Super Junior FanFiction: “Get Married″
[Part 2]“
Chae Ri…Chae Ri… Bangun Chae Ri! Nanti terlambat ke sekolah. Ayo
Chae Ri, bangun!” perintah Kyu sambil memukul-mukul tanganku.
“Aaaahhh… Lima menit lagi,” pintaku.
“Aaaahhh… Lima menit lagi,” pintaku.
“Kalau kau tidak bangun sekarang, aku akan panggil umma sekarang
juga dan aku akan memakan pisangmu. Ayo cepat bangun!” Kali ini Kyu memukul
tangan ku lebih keras.
“AW… SAKIT!!!” Jeritku, “Kau tidak bisa membangunkanku dengan cara lebih lembut ya? Dan jangan sentuh makananku, kalau kau tak ingin menyesali hidupmu,” ancamku.
“Aku tak peduli. Siapa cepat dia yang DAPAT. Aku tunggu di meja makan 10 menit. Jika kau tak siap dalam waktu itu, jangan harap kau kusisakan,” Kali ini Kyu yang balik mengancamku.
Kyu kemudian meninggalkanku, aku melihatnya sudah siap dengan seragam musim panasnya, sementara aku masih berpiyama. Aku bergegas bangkit dari ranjangku menuju kamar mandi yang ada dikamarku, kemudian mencuci muka, berkumur dan menggosok gigi kemudian mengganti pakaianku. Aku akan terlambat jika mandi dulu. Syukur aku sudah menyiapkan buku-buku pelajaranku tadi malam. Aku menyemprotkan pewangi keseluruh tubuhku. “Hmm… Walau tak mandi, aku masih tetap kelihatan cantik. Hahaha,” kataku dalam hati sambil mematut diriku di cermin, “Yaks, aku siap.”
“AW… SAKIT!!!” Jeritku, “Kau tidak bisa membangunkanku dengan cara lebih lembut ya? Dan jangan sentuh makananku, kalau kau tak ingin menyesali hidupmu,” ancamku.
“Aku tak peduli. Siapa cepat dia yang DAPAT. Aku tunggu di meja makan 10 menit. Jika kau tak siap dalam waktu itu, jangan harap kau kusisakan,” Kali ini Kyu yang balik mengancamku.
Kyu kemudian meninggalkanku, aku melihatnya sudah siap dengan seragam musim panasnya, sementara aku masih berpiyama. Aku bergegas bangkit dari ranjangku menuju kamar mandi yang ada dikamarku, kemudian mencuci muka, berkumur dan menggosok gigi kemudian mengganti pakaianku. Aku akan terlambat jika mandi dulu. Syukur aku sudah menyiapkan buku-buku pelajaranku tadi malam. Aku menyemprotkan pewangi keseluruh tubuhku. “Hmm… Walau tak mandi, aku masih tetap kelihatan cantik. Hahaha,” kataku dalam hati sambil mematut diriku di cermin, “Yaks, aku siap.”
Aku pun menuju ruang makan. Kulihat ayah, ibu dan Kyu sudah
menyantap sarapan paginya.
“ Seperti biasa kau cepat sekali berdandan, pasti kau tidak
mandi kan Chae ri?” selidik ayahku.
“Huh, Ayah tega sekali menuduhku,” Kataku sambil mengambil
makanan kesukaanku, pisang. “Tak sampai 10 menit kan Kyu? Bhebhebhebhe…,”
kataku sambil memakan pisangku.
“ JOROK” kata Kyu pendek dan tanpa rasa berdosa.
Aku bersiap siap melemparkan piring ke wajah Kyu tetapi ayahku
berhasil menangkap tanganku. “Pengantin baru jangan sering-sering bertengkar!
Ayo Chae Ri, cepat habiskan makananmu,” titah ayahku.
“Aku sudah selesai, Ayah,” ujar Kyu.
“Klo begitu ayo kita berangkat, Kyu,” ajak ayahku.
“Chae Ri, kami berangkat duluan. Seperti biasa kau berangkat
dengan ibumu, ya!” kata ayahku sambil mencium keningku.
Sejak aku dan Kyu menikah sebulan yang lalu, beginilah rutinitas
kami di setiap pagi. Kyu sekarang menggantikan ibuku untuk membangunkanku, dan
Ayah selalu mengantarnya ke sekolah setiap hari. Kami tidak berangkat bersama
untuk menghindari kecurigaan orang-orang atas hubungan kami. Penikahan kami
masih dirahasiakan, juga belum didaftarkan ke Negara, jadinya di sekolah aku
tetap menggunakan nama keluarga ku, Park Chae Ri. Bukannya menjadi Cho Chae Ri.
Suatu hari ibuku pernah berkata jika dia tidak suka melihat aku memarahi Kyu,
padahal ibuku tak tahu betapa dinginnya sikap Kyu kepadaku. Di sekolah dia
sekali pun tak pernah menegurku, bahkan aku lihat dia berusaha sejauh mungkin
dariku. Aku sakit hati dengan sikapnya itu. Saat kami hanya berdua di kamar pun
sikap dinginnya tak hilang. Dia hanya masuk kekamarku jika sudah ingin tidur
dan ketika berbaring, dia langsung terlelap. Tak ada itikad baik darinya untuk
menyapaku dan berkata manis.
————-
“Hmm… Apa aku salah masuk kompleks ya? Kenapa rumahnya belum
ketemu sih,” gumam Chaesa dalam hati.
Tiba-tiba…
“Ada yang bisa kubantu, Nona?” Tanya seorang pria muda kepada
Chaesa. Dia tertegun melihat pria itu, benar-benar tampan dan tinggi.
“Nona… Kau tak apa-apa?” Tanya pria itu lagi.
“Ah, Tidak. Maksudku…aku baik-baik saja. Bisakah kau membantuku
menemukan rumah ini? Kumohon,” pinta Chaesa sambil menunjukkan alamat yang
ingin ditujunya.
“ Ah, aku tau. Ayo ikut aku!” ajak pria itu sambil menarik
tangan Chaesa.
Chaesa pun menurut dan mengikuti kemana pun pria itu pergi.
————
“Aku pulang. Umma, aku lapar.” Aku langsung ke ruang keluarga
untuk menonton televisi.
“ Aku pulang…” sapa Kyu tak lama kemudian.
“ Kyu, akhirnya kau datang. Tadi pagi setelah kau berangkat
sekolah, ibumu menelpon. Katanya saudara sepupumu akan datang kemari hari ini,
tapi dari tadi ibu tunggu dia belum datang juga. Kau bisa tanyakan lagi ke
ibumu kapan kira-kira sepupumu itu sampai, jadi kita bisa menjemputnya,” ujar
ibu.
“Baiklah,” sahut Kyu. Dia pun menelpon ibunya. Dia menelpon tak
lama, setelah menutup telpon dia bergegas ke dapur mendatangi ibuku.
“Jadi seharusnya dia sudah sampai tadi pagi?” Tanya ibuku pada
Kyu.
Kyu mengangguk kemudian berkata, “Dia berangkat dengan kapal
kemarin sore. Jadi harusnya sudah sampai. Umma, apa kita tidak perlu melapor ke
polisi sekarang?” tanyanya terlihat sangat cemas.
Kemudian bel pun berbunyi…
“ Nah, itu mungkin dia,” kata ibu.
Kyu pun bergegas ke ruang depan untuk membuka pintu. Ketika dia
melihat siapa dibalik pintu, dia sangat senang. Hilang sudah rasa cemasnya.
“Shim Chaesa, syukurlah kau datang juga,” kata Kyu sambil
memeluknya. “Kenapa baru sampai? Bukankah seharusnya kau sudah tiba tadi pagi?”
kali ini Kyu mengajak Chaesa masuk.
“ Jadi ini, adik sepupumu, Kyu? Kau cantik sekali,” puji ibuku
sambil memeluk Chaesa.
Aku pun bergegas melihatnya. Dan memang dia sangat cantik, lebih
tepatnya kepolosannya yang membuatnya terlihat cantik.
“Chaesa… Ini istriku, Park Chae Ri,” kata Kyu memperkenalkanku.
Aku terkejut mendengar Kyu berkata seperti itu, ini partama kalinya dia menyebutku
sebagai istrinya. Chaesa yang semula hanya diam langsung tersenyum dan
memelukku.
“Kakak ipar, senang mengenalmu. Kakakku sangat beruntung
memiliki istri secantik dirimu. Sebenarnya saat kalian menikah, aku sangat
ingin datang. Tapi sayang nenek sedang sakit, jadi aku harus menjaganya
dirumah,” ujarnya, “Oya, aku membawa oleh-oleh dari rumah.”
“Ehm…,” deham seorang pria yang dari tadi diam saja
memperhatikan kami. Chaesa yang melihatnya langsung terdiam ditempat.
“Ahjusshi, sedang apa kau kemari?” tanyaku pada pria itu yang
tak lain adalah pamanku, Choi Siwon.
“Siwonnie adikku sayang,” sapa ibuku. “Tumben kau datang? Hey,
bungkusan apa di belakangmu itu? Bawaanmu banyak sekali, kau diusir dari
asramamu lagi ya?” lanjut ibuku.
“Aku tidak diusir, aku sendiri yang ingin keluar. Di sana
membosankan. Lebih baik aku tinggal disini. Pasti seru,” kata Siwon.
“Aku merasa ada hal yang tidak menyenangkan dari kata-katamu
itu, Ahjusshi,” kataku curiga.
“Jangan cepat mencurigaiku seperti itu keponakanku tersayang.
Hari ini aku sudah berbuat baik, aku yang menemukan gadis itu sedang tersesat
saat kemari. Harusnya kau berterima kasih padaku. Aku sudah menyelamatkan adik
iparmu,” kata Siwon lagi.
“Terima kasih, Ahjusshi,” ucap Kyu.
“Ahh… Jangan panggil aku seperti itu! Cukup Hyung saja,” pinta
Siwon.
“Mana boleh seperti itu. Kau itu pamanku,” sewotku.
“ Pernikahan kalian kan belum sah. Jadi selama itu, aku tidak
mau dia menyebutku ahjusshi,” sahut Siwon lagi sambil berlalu. “Noona, kamarku
masih tetap ‘kan?”
“Iya,” jawab ibuku, “Chaesa, kau juga masuklah kekamarmu.
Mandilah dulu lalu makan malam bersama kami. Ok?” katanya lagi.
“Baiklah,” Chaesa menjawab sambil tersenyum.
“Aku akan menunjukkan kamarmu. Kyu, kau angkat barang bawaan
Chaesa ya!” pintaku.
“Ok,” sahut Kyu yang tampak senang sekali dengan kedatangan
sepupunya.
“ Kau bertemu dengan pamanku dimana? Apa dia tidak mengerjaimu?”
Tanya ku pada Chaesa saat berada di kamar.
“Chae Ri, Chaesa, aku akan membantu umma di dapur,” ujar Kyu,
“Kau baik-baiklah disini, Chaesa!” katanya sambil mengelus kepala Chaesa.
“Ya, Oppa,” sahut Chaesa.
Kyu benar-benar memperlakukan Chaesa dengan sangat lembut, entah
kenapa terbersit rasa iri dihatiku. “Jadi, ahjusshi tidak mengerjaimu kan?”
tanyaku lagi.
“Tidak,” sahutnya. Ada perasaan takut saat dia menjawabnya.
“Benarkah? Kau tidak bohong?” Aku masih tidak percaya.
“Sungguh, aku tidak apa-apa,” Chaesa berusaha menegaskan. Aku
mencurigai ada yang disembunyikannya.
Sebenarnya Chaesa ingin mengeluh dengan apa yang dilakukan Siwon
padanya hari ini, tetapi dia takut tidak ada yang mempercayainya. Siwon
benar-benar mengerjainya hari ini. Chaesa mengira Siwon akan membantunya,
ternyata Siwon justru mengajaknya berjalan-jalan. Bahkan mereka berjalan sampai
ke bandara Incheon. Chaesa hanya bisa menangis sampai akhirnya Siwon
mengajaknya kembali ke tempat mereka bertemu pertama kali. Ternyata saat Chaesa
menanyakan alamat pada Siwon, justru sebenarnya alamat yang dituju hanya
tersisa satu rumah saja dari tempat Chaesa berdiri. Ia kesal karena telah
terpedaya. Tapi ia takut menceritakan masalah ini kepada keluarga Chae Ri.
“Ya sudah kalau kau tak ingin cerita,” kataku menyerah, “Kau itu
sebenarnya ada hubungan apa dengan kyu?” tanyaku lagi.
“Aku anak dari adik ibu oppa. Tetapi orang tuaku telah tiada
sejak aku berusia 5 tahun, jadi orang tua oppa lah yang merawatku. Memangnya
oppa tak pernah menceritakannya padamu?” tanyanya.
Aku hanya menggelengkan kepalaku. Kyu tak pernah sekalipun
bercerita tentang kelurganya padaku. Jangankan bercerita, ketika kami berbicara
pun tidak ada isinya. Kami lebih sering betengkar dibanding berbincang.
———
Aku sedang membaca buku sambil berbaring ketika Kyu masuk ke
kamar. Aku melihatnya tersenyum. Sangat manis… Dengan cepat aku mengalihkan pandanganku.
Tak ingin Kyu melihat wajahku merona hanya karena melihatnya tersenyum.
“Kenapa belum tidur? Besok kau pasti akan susah lagi
dibangunkan,” sewotnya.
“Kau sendiri? Biasanya jam 10 kau sudah tidur, tapi ini sudah
lewat 1 jam,” serangku balik.
“Aku tadi berbincang dengan Chaesa, jadi lupa waktu deh.
Hehehe,” sahutnya sambil tertawa.
“Kau tampak bahagia sekali sejak dia datang,” kataku.
“Kau juga akan merasakan hal yang sama jika kau bertemu dengan
saudara yang sudah lama tak kau temui,” sahutnya.
Aku menatap Kyu kali ini. “Aku baru kali ini melihatmu seperti
ini, kau benar-benar berbeda,” kataku.
“Aku memang seperti ini, hanya saja kau yang tidak
menyadarinya.” Kyu balas menatapku.
“Tidak. Kau sangat dingin! Kau tak acuh padaku, tak pernah
memperhatikanku, kau tidak menyukaiku kan?” bentakku.
“Chae Ri, aku tak ingin kita bertengkar lagi. Aku lelah,”
sahutnya seraya mengambil penutup matanya. Aku tau dia akan tidur sekarang.
Dengan cepat aku menarik tangannya dan memeluknya.
“Chae ri, apa yang kaulakukan?” tanyanya. Jelas dia sangat kaget
dengan apa yang kulakukan padanya.
“Ssstttt… Diamlah! Biarkan aku memelukmu kali ini,” pintaku.
“Baiklah kalau itu maumu,” sahut Kyu. Dia pun membalas
pelukanku, aku merasakan tangannya mengelus punggungku.
“Aku tak pernah berniat mengacuhkanmu. Jika di sekolah aku tak
pernah menyapamu, karena itulah yang sebenarnya terjadi sebelum kita menikah.
Aku dan kau hanya berbicara saat rapat atau pertemuan klub. Aku hanya bertindak
sewajar mungkin supaya tak ada yang curiga dengan hubungan kita,” bisiknya
ditelingaku, aku baru sadar kalau suara Kyu benar-benar lembut.
“Chae Ri, apakah kau menyukaiku?” bisiknya lagi. Dengan cepat
aku berusaha melepaskan pelukanku, tapi kyu tidak mau melepaskan.
“Jawablah!” pintanya.
“Tidak. A…a…aku menyukaimu. Tapi, hanya sebatas teman. Tidak
lebih!” ujarku terbata-bata. Kyu benar-benar membuatku terkejut, aku
benar-benar tidak tahu harus menjawab apa. Mendengar jawabanku, dia langsung
melepaskan pelukannya dan mengambil penutup matanya.
“Selamat tidur, Chae Ri,” ucapnya.
Dia meninggalkanku tidur
begitu saja, tanpa dia tahu jantungku berdetak lebih cepat dari biasanya. “Kyu
apa-apaan kau ini?!” pekikku dalam hati. Aku benar-benar tak tahu apa yang ada
di pikirannya.
To Be Continue ……………
Tidak ada komentar:
Posting Komentar