Minggu, 26 Februari 2012

Super Junior FanFiction: “Get Married″ part 5″


Super Junior FanFiction: “Get Married

part 5″
Liburan musim panas sudah benar-benar usai. Di awal semester ini, aku bahkan tidak bangun kesiangan. Mungkin karena saat liburan di Jejudo, aku selalu bangun pukul lima pagi jadinya kebiasaan itu terbawa sampai aku kembali ke Seoul, padahal semalam aku tidur pukul satu. Seharusnya tidak tidur selarut itu andai saja semua PR liburan musim panasku sudah kuselesaikan jauh hari.
Kyu masih tidur. Pasti dia sangat lelah setelah mengajariku semalam, salahnya sendiri harusnya dia tinggal menyerahkan PR-nya biar bisa kusalin tapi dia sangat pelit. Rasanya aku ingin menggodanya, aku pun membuka penutup mata yang selalu dia gunakan dan aigoo… Dia sangat manis saat tidur! Kenapa aku tak pernah menyadarinya? Tampangnya seperti tak berdosa, aku ingin mencubit pipinya, dan…entah kenapa aku juga ingin menciumnya! Perasaan apa ini yang sedang berkecamuk di dadaku? Tahan! Kau harus bertahan Chae Ri. Kau harus bertahan. Tapi, TAK BISA!!!
Akupun mulai mendekatkan wajahku ke pipinya dan… DUKK… Aww sakit! Kepala Kyu menghantam hidungku, dia mendadak terbangun dan kemudian meneriakiku, “ Chae Ri-ah! Apa yang mau kaulakukan padaku?”
Aku yang sedang menahan sakit di hidungku tak mampu menjawabnya dan dia pun merajuk lagi, “Mau kau apakan penutup mataku?! Cepat kembalikan!” sambil menarik penutup matanya, dia pun bangkit, berdiri ke samping tempat tidur. Aku yang sudah dapat menahan sakit di hidungku pun juga ikut berdiri di sisi ranjang yang berlainan.
“Yaaa, Cho kyuhyun! Kau menyebalkan, kepalamu sekeras batu. Kau pikir aku mau menodaimu, hah? Itu tak mungkin. Dasar babo, aku membencimu, sangat benci!” teriakku, kemudian meninggalkannya masuk ke kamar mandi.
“Chae Ri-ah, aku melihat hidungmu berdarah. Oh tidak, itu bukan karena benturan dengan kepalaku tadi kan?” kata Kyu sambil menggedor pintu kamar mandi, “Chae Ri, buka pintunya! Aku ingin melihat keadaanmu. Kau tak apa-apa kan?”
Aku pun membukakan pintu dan kulihat wajah cemasnya. Dia bergegas masuk dan mengambil tisu untuk mengehentikan pendarahan hidungku. Dia melap darah dari hidungku dengan sangat hati-hati, kemudian membasuhnya dengan air dan memijat-mijatnya lembut. Tapi aku masih merasa kesal padanya padahal sebelumnya aku merasa dia sangat manis.
“Padahal aku tak merasakan sakit di kepalaku. Tapi kenapa hidungmu jadi berdarah seperti ini?”
“Itu karena kepalamu keras seperti batu! Semoga saja hidungku tak patah.”
“Ne, takkan patah. Aku sudah mengobati dan memijatnya. Nah, lihatlah wajahmu sekarang, sudah cantik seperti semula ‘kan?” bujuknya sambil mengarahkan tubuhku menghadap cermin.
“Aku kan memang sangat cantik.”
“Hha! Ya, sangat cantik. Tapi klo tidak marah-marah,” sahutnya sambil menahan tawa dan entah apa yang ada dipikirannya. Tiba-tiba dia mengecup pipiku. Membuatku tersentak dan menjauhkan diri darinya.
“Chae Ri, bukannya tadi kau juga mau menciumku? Kenapa kau jadi kaget seperti ini?” tanyanya penuh heran.
Aku tak berani melihat wajahku di cermin, takut mengetahui bahwa wajahku sangat merah sekarang karena menahan malu. Kulihat Kyu tersenyum jahil dan mulai berjalan mendekatiku. Aku tahu dia sedang menggodaku dan ketika dia sudah di dekatku lagi, dengan keras aku menginjak kakinya.
“Ouwwww,” pekiknya.
“Itu balasan dari benturan dan darah yang terbuang percuma dari hidungku. Sekarang keluar! Aku mau mandi. Palli!” perintahku sambil mendorong tubuhnya. Dan Kyu pun hanya bisa mendengus kesal.
@@@@
“Aku mendengar pasangan suami istri muda ini bertengkar lagi pagi ini,” goda Siwon saat kami sedang sarapan, “ Padahal semalam aku juga mendengar keributan dari kamar kalian, masa sudah semalaman bermesraan paginya malah bertengkar,” lanjutnya. Gaya komentar Siwon sudah seperti ibu-ibu arisan.
“Yaa ahjusshi, kau tak usah bikin gosip yang tidak-tidak,” sahutku sambil melirik tajam ke arah Siwon.
“Yah, paling tidak jangan terlalu giat berusaha. Aku masih terlalu muda jika harus dipanggil kakek oleh anakmu nanti,” balas Siwon dengan seringai khasnya. Mendengar perkataan Siwon aku pun langsung menghentakkan tanganku ke meja makan sementara Kyu, dia malah melongo padahal di mulutnya masih penuh dengan nasi.
“Hey ahjusshi, yang semalam itu tidak seperti yang ada dipikiranmu.”
“Aku sudah selesai makan,” kata Chaesa, “Aku akan berangkat duluan, aku tidak ingin terlambat di hari pertama sekolahku.”
“Ya, hati-hati di jalan,” sahut ayah dan ibuku kompak. Terlihat sekali bahwa mereka dan Chaesa tidak ingin terlibat dalam pertengkaranku dengan ahjusshi.
“Aku juga sudah selesai, aku berangkat dulu ya,” kata Siwon sambil berjalan ke arah ibuku dan kemudian mengecup pipinya. “Noona, aku minta uang lebih ya. Ada yang mau kubeli sepulang sekolah nanti.” Kulihat ibuku tersenyum kemudian memberikan beberapa lembar uang padanya. “Oh, noonaku memang sangat baik. Aku berangkat dulu ya. Oh ya, Chae ri! Pokoknya aku belum ingin jadi seorang kakek, oke!” serunya lagi sambil terkekeh kemudian pergi.
@@@@
Chaesa bergegas berjalan menuju sekolah barunya. Dia sudah sangat tak sabar menghadapi hari-hari baru di sekolahnya kini. Jantungnya berdegup kencang karena sedang terbakar semangat. Dia melangkahkan kakinya dengan girang, namun merasa ada seseorang yang sedang mengikutinya. Dia mencoba memelankan langkahnya kemudian menoleh dan dilihatnya seorang pria muda menggunakan jaket hitam tersenyum padanya. Chaesa merasakan kepanikan, untuk apa Choi Siwon mengikutinya? Dia pun mempercepat langkahnya dan dia melihat bahwa Siwon juga melakukan hal yang sama, mempercepat langkah tetapi tetap berusaha agar tidak mendahuluinya. Chaesa yang khawatir dikerjai lagi oleh pria itu, menghentikan langkahnya. Begitu pula dengan Siwon, dia melakukan hal yang sama. Chaesa yang sudah tak tahan dengan kelakuan Siwon, kemudian berbalik dan menghampirinya.
“Siwon-sshi, kenapa kau mengikutiku?” tanya Chaesa penuh emosi.
“Jangan marah-marah dong, aku tidak mengikutimu kok,“ jawab Siwon enteng.
“Tidak mengikuti bagaimana? Aku melihatmu mengikutiku sejak tadi,” bentak Chaesa.
Siwon membuka retsleting jaketnya dan memperlihatkan seragam sekolah yang dia kenakan. Chaesa hanya bisa terperangah, melihat seragam yang dipakai Siwon sama dengan yang ia kenakan.
“Sekolah Menengah Kejuruan Nam San. Kita satu sekolah dan aku sunbaemu,” sahut Siwon bangga. “Jadi, aku tidak mengikutimu nona manis. Kita hanya satu arah dan…oh ya, selamat karena kita akan selalu bertemu baik di rumah dan di sekolah.”
“Menyebalkan!” umpat Chaesa.
“He? Tak kusangka kau akan mengumpat seperti itu. Sebenarnya aku sangat ingin berterima kasih padamu, karena kau tidak mengadu bahwa aku yang sudah menempelkan permen karet dirambutmu.”
Chaesa makin menatap Siwon dengan penuh amarah, “Apa salahku padamu? Aku bahkan tak begitu mengenalmu, aku bahkan belum berkata sesuatu yang salah. Tapi kau selalu mengerjaiku.”
“Justru itu, karena kau tak melakukan kesalahan!”
Chaesa semakin heran dengan perkataan Siwon, dia sudah ingin menangis tetapi tak ingin melakukannya di hadapan Siwon. Tidak akan pernah.
“Chaesa, rambutmu yang sekarang jauh lebih bagus. Walau tetap saja aku tak suka!”
“Apa urusanmu? Ini rambutku, walau kau tak suka. Itu sama sekali bukan urusanmu.”
Siwon tersenyum, senyuman mengejek. Tampaknya dia memang sangat ingin membuat Chaesa menangis.
“Hah, dasar bodoh! Sudahlah aku jalan duluan, nanti malah terlambat lagi,” Siwon pun pergi meninggalkan Chaesa.
@@@@
“Hari pertama sekolah, hari pertama kita melakukan rapat resmi klub teater setelah libur panjang,” ujar Kang In riang.
“Bener-bener deh! Baru juga masuk hari ini, seluruh mata pelajaran langsung terisi semua. PR-PR pun semuanya langsung dikumpul. Tak adakah yang masih menginginkan liburan?” sahutku pedas.
“Guru-guru kita memang sangat bersemangat dalam mengajar,” timpal Kang In.
“Iya, tak satupun yang bolos. Menyebalkan!” sahutku lagi.
“Sekolah kita kan memang seperti itu,” balas Myu Ra. “Chae Ri, di mana Kyu sekarang? Kok dia tidak di sini? Kita kan mau mulai rapatnya sebentar lagi.”
“Molla, tadi dia masih di kelas saat aku mau kemari,” jawabku cuek.
“Tadi kulihat dia ke belakang sekolah, ke tempat pembuangan sampah,” jelas Kang In.
“Oh, aku baru ingat kalo dia hari ini piket membersihkan kelas. Kita mulai saja rapatnya tanpa menunggu dia,” usulku. Bersamaan dengan itu, terdengar dering hp Myu Ra.
“Ya, oh jadi kalian mau kemari? Kebetulan kami juga mau rapat klub. Ya, baiklah akan kami tunggu kedatangan kalian,” kata Myu Ra kemudian menutup telponnya.
“Siapa yang menelpon, Eonni?” tanyaku.
“Jung Jin Rin. Dia dan Kim Heechul akan kemari. Katanya sih mau ada yang dibicarakan,” jawab Myu Ra.
“Apalagi? Bukankah kita sudah bertemu mereka kemarin?” tanya Kang In.
“Aku juga tak tahu. Yah, kita tunggu sajalah mereka sambil menuggu Kyu selesai piket. Setelah selesai rapat kita jalan-jalan,” bujuk Myu Ra.
“Baiklah,” kataku dan Kang In bersamaan, dan kemudian kulihat teman-teman yang lain mengangguk mengiyakan.
@@@@
“Hei,” sapa Kyuhyun sambil menepuk pundak seorang gadis, tetapi tak ada respon. “Hei nona, jangan tidur di sini,” ujarnya lagi, tetapi gadis itu masih tak menjawab. “Nona, kau tidak mati kan? Ayo bangun, jangan tidur di sini! Kotor sekali,” kali ini Kyuhyun membangunkan gadis itu sambil menepuk pipinya hingga akhirnya gadis itu membuka mata dan alangkah terkejutnya dia saat melihat Kyu.
“Oh, apa yang kaulakukan?” tanya gadis itu sambil mencoba berdiri dan membetulkan pakaian dan rambutnya yang berantakan gara-gara tidurnya tadi.
“Aku tak melakukan apapun. Aku hanya mau membuang sampah dan kulihat kau tidur di samping bak sampah ini. Kau tak apa-apa ‘kan? Kau tak habis dikerjai, kan?” Kyuhyun balik bertanya. Melihat Kyu yang tampak cemas membuat gadis itu tertawa.
“Ke-kenapa malah tertawa? Tak ada yang lucu tuh,” dengus Kyu, dia merasa diejek.
“Oh, maaf. Terima kasih sudah membangunkanku, aku tak apa-apa. Tidak sedang dikerjai, hanya merasa lelah,” gadis itu menjelaskan.
“Baguslah, kalo begitu aku pergi.”
“Tunggu!”
“Ada apa?” tanya Kyu, dia mulai kesal.
“Maaf, maukah kau menemaniku di sini sebentar?”pinta gadis itu.
“Jwaesong hamnida. Aku ada rapat klub jadi harus bergegas,” sahut Kyu sambil meninggalkan gadis itu, dia membungkukkan tubuhnya memohon maaf.
“Tampaknya dia tidak mengenaliku. Pria yang polos,” kata gadis itu sambil tersenyum simpul. Kemudian dia mengambil hp-nya menelpon seseorang, “Aku tidak bisa syuting hari ini, tak enak badan. Manager Ma, jemput aku sekarang,” kata gadis itu sambil tetap memperhatikan Kyu yang sedang berlari-lari kecil dan semakin menjauh darinya.
@@@@
“Maaf, aku terlambat,” kata Kyu saat membuka pintu ruang klub teater. “Jwaesong hamnida, aku sungguh menyesal,” kali ini dia membungkukkan badannya sangat memohon.
“Sudahlah Kyu, cepat duduk!” perintahku. Kyuhyun pun menarik kursinya yang berada di sampingku. Dia duduk kemudian mengeluarkan buku catatan, agenda rapat, dan pulpen dengan terburu-buru.
“Maafkan keterlambatanku,” kata Kyuhyun lagi.
“Tak apa, rapat juga blom dimulai kok. Masih menunggu Jung Jin Rin dan Kim Heechul,” jelas Myu Ra.
“Guraeyo? Syukurlah, aku tidak enak jika kalian belum memulai rapat hanya karena menungguku.”
“Kyu, kau tahu kan. Biar seribu tahun pun kau akan selalu kutunggu,” rayu Myu Ra.
“Ehm… Uhuk, uhuk. Aduh kenapa tenggorokanku jadi gatal ya,” selip Kang In.
Anggota klub yang sedari tadi asyik dengan kegiatannya masing-masing pun ikut tertawa. Apalagi melihat Kyuhyun yang salah tingkah. Salah satu dari mereka pun kemudian menyeletuk, “Kyu, Myu Ra sunbae sedang menyatakan perasaannya padamu tuh. Ayo diterima! Dia sudah tidak akan lama lagi di sekolah ini. Ayolah, kami sangat ingin melihat kalian berkencan!”
“Hei, hei! Kalian ini dongsaeng-dongsaeng kurang ajar. Jangan menggoda mereka seperti itu, kasian Myu Ra. Belum tentu juga Myu Ra sungguhan, dia berkata seperti itu supaya Kyuhyun tidak perlu meminta maaf terus,” sewot Kang In dengan polosnya. Dia tidak tahu jika sebenarnya yang dikatakan teman-teman yang lain adalah kenyataan. Aku sendiri makin terbahak-bahak mendengar perkataan Kang In.
Kulihat Myu Ra eonni hanya tersenyum simpul. Dan Kyuhyun, dia menutupi wajahnya dengan buku. Lagi-lagi aku tak mengerti apa yang ada di pikirannya karena aku merasakan tangan Kyu yang bebas sedang meraih tanganku. Menggenggam dan menaruh di pangkuannya. Tak ada yang melihat apa dilakukannya padaku karena terhalang meja. Aku menghentikan tawaku dan memandangi Kyuhyun yang masih menutupi wajahnya dengan buku. Tetapi kemudian dia menaruh buku itu dan mulai memandangiku. Aku mendengar dia berkata dengan perlahan dan lirih, “ Sudah tak marah lagi kan?”
Aku tak menjawabnya, kutundukkan wajahku dan masih membiarkan dia memegang jari-jemariku. Bahkan aku merapatkan dudukanku dengannya agar kami bisa semakin dekat. Dia tersenyum dengan kelakuanku, tetapi aku tetap pura-pura acuh agar tak ada yang menyadari apa yang sedang kami lakukan. Entah kenapa semakin hari aku menyadari jika aku dan Kyuhyun semakin sering melakukan kontak fisik seperti ini. Padahal sebelumnya kami masih saling dingin, sekarang Kyuhyun semakin sering menunjukkan sisi manisnya dan aku pun membiarkan diriku terpesona. Tapi memang seperti ini yang seharusnya kami lakukan. Kami sudah menikah dan bersikap saling mesra itu hal yang wajar. Walaupun kami menikah bukan karena sejak awal kami saling mencintai.
Aku mencoba memandangi Kyuhyun. Memandangi lekuk wajahnya dari samping. Memperhatikannya dan kembali kupalingkan wajahku darinya saat mataku mulai terpaku di bibirnya. Aku mulai berpikir yang tidak-tidak. Hormonku tampaknya sedang bekerja sangat keras saat ini, di bayanganku mulai muncul pikiran bahwa aku ingin menciumnya. Kali ini bukan seperti di pikiranku tadi pagi yang hanya ingin mencium pipi, tetapi sekarang aku juga ingin mencium bibirnya. Aku mencoba melepaskan tanganku dari genggamannya tapi tak bisa, aku sadar aku mulai berpikiran tidak-tidak karena sentuhan ini. ‘Kyuhyun, kau tidak berpikiran yang sama denganku ‘kan?’ batinku. Tapi Kyu bahkan tidak sedang memperhatikanku, dia sedang asik menulis. Dia benar-benar pandai menyembunyikan keadaan, aku mencoba menarik tanganku lagi tapi tetap tidak bisa. Aku pun menyerah membiarkan tangannya mempermainkan tanganku walau dampaknya aku semakin tidak bisa duduk tenang.
“Kita sudah menunggu setengah jam,” gumam Kang In.
“Sebentar lagi mereka sampai kok,” sahut Myu Ra.
Kemudian terlihat pintu terbuka dan dua orang yang kami tunggu datang juga. “Annyeong haseyo,” sapa Heechul dan Jin Rin pada kami. Kyu melepaskan tanganku saat mereka berjalan melewati tempat duduk kami. Dia pintar sekali mengatasi keadaan ini. Sementara aku? Aku masih tidak bisa meredakan degup jantung yang berdetak lebih cepat dari biasanya. Sepanjang jalannya rapat aku tidak merasakan ketenangan.
@@@@
“Jadi keputusan rapat hari ini, kita akan mengadakan audisi pemain hari sabtu. Dilaksanakan di ruang klub SMA Paran. Dan untuk masalah dana, akan dibahas di rapat internal bidang Humdan. Kalian punya waktu dua hari untuk melaksanakan rapat bidang dan jangan lupa setiap kalian mengadakan rapat bidang, aku, bendahara dan seketaris wajib tahu dan diundang,” jelasku, “Oke, kita tutup pertemuan kita hari ini. Tak ada yang dipermasalahkan lagi, bukan?”
“Sudah, tidak ada masalah lagi. Lagipula sudah jam enam sore,”sahut Kang In.
“Kita tidak jadi jalan-jalan deh, setelah ini aku langsung ke bimbingan belajar. Apa aku bolos saja ya,” kata Myu Ra.
“Ya, baiklah aku tutup rapat hari ini, sampai ketemu lagi besok,” tutupku.
“Chae Ri, kami duluan ya,” sapa teman-teman klub.
“Ya,” sahutku, aku masih membereskan catatanku. Untung saja dengan perasaan yang amburadul ini aku masih bisa memimpin rapat, ilmu aktingku saat ini memang berguna.
“Chae Ri, belum selesai, ya? Aku ke kelas dulu, ada barang yang ketinggalan, tunggu aku di gerbang ya,” pinta Kyu.
“ Ya,” aku menjawab pendek. Tinggal aku sendirian di ruang klub ini. Dengan cepat kurapikan barang-barangku dan mulai beranjak pergi setelah mengunci pintu ruang klub teater yang terletak di lantai lima. Aku menuruni tangga sendirian, masih terdengar riuh dari setiap ruangan yang kulewati, bukan hanya aku yang belum pulang rupanya. Ketika tiba di lantai dua, aku melihat Kim Heechul sedang sendirian, dia terlihat seperti menunggu seseorang.
“Heechul-sshi, belum pulang? Menunggu siapa?” tanyaku.
“Yang aku tunggu itu kamu, lama sekali sih,” jawabnya.
“Kau kan tidak bilang akan menungguku, jadi aku tak tau. Memangnya Jin rin kemana?”
“Dia sudah kusuruh pulang duluan, aku memang sengaja tidak bilang menunggumu supaya kau terkejut. Tapi ternyata di sekolah ini sampai jam segini pun masih saja banyak orang ya. Padahal aku mau menakut-nakutimu.”
Aku tertawa mendengar ucapannya, “ Heechul-sshi, seharusnya kau yang ketakutan, kau kan bukan siswa sini, aku sih sudah terbiasa.”
“Ya, memang tidak lucu jika kamu yang ketakutan,” gumamnya.
“Hmm, lalu mengapa menungguku?”
“Aku mau mentraktirmu, lagipula ada yang mau kubicarakan berdua saja.”
“Tapi aku pulang dengan teman, aku masih menunggunya,” tolakku.
“Hah? Hanya teman kan, bukan pacar? Jadi tak masalah, bilang saja kau ada urusan penting, jadi harus pulang duluan,” bujuknya.
“Memangnya pembicaraannya penting banget ya?”
“Sangat penting,” tegas Heechul.
“Baiklah.”
Aku pun terbujuk mengikutinya. Lantas aku mengirimkan sms pada Kyu, memberitahunya aku pulang duluan. Dengan jujur kukatakan padanya bahwa aku pergi bersama Heechul karena ada pembicaraan penting. Kyuhyun tidak membalas, aku yakin dia mengerti.
@@@@
“Es krim coklat di sini enak ya,” kata Heechul.
“Yaaa! Sekarang cepat katakan, hal penting apa yang mau kau bicarakan tadi?” sahutku.
“Kau terburu-buru sekali sih.”
“Ini sudah pukul tujuh malam, aku mesti cepat pulang dan mengerjakan tugas,” aku sangat kesal dengan sikapnya yang sangat santai.
“Baiklah. Kenapa kemarin tidak menelponku?”
Aku berdecak kesal, dia masih tidak memulai pembicaraan yang dibilangnya penting itu, “Heechul-sshi, aku harus pulang. Cepat! Langsung to the point saja, jangan berbelit-belit lagi!”
“Justru itu yang ingin kubicarakan makanya aku mengajakmu kemari”
“Itu bukan pembicaraan yang mengharuskan aku meninggalkan temanku untuk pergi bersamamu!”
“Bagiku ini penting. Aku bukanlah orang yang sembarangan memberikan nomor handphoneku. Aku hanya memberikannya pada orang yang kusuka,” penjelasannya ini membuatku kaget. “Maksudku di sini, aku ingin menjalin hubungan yang baik denganmu. Bagaimanapun juga kita adalah ketua klub, dan pergelaran ini bukan hal yang mudah. Ini kerja sama sekolah kita yang pertama kali, dan aku ingin drama kita sukses, kau mengerti maksudku ‘kan?”
“Aku mengerti. Mianhaeyo…”
“Chae Ri, boleh aku memanggilmu begitu?” pintanya yang kujawab dengan anggukan cepatku. “Aku harap di drama kali ini, kaulah yang menjadi tokoh utama wanitanya. Kau tau? Aku selalu menonton pertunjukan drama sekolahmu dan aku sangat suka dengan setiap penampilanmu. Kau sangat hebat dan aku ingin kita bisa menjadi rekan. Aku ingin kau berperan sebagai Juliet karena yang akan menjadi Romeonya adalah aku.”
“Hmm, aku tidak yakin. Aku lebih suka dengan peranku sebagai sutradara. Aku malah berpikir ingin menyerahkan peran itu kepada Kim Ki Young, sayangnya aku belum bertemu dengannya.”
“ Tidak. Aku tidak ingin Ki Young! Kaulah yang cocok memerankannya, kau bisa angkuh, cantik dan anggun sekaligus. Aku hanya ingin Ki young memerankan Rosaline, lagipula dengan jadwalnya yang sangat padat sebagai artis, sangat sulit untuk memintanya mengatur waktu jika dia mau bergabung.”
Aku terdiam memikirkan kata-katanya. Romeo dan Juliet sebuah kisah klasik yang akan kami angkat menjadi pertunjukan di akhir tahun nanti.Aku juga menginginkan peran itu, tapi aku ragu apakah teman-teman yang lain akan menyetujui keinginanku ini.
“Baiklah, aku akan mencoba, aku akan ikut audisinya. Aku tak tahu apakah aku bisa melakukannya dengan baik.”
“Kau pasti bisa. Hwaiting! Sekarang cepat habiskan es krimmu, sudah mulai meleleh tuh,” tunjuk Heechul.
@@@@
“Rumahmu yang mana?” tanya heechul.
“Heechul-sshi, cukup sampai sini saja. Terima kasih sudah mengantarku.”
“ Jadi, kita sudah sampai?” tanyanya lagi.
Aku menggelengkan kepala, “Belum. Masih lima rumah lagi. Tapi sampai sini saja.”
“Baiklah, kalau begitu aku pamit.”
“Heechul-sshi, hati-hati. Kamsahamnida buat es krimnya.”
“Ya.”
Aku memandangi punggungnya yang semakin menjauh. Ketika dia sudah tak terlihat, aku pun melangkahkan kakiku menuju rumah, dan menyadari ada seorang pria yang berjalan menyusulku.
“Siapa pria itu?” tanyanya.
“Temanku. Kujelaskan pun kau tak akan kenal,” sahutku ketus.
“Kau tahu? Kyuhyun sangat mencemaskanmu, dari tadi dia menelponmu tapi tak kau angkat. Kau… Huh, kau sedang berselingkuh ya?” Siwon menatapku dengan pandangan menghakimi.
“Ahjusshi, jangan berbicara seenaknya!” teriakku.
“Aku berbicara kenyataan. Tadi aku mendengar es krim. Itu artinya kalian habis jalan bersama, itu kencan namanya. Kau sudah menikah, jika kencan dengan pria lain selain suamimu, itu namanya berselingkuh,” jelasnya.
“Aku tak mau mendengar ocehanmu, lagipula aku sudah bilang pada Kyu kalau aku akan pergi dengan pria tadi.”
Aku berlari cepat meninggalkannya, aku ingin segera sampai rumah. Dan ketika kubuka pintu pagar rumahku, kulihat Kyuhyun sedang duduk di depan pintu. Dia menatapku dengan tatapan penuh amarah.
To Be Continue ……………

share by superdiya.wordpress.com



Tidak ada komentar: