu juga saat pulang. Musim gugur tampaknya memang
selalu menjadi saat yang buruk dalam hubungan kami. Tahun lalu kami menjadi
dingin karena masalah ‘seks’ dan sekarang karena masalah ‘pendidikan’.
Menyebalkan sekali, aku tidak ingin kami seperti ini. Tapi tampaknya ke egoisan
kami-lah yang membuat hubungan kami sekarang menjadi buruk. Harus ada yang
mengalah, dan sudah kuputuskan itu bukan aku.
Aku mungkin orang paling egois dan mau menang sendiri yang
pernah hidup dimuka bumi ini dan kesalahan dalam hidup Kyuhyun adalah
memilihku. Tapi hal yang wajar sebenarnya aku bersikap seperti itu padanya.
Walau aku tak punya hak untuk mengatur hidupnya, tapi aku istrinya. Seharusnya dia
memikirkan setiap keputusan yang akan diambilnya karena bagaimanapun juga itu
bukan hanya berpengaruh bagi dirinya tetapi juga untukku. Dengan keputusannya
melanjutkan kuliah di Jepang tanpa memberitahuku tentu saja membuatku sangat
menderita. Harusnya dia mengerti, bukan hanya aku saja yang harus mengerti
dirinya tapi dia juga harus mengerti aku.
Saat tiba di rumah, aku sangat terkejut saat melihat kehadiran
abeonim dan eomonim di ruang tengah. Mereka lagi-lagi datang tanpa memberi
kabar terlebih dahulu. Wajah abeonim terlihat sangat galak sementara eomonim
kebingungan. Saat Kyuhyun masuk ke ruang tengah, meledaklah sudah amarah dari
abeonim.
“Kyuhyun-ah, appa sudah dengar dari gurumu. Apa arti semua itu?!
Kenapa malah mengambil jurusan desain? Di Jepang pula!” amuk Abeonim pada
Kyuhyun.
“Appa, jangan khawatir! Aku tidak jadi ke Jepang…”
Aku terkejut mendengar jawaban Kyuhyun itu. Tak kusangka dia
membatalkannya, ternyata dia memikirkan ucapanku.
“Oh. Begitu? Lantas cerita dari gurumu?” tanya abeonim lagi.
Kyuhyun terlihat enggan menjawab pertanyaan ayahnya, “Aku
membatalkanya. Sudah kupikirkan. Tapi aku tetap akan mengambil jurusan desain.”
“Apa? Kau bilang mengambil jurusan apa? Dengan nilaimu, kau bisa
masuk kedokteran atau hukum. Kenapa malah mengambil jurusan itu?” tanya abeonim
masih tak percaya. Aigoo~ Bahkan Kyuhyun tak mendiskusikan hal sepenting itu
pada orang tuanya.
“Yang kuinginkan bukan menjadi dokter atau jaksa, appa…”
“Tutup mulutmu! Aku tidak mengirimmu ke Seoul untuk melanjutkan
kuliah di jurusan selain kedokteran atau hokum. Untuk apa aku mendidikmu? Tidak
bisa. Tak akan ku izinkan. Pokoknya kau harus menuruti perintahku!”
Apa-apaan ini? Keterlaluan. Abonim sangat keterlaluan. Dulu
eomonim yang memaksakan kehendaknya pada Chaesa. Tapi, sekarang abeonim…
Abeonim yang kukenal sangat baik dan bijak memaksakan kehendaknya pada suamiku?
Tapi kemudian aku tersadar. Aku juga melakukan hal yang sama pada Kyuhyun. Tak
bisa kubayangkan betapa sakit perasaannya saat mengetahui orang-orang yang
disayanginya tak ada yang mendukung impiannya. Dan tiba-tiba saja aku sudah
menempatkan diriku di antara abonim dan Kyuhyun.
“Abeonim, cukup! Kami mengerti maksudmu. Tapi, jangan memaksakan
Kyuhyun menuruti keinginan abeonim. Jangan mengatur masa depannya, karena dia
mempunyai kemauan sendiri. Jangan paksa dia seperti saat kalian memaksanya
untuk menikahiku. Kumohon…”
“Chae Ri, kau…,” ucap Abeonim tetapi ditahan oleh eomonim.
Aku pun melanjutkan lagi perkataanku, “Kyuhyun akan kuliah di
Tokyo. Walaupun kalian tidak setuju, aku akan membantu Kyuhyun ke tempat di
mana dia mau pergi.”
Semua yang ada diruangan itu terkejut dengan perkataanku
barusan. Kyuhyun bahkan tampak tidak percaya dengan apa yang baru saja
didengarnya. Aku menarik tangannya untuk mengajaknya pergi dari ruangan itu.
“Walau kau menantuku, tapi apa pantas membantah perkataan orang
tua? Kau punya hak apa?!” seru abeonim padaku yang membuat langkahku terhenti.
“Karena aku istrinya Kyuhyun. Derajat antara anak dan orang tua
adalah satu. Tapi suami-istri adalah nol, Abeonim,” sahutku mantap sambil
tersenyum.
Kemudian aku mengajak Kyuhyun keluar rumah sambil berlari, kami
baru menghentikan lari kami saat tiba di sebuah taman kecil yang memang tidak
jauh dari rumahku.
“Ah, capek juga lari. Kupikir abeonim akan mengejar kita,
jadinya aku lari kencang deh. Ah~ Seharusnya kita maklum. Kita tidak akan bisa
menang dari orang tua.”
Kyuhyun yang dari tadi menatapku kemudian menarikku ke dalam
pelukannya. “Gomawoyo..” ucapnya, “….tadi, aku sangat bahagia.”
“Mianhae, aku baru sadar perasaanmu setelah melihat abeonim.
Ternyata aku hanya memikirkan diri sendiri. Terlalu egois mengekangmu,” sahutku
sembari melepaskan pelukannya karena aku ingin sekali memandang matanya.
“Kenapa kamu yang meminta maaf? Sebenarnya aku yang terus-terusan
egois…”
“Kyuhyun, pergilah ke manapun yang kau inginkan. Sungguh, aku
ingin kau bahagia dengan melakukan apa yang kau impikan. Dengan begitu aku juga
akan bahagia. Selama berpisah, pasti aku akan kangen melulu.”
“Chae Ri, untuk apa berpisah? Kau ikut aku saja! Masih ada
kesempatan untuk mendaftar di salah satu universitas di sana. Ayo,
berusahalah!” serunya menyemangati.
“Aku tidak bisa bahasa Jepang,” sahutku.
“Aku juga sama. Kita bisa belajar bersama-sama.”
“Tapi aku sudah terlanjur mendaftar ke Kyunghee.”
“Arghh, dengan otak sepertimu mana mungkin bisa lolos masuk
Kyunghee?” sahut Kyuhyun meremehkan.
“Jiahh, kalau di dalam negeri saja aku akan gagal, bagaimana
kalau di luar negeri?” amukku sambil mencubiti tangannya gemas.
Kyuhyun tertawa ceria. Tampak bahagia dengan keputusanku yang
merestui impiannya. Aku juga merasa senang ketika melihat senyumannya. Memang
tak ada hal yang membahagiakan selain melihat orang yang kita cintai tersenyum
bahagia.
Saat kembali ke rumah, aku dan Kyuhyun memutuskan untuk
membicarakan masalah pendidikan Kyuhyun secara perlahan-lahan dan penuh
ketenangan kepada orang tuanya. Aku berharap semoga hati abronim bisa melunak
dan dapat memaklumi keinginan anaknya.
“Abeonim, maafkan aku! Perkataanku tadi mungkin sangat menyinggungmu.
Tapi, kumohon restuilah Kyuhyun!” pintaku sambil membungkukkan badan.
“Kalau Kyuhyun pergi, lalu bagaimana dengan kalian berdua?”
tanya eomonim dan kulihat wajah eomma yang duduk di belakang eomonim juga
terlihat penasaran.
“Kami tidak keberatan hidup berpisah. Waktu empat tahun juga
tidak terlalu lama. Sebelum Kyuhyun pergi, kami akan mendaftarkan pernikahan
kami,” sahutku mantap.
“Kalau kau sebagai istri saja sudah mengizinkan. Untuk apa aku
masih berkeras,” ujar abeonim.
Seketika itu juga senyum Kyuhyun merekah, dia menghampiri
ayahnya kemudian memeluknya.
“Appa, kamsahamida.”
“Belajarlah dengan giat di sana! Kau harus cepat lulus supaya
tidak meninggalkan istrimu terlalu lama,” pesan abeonim sambil menepuk-nepuk
punggung Kyuhyun. Inilah kehangatan ayah kepada putra lelakinya, membuatku yang
melihat mereka menjadi terharu.
“Ne,” sahut Kyuhyun. “Aku akan berusaha dengan giat. Aku tidak
akan mengecewakan kepercayaan yang sudah kalian berikan”
@@@@@
Malam itu mertuaku menginap di rumah. Mereka menempati kamar
Kyuhyun yang dulunya milik Siwon, sehingga menyebabkan Kyuhyun jadi tidur di
kamarku. Sudah lama kami tidak sekamar sehingga saat dia masuk ke kamarku, aku
jadi sangat gugup.
“Kenapa wajahmu memerah seperti itu?” tanya Kyuhyun padaku
sambil merebahkan tubuhnya ke kasur.
“Ah, ini karena cuacanya sangat panas,” sahutku.
“Pfuhuahaha… Wajahmu memerah karena aku ada di sampingmu ‘kan?
Chae Ri, tidak usah malu-malu!” Kemudian Kyuhyun menarik tubuhku untuk
memeluknya. “Sekarang wajahmu pasti tambah merah.”
Aku tidak menjawabnya tetapi semakin mengencangkan pelukanku.
Memanfaatkan waktu kebersamaan kami.
“Saat di Jepang nanti, jangan melirik gadis lain!”
“Tentu, kau juga. Jangan berikan kesempatan pada pria lain untuk
mendekatimu!” balasnya.
Aku kemudian melepaskan pelukanku dan duduk di sampingnya yang
sedang berbaring.
”Berjanjilah akan sering menghubungiku dan pulang saat liburan
akhir tahun.”
“Aku janji.”
“Berjanjilah! Berjanjilah akan selalu mencintaiku walau kita
berada dalam jarak yang jauh,” pintaku sambil menangis.
“Aku tidak akan menjanjikan hal itu,” sahutnya yang membuatku
langsung tertegun menatapnya dengan tatapan tak percaya.
“Aku tidak akan berjanji karena aku akan bersumpah. Bersumpah
demi hidupku bahwa aku akan selalu mencintaimu.”
Mendengar sumpahnya itu membuatku langsung menciumnya. Kyuhyun
lagi-lagi membuatku terpukau dengan kalimat-kalimat indah yang tidak bisa
dipercaya keluar dari bibirnya.
“Sekarang tidurlah! Besok kita masih harus ke sekolah,” ujar
Kyuhyun sambil mengusap-usap rambutku.
“Tapi, aku masih mau memelukmu,” sahutku.
“Kalau kau memelukku terlalu lama, nanti aku jadi tak bisa
tidur. Sudahlah biar aku tidur duluan. Selamat malam,” seru Kyuhyun sambil
memasang penutup matanya dan kemudian memunggungiku.
Aissh~ Keromantisannya hilang dalam waktu kurang dari 1 menit.
Ah, tapi memang begitulah dia.
@@@@@
Tebakan Kyuhyun benar. Aku tidak diterima di universitas
Kyunghee dan tidak hanya di universitas itu tetapi juga universitas-universitas
lain. Tetapi syukurlah, aku bisa lulus sekolah menengah, walau dengan nilai
pas-pasan dan hanya memuaskan di pelajaran fisika. Aku kadang berfikir, aku
gagal mendaftar kuliah karena otakku yang memang tidak mampu atau karena
nasibku yang sial.
Tetapi kemudian Kyuhyun berkomentar, “Tuhan Maha Adil, Chae Ri
yang bodoh bisa berpasangan dengan Kyuhyun yang pandai. Itu yang disebut dengan
takdir.”
Kemudian kujawab, “Yah, itu memang keadilan Tuhan. Chae Ri yang
cantik berpasangan dengan Kyuhyun yang buruk rupa.”
Dan seperti biasa dia selalu membalas komentarku. “Hya~ Kenapa
menghina fisik? Asal kau tau, banyak gadis yang menyukaiku. Itu artinya aku
tidak buruk rupa.”
“Cih~ Setauku hanya Ki Young dan Myu Ra saja yang suka
denganmu.”
“Dasar tak pernah mau mengalah,” balasnya.
Dan komentar kami yang saling sengit itu kami lemparkan saat
kami berdua keluar dari catatan sipil seusai mendaftarkan pernikahan kami.
Setelah mendaftarkan pernikahan, kami mampir ke taman tempat pertama kalinya
kami melakukan ciuman pertama dan mengungkapkan perasaan kami.
“Aku pasti sangat merindukanmu saat kau di Tokyo nanti,” gumamku
sambil menatap langit musim semi yang cerah.
“Aku juga pastinya merasakan hal yang sama. Pastinya sangat
membosankan menghabiskan waktu tanpamu. Tanpa mendengar ocehanmu, tanpa
bertengkar denganmu,” sahut Kyuhyun.
“Aku akan menelponmu setiap hari. Tenang saja. Kita masih bisa
bertengkar kok.”
“Tapi tak bisa bersentuhan.”
“Bagaimana kalau kita berbulan madu dulu?” saranku.
“Ke mana? Aku tidak punya uang kalau mesti di Hawai atau ke
negara-negara tropis,” tolaknya.
“Bulan madu ke Jepang saja. Aku akan mengantarmu saat kau ke
Tokyo. Terus kita bersenang-senang di sana. Aku juga ingin mengantarmu saat
hari pertamamu masuk kuliah,” ujarku penuh semangat.
“Oh ya. Jadi biaya nya tidak terlalu besar. Aku akan menginap di
asrama dan kau di hotel. Lagipula kau bisa membantuku merapikan barang-barang
ku saat disana. Ide bagus.”
“Kyuhyun, baboya? Kita di sana berbulan madu. Kenapa malah
menginap di tempat berbeda?” rajukku.
“Mwo? Menginap di tempat yang sama? Berbulan madu? Oh… Chae
Ri-ya, sekarang aku paham maksudmu. Tapi, sungguhan? Bukannya masih harus
menunggu 2,5 tahun lagi?”
“Ya sudah. Tunggu saja 2,5 tahun lagi! Padahal tadi aku sudah
berniat membatalkan perjanjian itu,” sahutku ketus.
“Omo, jangan dibatalkan! Tapi, kenapa kali ini berubah pikiran
lagi? Ah, aku tidak mau saat di Jepang nanti kau membatalkan lagi seperti saat
kejadian harabojimu datang waktu itu,” sungutnya.
“Itu karena…karena aku sudah pasrah. Aku memutuskan untuk
membantu eomma menjaga tokonya. Aku tidak akan kuliah. Jadi, kalau hamil pun
sudah bukan masalah.”
“Pfiuhh~ Andai saja aku tidak tinggal di asrama. Pasti aku sudah
memboyongmu untuk tinggal bersama di sana,” sesal Kyuhyun.
“Hyaaa, Cho Kyuhyun! Tampang menyesal di wajahmu itu lebih
terlihat seperti tampang pria mesum. Pokoknya saat di sana kau juga harus
bekerja sambilan. Kau harus mengirimiku uang setiap bulan. Bagaimanapun juga
sekarang status kita sudah resmi. Kau harus menafkahiku!”
“Baiklah. Jangan khawatir! Ayo, sekarang kita pulang! Kita harus
berkemas untuk keberangkatan kita ke Jepang,” ajaknya.
`“Mwo? Bukannya kau berangkat masih dua minggu lagi?”
“Kita majukan saja. Kita ‘kan akan berbulan madu,” sahutnya
riang.
Ah, dasar Cho Kyuhyun. Aku hanya bisa tersenyum saat melihat
tingkahnya itu dan tentunya aku akan selalu mengingat hari ini sebagai salah
satu hari yang bersejarah dalam hubungan kami.
Empat Tahun Kemudian….
Saat ini aku sedang berada di Tokyo untuk menghadiri upacara
kelulusan suamiku. Kulihat dia dengan gagahnya mengenakan jubah sarjana.
Terlihat kebahagiaannya sepanjang upacara berlangsung. Apalagi dia juga maju ke
podium untuk memberikan sambutan karena dia lulus dengan nilai terbaik. Aku
tidak mengerti apa yang dibicarakannya di atas sana karena dia mengucapkannya
dengan bahasa Jepang tetapi sepertinya dia berbicara tentang diriku karena
semua orang yang ada di aula itu memandang ke arahku saat Kyuhyun menunjukku
dan memberikan tepuk tangan meriah yang sepertinya di tujukan untukku. Aku
hanya bisa tersenyum saja dengan wajah kebingungan.
Selepas upacara berakhir dia menghampiriku yang membawakan buket
bunga untuknya. Tanpa ragu dan malu dia menciumku di depan banyak orang. Wajar
saja sih, lagipula kami sudah menikah secara resmi jadi tidak perlu sungkan
lagi dan ciumannya berhenti saat sebuah tangan mungil menarik-narik jubahnya.
“Appa, popo Heehyeon juga!” seru pemilik tangan mungil itu.
Kyuhyun tersenyum melihat bocah lelaki itu, kemudian mengangkat
anak itu kedalam gendongannya kemudian menciumi pipi anak itu.
Nama anak itu Cho Heehyeon. Dialah buah dari pernikahan kami,
seorang anak lelaki yang pada tahun baru lalu berusia tiga tahun. Bisa dibilang
dia adalah duplikat Kyuhyun kecuali matanya yang mirip denganku. Nama Heehyeon
sendiri bukan aku dan Kyuhyun yang memberikan, tetapi diberikan oleh Ki Young.
Dia memberikan nama itu saat kami bertemu pada waktu pemeriksaan kehamilanku
yang ke-7 bulan di rumah sakit saat dia sedang melakukan aksi amal di sana.
Katanya nama itu genderis, bisa digunakan untuk perempuan maupun lelaki. Jadi
kuterima saja, lagi pula nama itu manis sekali. Dan syukurlah, Heehyeon tumbuh
menjadi anak yang manis seperti namanya.
Aku sendiri baru mengetahui mengandung Heehyeon saat awal musim
panas. Setelah usia kandunganku mencapai bulan kedua. Selama bulan madu, aku
dan Kyuhyun memang terlalu banyak ‘bersenang-senang’ tetapi aku tidak menyangka
akan segera mengandung sepulangnya dari bulan madu. Saat mengetahui aku hamil,
aku hanya bisa menangis di pangkuan eomma tetapi saat itu aku mendengar kabar
yang sangat mengejutkan dari eomma. Eomma juga sedang mengandung. Argghh~
Tragedi keluargaku di mana aku mempunyai paman yang berusia hampir sama
denganku kini terulang pada anakku. Padahal eomma sudah memasuki usia rentan
melahirkan dan akhirnya adikku lahir dalam keadaan prematur. Dan jika ada
omongan orang yang bilang kalau kakek dan nenek akan lebih sayang pada cucunya
ketimbang anaknya, itu tidak berlaku untuk orang tuaku.
Syukurlah masih ada Chaesa di rumahku. Dialah yang menggantikan
Kyuhyun merawatku dan saat kandunganku semakin tua, haraboji dan Siwon datang.
Aku masih ingat saat tiba waktunya aku melahirkan. Karena saat itu sedang
pergantian tahun dan aku mengalami kontraksi lebih cepat dari yang
diperkirakan. Siwon-lah yang melarikanku ke rumah sakit. Aku tidak menyangka
dia dengan sigap menolongku dan mendampingiku sementara saat itu suamiku
sendiri masih terjebak macet dari bandara Incheon menuju rumahku tanpa tau
istrinya sedang bertarung nyawa untuk melahirkan anaknya. Aku sangat kesal pada
Kyuhyun saat itu, aku kesal karena dialah yang kuharapkan berada di sampingku
saat persalinan tetapi malah digantikan oleh pamanku. Tetapi aku sadar,dia juga
sangat menyesali itu dan keadaan memang tidak memungkinkannya berada di sisiku.
Lalu, Kyuhyun tidak bisa berlama-lama di Seoul karena liburan
musim akhir tahun memang sangat singkat, dia kembali ke Tokyo bahkan sebelum
Heehyeon berusia satu bulan. Menyedihkan sekali hidup berumah tangga tetapi
mesti terpisah seperti itu tetapi kami bisa menghadapinya. Kami bertahan karena
kami tau, perpisahan kami hanya sementara. Saat Kyuhyun menyelesaikan studinya,
saat itulah kami sekeluarga akan bersama-sama lagi.
“Aku sangat senang. Senang karena setelah ini, kita akan selalu
bersama,” ujar Kyuhyun saat kami berada dalam taksi menuju rumahku dalam
perjalanan dari bandara sepulangnya kami dari Jepang.
“Aku juga senang. Sudah saatnya Heehyeon melihat ayahnya setiap
hari. Mulai sekarang, kau harus membantuku menjaga anak kita. Juga menghidupi
kami dengan penghasilan yang layak,” balasku.
“Tentu saja. Aku juga sudah mendapatkan pekerjaan yang hebat
sesuai dengan bidangku…,” ujarnya bangga, “…lagipula sudah saatnya juga
Heehyeon mendapatkan adik.”
“Hah? Memberi Heehyeon adik? Aku tidak mau, tunggu lima tahun
lagi!”
“Hyaaa, terlalu lama. Nanti malah kebablasan seperti rentang
usiamu dengan adikmu,” sahut Kyuhyun.
“Cih~ Kaupikir merawat anak semudah membuatnya? Nih, mulai hari
ini sampai seminggu ke depan kau yang mengasuh Heehyeon, kita lihat kemampuanmu
dulu.”
Kemudian supir taksi yang kami tumpangi terlihat menyeringai
mendengar pertengkaran kami.
“Hyaaa, Ahjusshi! Kau mengejek kami, ya?” seruku.
“Ani… Aku hanya geli melihat pasangan muda seperti kalian. Kalau
aku boleh tebak, kalian pasti menikah karena ‘kecelakaan’ ya? Kalian masih muda
tetapi sudah punya anak sebesar itu. tebakanku pasti benar,” ujar supir taksi
itu tanpa sungkan sama sekali.
“Huh, mau tau saja,” sahutku ketus.
Tetapi kemudian sepanjang perjalanan aku kembali teringat akan
awal pernikahanku yang memang berawal dari kecelakaan. Sebuah pernikahan yang
diawali dari ketidakrelaanku. Kemudian perasaanku pada suamiku yang semula
tidak suka kemudian perlahan-lahan menjadi amat mencintai. Kemudian masa-masa
saat kami saling menjauh karena keegoisan masing-masing. Lalu saat di mana
muncul orang-orang yang mengganggu kisah cinta kami dan saat yang terberat saat
kami harus berpisah karena ingin meraih impian. Kami sudah banyak mengalami hal
yang sulit dalam menjalani pernikahan kami, dan aku sadar setelah ini akan
lebih banyak kejadian-kejadian yang akan muncul menjadi bumbu dalam kehidupan
rumah tangga kami. Dan harapanku sekarang hanyalah, kami akan selalu bersama
mulai kini dan seterusnya.
~ THE END~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar