Super Junior FanFiction: “Get Married″
part 5″
Liburan musim panas sudah benar-benar usai. Di awal semester
ini, aku bahkan tidak bangun kesiangan. Mungkin karena saat liburan di Jejudo,
aku selalu bangun pukul lima pagi jadinya kebiasaan itu terbawa sampai aku
kembali ke Seoul, padahal semalam aku tidur pukul satu. Seharusnya tidak tidur
selarut itu andai saja semua PR liburan musim panasku sudah kuselesaikan jauh
hari.
Kyu masih tidur. Pasti dia sangat lelah setelah mengajariku
semalam, salahnya sendiri harusnya dia tinggal menyerahkan PR-nya biar bisa
kusalin tapi dia sangat pelit. Rasanya aku ingin menggodanya, aku pun membuka
penutup mata yang selalu dia gunakan dan aigoo… Dia sangat manis saat tidur!
Kenapa aku tak pernah menyadarinya? Tampangnya seperti tak berdosa, aku ingin
mencubit pipinya, dan…entah kenapa aku juga ingin menciumnya! Perasaan apa ini
yang sedang berkecamuk di dadaku? Tahan! Kau harus bertahan Chae Ri. Kau harus
bertahan. Tapi, TAK BISA!!!
Akupun mulai mendekatkan wajahku ke pipinya dan… DUKK… Aww
sakit! Kepala Kyu menghantam hidungku, dia mendadak terbangun dan kemudian
meneriakiku, “ Chae Ri-ah! Apa yang mau kaulakukan padaku?”
Aku yang sedang menahan sakit di hidungku tak mampu menjawabnya
dan dia pun merajuk lagi, “Mau kau apakan penutup mataku?! Cepat kembalikan!”
sambil menarik penutup matanya, dia pun bangkit, berdiri ke samping tempat
tidur. Aku yang sudah dapat menahan sakit di hidungku pun juga ikut berdiri di
sisi ranjang yang berlainan.
“Yaaa, Cho kyuhyun! Kau menyebalkan, kepalamu sekeras batu. Kau
pikir aku mau menodaimu, hah? Itu tak mungkin. Dasar babo, aku membencimu,
sangat benci!” teriakku, kemudian meninggalkannya masuk ke kamar mandi.
“Chae Ri-ah, aku melihat hidungmu berdarah. Oh tidak, itu bukan
karena benturan dengan kepalaku tadi kan?” kata Kyu sambil menggedor pintu
kamar mandi, “Chae Ri, buka pintunya! Aku ingin melihat keadaanmu. Kau tak
apa-apa kan?”
Aku pun membukakan pintu dan kulihat wajah cemasnya. Dia
bergegas masuk dan mengambil tisu untuk mengehentikan pendarahan hidungku. Dia
melap darah dari hidungku dengan sangat hati-hati, kemudian membasuhnya dengan
air dan memijat-mijatnya lembut. Tapi aku masih merasa kesal padanya padahal
sebelumnya aku merasa dia sangat manis.
“Padahal aku tak merasakan sakit di kepalaku. Tapi kenapa
hidungmu jadi berdarah seperti ini?”
“Itu karena kepalamu keras seperti batu! Semoga saja hidungku
tak patah.”
“Ne, takkan patah. Aku sudah mengobati dan memijatnya. Nah,
lihatlah wajahmu sekarang, sudah cantik seperti semula ‘kan?” bujuknya sambil
mengarahkan tubuhku menghadap cermin.
“Aku kan memang sangat cantik.”
“Hha! Ya, sangat cantik. Tapi klo tidak marah-marah,” sahutnya
sambil menahan tawa dan entah apa yang ada dipikirannya. Tiba-tiba dia mengecup
pipiku. Membuatku tersentak dan menjauhkan diri darinya.
“Chae Ri, bukannya tadi kau juga mau menciumku? Kenapa kau jadi
kaget seperti ini?” tanyanya penuh heran.
Aku tak berani melihat wajahku di cermin, takut mengetahui bahwa
wajahku sangat merah sekarang karena menahan malu. Kulihat Kyu tersenyum jahil
dan mulai berjalan mendekatiku. Aku tahu dia sedang menggodaku dan ketika dia
sudah di dekatku lagi, dengan keras aku menginjak kakinya.
“Ouwwww,” pekiknya.
“Itu balasan dari benturan dan darah yang terbuang percuma dari
hidungku. Sekarang keluar! Aku mau mandi. Palli!” perintahku sambil mendorong
tubuhnya. Dan Kyu pun hanya bisa mendengus kesal.
@@@@
“Aku mendengar pasangan suami istri muda ini bertengkar lagi
pagi ini,” goda Siwon saat kami sedang sarapan, “ Padahal semalam aku juga
mendengar keributan dari kamar kalian, masa sudah semalaman bermesraan paginya
malah bertengkar,” lanjutnya. Gaya komentar Siwon sudah seperti ibu-ibu arisan.
“Yaa ahjusshi, kau tak usah bikin gosip yang tidak-tidak,”
sahutku sambil melirik tajam ke arah Siwon.
“Yah, paling tidak jangan terlalu giat berusaha. Aku masih
terlalu muda jika harus dipanggil kakek oleh anakmu nanti,” balas Siwon dengan
seringai khasnya. Mendengar perkataan Siwon aku pun langsung menghentakkan
tanganku ke meja makan sementara Kyu, dia malah melongo padahal di mulutnya
masih penuh dengan nasi.
“Hey ahjusshi, yang semalam itu tidak seperti yang ada
dipikiranmu.”
“Aku sudah selesai makan,” kata Chaesa, “Aku akan berangkat
duluan, aku tidak ingin terlambat di hari pertama sekolahku.”
“Ya, hati-hati di jalan,” sahut ayah dan ibuku kompak. Terlihat
sekali bahwa mereka dan Chaesa tidak ingin terlibat dalam pertengkaranku dengan
ahjusshi.
“Aku juga sudah selesai, aku berangkat dulu ya,” kata Siwon
sambil berjalan ke arah ibuku dan kemudian mengecup pipinya. “Noona, aku minta
uang lebih ya. Ada yang mau kubeli sepulang sekolah nanti.” Kulihat ibuku
tersenyum kemudian memberikan beberapa lembar uang padanya. “Oh, noonaku memang
sangat baik. Aku berangkat dulu ya. Oh ya, Chae ri! Pokoknya aku belum ingin
jadi seorang kakek, oke!” serunya lagi sambil terkekeh kemudian pergi.
@@@@
Chaesa bergegas berjalan menuju sekolah barunya. Dia sudah
sangat tak sabar menghadapi hari-hari baru di sekolahnya kini. Jantungnya
berdegup kencang karena sedang terbakar semangat. Dia melangkahkan kakinya
dengan girang, namun merasa ada seseorang yang sedang mengikutinya. Dia mencoba
memelankan langkahnya kemudian menoleh dan dilihatnya seorang pria muda
menggunakan jaket hitam tersenyum padanya. Chaesa merasakan kepanikan, untuk
apa Choi Siwon mengikutinya? Dia pun mempercepat langkahnya dan dia melihat
bahwa Siwon juga melakukan hal yang sama, mempercepat langkah tetapi tetap
berusaha agar tidak mendahuluinya. Chaesa yang khawatir dikerjai lagi oleh pria
itu, menghentikan langkahnya. Begitu pula dengan Siwon, dia melakukan hal yang
sama. Chaesa yang sudah tak tahan dengan kelakuan Siwon, kemudian berbalik dan
menghampirinya.
“Siwon-sshi, kenapa kau mengikutiku?” tanya Chaesa penuh emosi.
“Jangan marah-marah dong, aku tidak mengikutimu kok,“ jawab
Siwon enteng.
“Tidak mengikuti bagaimana? Aku melihatmu mengikutiku sejak
tadi,” bentak Chaesa.
Siwon membuka retsleting jaketnya dan memperlihatkan seragam
sekolah yang dia kenakan. Chaesa hanya bisa terperangah, melihat seragam yang
dipakai Siwon sama dengan yang ia kenakan.
“Sekolah Menengah Kejuruan Nam San. Kita satu sekolah dan aku
sunbaemu,” sahut Siwon bangga. “Jadi, aku tidak mengikutimu nona manis. Kita
hanya satu arah dan…oh ya, selamat karena kita akan selalu bertemu baik di
rumah dan di sekolah.”
“Menyebalkan!” umpat Chaesa.
“He? Tak kusangka kau akan mengumpat seperti itu. Sebenarnya aku
sangat ingin berterima kasih padamu, karena kau tidak mengadu bahwa aku yang
sudah menempelkan permen karet dirambutmu.”
Chaesa makin menatap Siwon dengan penuh amarah, “Apa salahku
padamu? Aku bahkan tak begitu mengenalmu, aku bahkan belum berkata sesuatu yang
salah. Tapi kau selalu mengerjaiku.”
“Justru itu, karena kau tak melakukan kesalahan!”
Chaesa semakin heran dengan perkataan Siwon, dia sudah ingin
menangis tetapi tak ingin melakukannya di hadapan Siwon. Tidak akan pernah.
“Chaesa, rambutmu yang sekarang jauh lebih bagus. Walau tetap
saja aku tak suka!”
“Apa urusanmu? Ini rambutku, walau kau tak suka. Itu sama sekali
bukan urusanmu.”
Siwon tersenyum, senyuman mengejek. Tampaknya dia memang sangat
ingin membuat Chaesa menangis.
“Hah, dasar bodoh! Sudahlah aku jalan duluan, nanti malah
terlambat lagi,” Siwon pun pergi meninggalkan Chaesa.
@@@@
“Hari pertama sekolah, hari pertama kita melakukan rapat resmi
klub teater setelah libur panjang,” ujar Kang In riang.
“Bener-bener deh! Baru juga masuk hari ini, seluruh mata
pelajaran langsung terisi semua. PR-PR pun semuanya langsung dikumpul. Tak
adakah yang masih menginginkan liburan?” sahutku pedas.
“Guru-guru kita memang sangat bersemangat dalam mengajar,”
timpal Kang In.
“Iya, tak satupun yang bolos. Menyebalkan!” sahutku lagi.
“Sekolah kita kan memang seperti itu,” balas Myu Ra. “Chae Ri,
di mana Kyu sekarang? Kok dia tidak di sini? Kita kan mau mulai rapatnya
sebentar lagi.”
“Molla, tadi dia masih di kelas saat aku mau kemari,” jawabku
cuek.
“Tadi kulihat dia ke belakang sekolah, ke tempat pembuangan
sampah,” jelas Kang In.
“Oh, aku baru ingat kalo dia hari ini piket membersihkan kelas.
Kita mulai saja rapatnya tanpa menunggu dia,” usulku. Bersamaan dengan itu,
terdengar dering hp Myu Ra.
“Ya, oh jadi kalian mau kemari? Kebetulan kami juga mau rapat
klub. Ya, baiklah akan kami tunggu kedatangan kalian,” kata Myu Ra kemudian
menutup telponnya.
“Siapa yang menelpon, Eonni?” tanyaku.
“Jung Jin Rin. Dia dan Kim Heechul akan kemari. Katanya sih mau
ada yang dibicarakan,” jawab Myu Ra.
“Apalagi? Bukankah kita sudah bertemu mereka kemarin?” tanya
Kang In.
“Aku juga tak tahu. Yah, kita tunggu sajalah mereka sambil
menuggu Kyu selesai piket. Setelah selesai rapat kita jalan-jalan,” bujuk Myu
Ra.
“Baiklah,” kataku dan Kang In bersamaan, dan kemudian kulihat
teman-teman yang lain mengangguk mengiyakan.
@@@@
“Hei,” sapa Kyuhyun sambil menepuk pundak seorang gadis, tetapi
tak ada respon. “Hei nona, jangan tidur di sini,” ujarnya lagi, tetapi gadis
itu masih tak menjawab. “Nona, kau tidak mati kan? Ayo bangun, jangan tidur di
sini! Kotor sekali,” kali ini Kyuhyun membangunkan gadis itu sambil menepuk
pipinya hingga akhirnya gadis itu membuka mata dan alangkah terkejutnya dia
saat melihat Kyu.
“Oh, apa yang kaulakukan?” tanya gadis itu sambil mencoba
berdiri dan membetulkan pakaian dan rambutnya yang berantakan gara-gara
tidurnya tadi.
“Aku tak melakukan apapun. Aku hanya mau membuang sampah dan
kulihat kau tidur di samping bak sampah ini. Kau tak apa-apa ‘kan? Kau tak
habis dikerjai, kan?” Kyuhyun balik bertanya. Melihat Kyu yang tampak cemas
membuat gadis itu tertawa.
“Ke-kenapa malah tertawa? Tak ada yang lucu tuh,” dengus Kyu,
dia merasa diejek.
“Oh, maaf. Terima kasih sudah membangunkanku, aku tak apa-apa.
Tidak sedang dikerjai, hanya merasa lelah,” gadis itu menjelaskan.
“Baguslah, kalo begitu aku pergi.”
“Tunggu!”
“Ada apa?” tanya Kyu, dia mulai kesal.
“Maaf, maukah kau menemaniku di sini sebentar?”pinta gadis itu.
“Jwaesong hamnida. Aku ada rapat klub jadi harus bergegas,”
sahut Kyu sambil meninggalkan gadis itu, dia membungkukkan tubuhnya memohon
maaf.
“Tampaknya dia tidak mengenaliku. Pria yang polos,” kata gadis
itu sambil tersenyum simpul. Kemudian dia mengambil hp-nya menelpon seseorang,
“Aku tidak bisa syuting hari ini, tak enak badan. Manager Ma, jemput aku
sekarang,” kata gadis itu sambil tetap memperhatikan Kyu yang sedang
berlari-lari kecil dan semakin menjauh darinya.
@@@@
“Maaf, aku terlambat,” kata Kyu saat membuka pintu ruang klub
teater. “Jwaesong hamnida, aku sungguh menyesal,” kali ini dia membungkukkan
badannya sangat memohon.
“Sudahlah Kyu, cepat duduk!” perintahku. Kyuhyun pun menarik
kursinya yang berada di sampingku. Dia duduk kemudian mengeluarkan buku
catatan, agenda rapat, dan pulpen dengan terburu-buru.
“Maafkan keterlambatanku,” kata Kyuhyun lagi.
“Tak apa, rapat juga blom dimulai kok. Masih menunggu Jung Jin
Rin dan Kim Heechul,” jelas Myu Ra.
“Guraeyo? Syukurlah, aku tidak enak jika kalian belum memulai
rapat hanya karena menungguku.”
“Kyu, kau tahu kan. Biar seribu tahun pun kau akan selalu
kutunggu,” rayu Myu Ra.
“Ehm… Uhuk, uhuk. Aduh kenapa tenggorokanku jadi gatal ya,”
selip Kang In.
Anggota klub yang sedari tadi asyik dengan kegiatannya
masing-masing pun ikut tertawa. Apalagi melihat Kyuhyun yang salah tingkah.
Salah satu dari mereka pun kemudian menyeletuk, “Kyu, Myu Ra sunbae sedang
menyatakan perasaannya padamu tuh. Ayo diterima! Dia sudah tidak akan lama lagi
di sekolah ini. Ayolah, kami sangat ingin melihat kalian berkencan!”
“Hei, hei! Kalian ini dongsaeng-dongsaeng kurang ajar. Jangan
menggoda mereka seperti itu, kasian Myu Ra. Belum tentu juga Myu Ra sungguhan,
dia berkata seperti itu supaya Kyuhyun tidak perlu meminta maaf terus,” sewot
Kang In dengan polosnya. Dia tidak tahu jika sebenarnya yang dikatakan
teman-teman yang lain adalah kenyataan. Aku sendiri makin terbahak-bahak
mendengar perkataan Kang In.
Kulihat Myu Ra eonni hanya tersenyum simpul. Dan Kyuhyun, dia
menutupi wajahnya dengan buku. Lagi-lagi aku tak mengerti apa yang ada di
pikirannya karena aku merasakan tangan Kyu yang bebas sedang meraih tanganku.
Menggenggam dan menaruh di pangkuannya. Tak ada yang melihat apa dilakukannya
padaku karena terhalang meja. Aku menghentikan tawaku dan memandangi Kyuhyun
yang masih menutupi wajahnya dengan buku. Tetapi kemudian dia menaruh buku itu
dan mulai memandangiku. Aku mendengar dia berkata dengan perlahan dan lirih, “
Sudah tak marah lagi kan?”
Aku tak menjawabnya, kutundukkan wajahku dan masih membiarkan dia memegang jari-jemariku. Bahkan aku merapatkan dudukanku dengannya agar kami bisa semakin dekat. Dia tersenyum dengan kelakuanku, tetapi aku tetap pura-pura acuh agar tak ada yang menyadari apa yang sedang kami lakukan. Entah kenapa semakin hari aku menyadari jika aku dan Kyuhyun semakin sering melakukan kontak fisik seperti ini. Padahal sebelumnya kami masih saling dingin, sekarang Kyuhyun semakin sering menunjukkan sisi manisnya dan aku pun membiarkan diriku terpesona. Tapi memang seperti ini yang seharusnya kami lakukan. Kami sudah menikah dan bersikap saling mesra itu hal yang wajar. Walaupun kami menikah bukan karena sejak awal kami saling mencintai.
Aku tak menjawabnya, kutundukkan wajahku dan masih membiarkan dia memegang jari-jemariku. Bahkan aku merapatkan dudukanku dengannya agar kami bisa semakin dekat. Dia tersenyum dengan kelakuanku, tetapi aku tetap pura-pura acuh agar tak ada yang menyadari apa yang sedang kami lakukan. Entah kenapa semakin hari aku menyadari jika aku dan Kyuhyun semakin sering melakukan kontak fisik seperti ini. Padahal sebelumnya kami masih saling dingin, sekarang Kyuhyun semakin sering menunjukkan sisi manisnya dan aku pun membiarkan diriku terpesona. Tapi memang seperti ini yang seharusnya kami lakukan. Kami sudah menikah dan bersikap saling mesra itu hal yang wajar. Walaupun kami menikah bukan karena sejak awal kami saling mencintai.
Aku mencoba memandangi Kyuhyun. Memandangi lekuk wajahnya dari
samping. Memperhatikannya dan kembali kupalingkan wajahku darinya saat mataku
mulai terpaku di bibirnya. Aku mulai berpikir yang tidak-tidak. Hormonku
tampaknya sedang bekerja sangat keras saat ini, di bayanganku mulai muncul
pikiran bahwa aku ingin menciumnya. Kali ini bukan seperti di pikiranku tadi
pagi yang hanya ingin mencium pipi, tetapi sekarang aku juga ingin mencium
bibirnya. Aku mencoba melepaskan tanganku dari genggamannya tapi tak bisa, aku
sadar aku mulai berpikiran tidak-tidak karena sentuhan ini. ‘Kyuhyun, kau tidak
berpikiran yang sama denganku ‘kan?’ batinku. Tapi Kyu bahkan tidak sedang
memperhatikanku, dia sedang asik menulis. Dia benar-benar pandai menyembunyikan
keadaan, aku mencoba menarik tanganku lagi tapi tetap tidak bisa. Aku pun
menyerah membiarkan tangannya mempermainkan tanganku walau dampaknya aku
semakin tidak bisa duduk tenang.
“Kita sudah menunggu setengah jam,” gumam Kang In.
“Sebentar lagi mereka sampai kok,” sahut Myu Ra.
Kemudian terlihat pintu terbuka dan dua orang yang kami tunggu
datang juga. “Annyeong haseyo,” sapa Heechul dan Jin Rin pada kami. Kyu
melepaskan tanganku saat mereka berjalan melewati tempat duduk kami. Dia pintar
sekali mengatasi keadaan ini. Sementara aku? Aku masih tidak bisa meredakan
degup jantung yang berdetak lebih cepat dari biasanya. Sepanjang jalannya rapat
aku tidak merasakan ketenangan.
@@@@
“Jadi keputusan rapat hari ini, kita akan mengadakan audisi
pemain hari sabtu. Dilaksanakan di ruang klub SMA Paran. Dan untuk masalah
dana, akan dibahas di rapat internal bidang Humdan. Kalian punya waktu dua hari
untuk melaksanakan rapat bidang dan jangan lupa setiap kalian mengadakan rapat
bidang, aku, bendahara dan seketaris wajib tahu dan diundang,” jelasku, “Oke,
kita tutup pertemuan kita hari ini. Tak ada yang dipermasalahkan lagi, bukan?”
“Sudah, tidak ada masalah lagi. Lagipula sudah jam enam
sore,”sahut Kang In.
“Kita tidak jadi jalan-jalan deh, setelah ini aku langsung ke
bimbingan belajar. Apa aku bolos saja ya,” kata Myu Ra.
“Ya, baiklah aku tutup rapat hari ini, sampai ketemu lagi
besok,” tutupku.
“Chae Ri, kami duluan ya,” sapa teman-teman klub.
“Ya,” sahutku, aku masih membereskan catatanku. Untung saja
dengan perasaan yang amburadul ini aku masih bisa memimpin rapat, ilmu aktingku
saat ini memang berguna.
“Chae Ri, belum selesai, ya? Aku ke kelas dulu, ada barang yang
ketinggalan, tunggu aku di gerbang ya,” pinta Kyu.
“ Ya,” aku menjawab pendek. Tinggal aku sendirian di ruang klub
ini. Dengan cepat kurapikan barang-barangku dan mulai beranjak pergi setelah
mengunci pintu ruang klub teater yang terletak di lantai lima. Aku menuruni
tangga sendirian, masih terdengar riuh dari setiap ruangan yang kulewati, bukan
hanya aku yang belum pulang rupanya. Ketika tiba di lantai dua, aku melihat Kim
Heechul sedang sendirian, dia terlihat seperti menunggu seseorang.
“Heechul-sshi, belum pulang? Menunggu siapa?” tanyaku.
“Yang aku tunggu itu kamu, lama sekali sih,” jawabnya.
“Kau kan tidak bilang akan menungguku, jadi aku tak tau.
Memangnya Jin rin kemana?”
“Dia sudah kusuruh pulang duluan, aku memang sengaja tidak
bilang menunggumu supaya kau terkejut. Tapi ternyata di sekolah ini sampai jam
segini pun masih saja banyak orang ya. Padahal aku mau menakut-nakutimu.”
Aku tertawa mendengar ucapannya, “ Heechul-sshi, seharusnya kau
yang ketakutan, kau kan bukan siswa sini, aku sih sudah terbiasa.”
“Ya, memang tidak lucu jika kamu yang ketakutan,” gumamnya.
“Hmm, lalu mengapa menungguku?”
“Aku mau mentraktirmu, lagipula ada yang mau kubicarakan berdua
saja.”
“Tapi aku pulang dengan teman, aku masih menunggunya,” tolakku.
“Hah? Hanya teman kan, bukan pacar? Jadi tak masalah, bilang
saja kau ada urusan penting, jadi harus pulang duluan,” bujuknya.
“Memangnya pembicaraannya penting banget ya?”
“Sangat penting,” tegas Heechul.
“Baiklah.”
Aku pun terbujuk mengikutinya. Lantas aku mengirimkan sms pada
Kyu, memberitahunya aku pulang duluan. Dengan jujur kukatakan padanya bahwa aku
pergi bersama Heechul karena ada pembicaraan penting. Kyuhyun tidak membalas,
aku yakin dia mengerti.
@@@@
“Es krim coklat di sini enak ya,” kata Heechul.
“Yaaa! Sekarang cepat katakan, hal penting apa yang mau kau
bicarakan tadi?” sahutku.
“Kau terburu-buru sekali sih.”
“Ini sudah pukul tujuh malam, aku mesti cepat pulang dan
mengerjakan tugas,” aku sangat kesal dengan sikapnya yang sangat santai.
“Baiklah. Kenapa kemarin tidak menelponku?”
Aku berdecak kesal, dia masih tidak memulai pembicaraan yang
dibilangnya penting itu, “Heechul-sshi, aku harus pulang. Cepat! Langsung to
the point saja, jangan berbelit-belit lagi!”
“Justru itu yang ingin kubicarakan makanya aku mengajakmu
kemari”
“Itu bukan pembicaraan yang mengharuskan aku meninggalkan
temanku untuk pergi bersamamu!”
“Bagiku ini penting. Aku bukanlah orang yang sembarangan
memberikan nomor handphoneku. Aku hanya memberikannya pada orang yang kusuka,”
penjelasannya ini membuatku kaget. “Maksudku di sini, aku ingin menjalin hubungan
yang baik denganmu. Bagaimanapun juga kita adalah ketua klub, dan pergelaran
ini bukan hal yang mudah. Ini kerja sama sekolah kita yang pertama kali, dan
aku ingin drama kita sukses, kau mengerti maksudku ‘kan?”
“Aku mengerti. Mianhaeyo…”
“Chae Ri, boleh aku memanggilmu begitu?” pintanya yang kujawab
dengan anggukan cepatku. “Aku harap di drama kali ini, kaulah yang menjadi
tokoh utama wanitanya. Kau tau? Aku selalu menonton pertunjukan drama sekolahmu
dan aku sangat suka dengan setiap penampilanmu. Kau sangat hebat dan aku ingin
kita bisa menjadi rekan. Aku ingin kau berperan sebagai Juliet karena yang akan
menjadi Romeonya adalah aku.”
“Hmm, aku tidak yakin. Aku lebih suka dengan peranku sebagai
sutradara. Aku malah berpikir ingin menyerahkan peran itu kepada Kim Ki Young,
sayangnya aku belum bertemu dengannya.”
“ Tidak. Aku tidak ingin Ki Young! Kaulah yang cocok
memerankannya, kau bisa angkuh, cantik dan anggun sekaligus. Aku hanya ingin Ki
young memerankan Rosaline, lagipula dengan jadwalnya yang sangat padat sebagai
artis, sangat sulit untuk memintanya mengatur waktu jika dia mau bergabung.”
Aku terdiam memikirkan kata-katanya. Romeo dan Juliet sebuah
kisah klasik yang akan kami angkat menjadi pertunjukan di akhir tahun nanti.Aku
juga menginginkan peran itu, tapi aku ragu apakah teman-teman yang lain akan
menyetujui keinginanku ini.
“Baiklah, aku akan mencoba, aku akan ikut audisinya. Aku tak
tahu apakah aku bisa melakukannya dengan baik.”
“Kau pasti bisa. Hwaiting! Sekarang cepat habiskan es krimmu,
sudah mulai meleleh tuh,” tunjuk Heechul.
@@@@
“Rumahmu yang mana?” tanya heechul.
“Heechul-sshi, cukup sampai sini saja. Terima kasih sudah
mengantarku.”
“ Jadi, kita sudah sampai?” tanyanya lagi.
Aku menggelengkan kepala, “Belum. Masih lima rumah lagi. Tapi
sampai sini saja.”
“Baiklah, kalau begitu aku pamit.”
“Heechul-sshi, hati-hati. Kamsahamnida buat es krimnya.”
“Ya.”
Aku memandangi punggungnya yang semakin menjauh. Ketika dia
sudah tak terlihat, aku pun melangkahkan kakiku menuju rumah, dan menyadari ada
seorang pria yang berjalan menyusulku.
“Siapa pria itu?” tanyanya.
“Temanku. Kujelaskan pun kau tak akan kenal,” sahutku ketus.
“Kau tahu? Kyuhyun sangat mencemaskanmu, dari tadi dia
menelponmu tapi tak kau angkat. Kau… Huh, kau sedang berselingkuh ya?” Siwon
menatapku dengan pandangan menghakimi.
“Ahjusshi, jangan berbicara seenaknya!” teriakku.
“Aku berbicara kenyataan. Tadi aku mendengar es krim. Itu
artinya kalian habis jalan bersama, itu kencan namanya. Kau sudah menikah, jika
kencan dengan pria lain selain suamimu, itu namanya berselingkuh,” jelasnya.
“Aku tak mau mendengar ocehanmu, lagipula aku sudah bilang pada
Kyu kalau aku akan pergi dengan pria tadi.”
Aku berlari cepat meninggalkannya, aku ingin segera sampai
rumah. Dan ketika kubuka pintu pagar rumahku, kulihat Kyuhyun sedang duduk di
depan pintu. Dia menatapku dengan tatapan penuh amarah.
To Be Continue ……………
Tidak ada komentar:
Posting Komentar