Minggu, 26 Februari 2012

Super Junior FanFiction: “Get Married″ Part 10″


Super Junior FanFiction: “Get Married

Part 10″
 “Haisshh, bagaimana bisa dia semabuk ini?!” tanya Kyuhyun keheranan saat membantuku membopong Siwon yang memang sedang mabuk berat sesampainya kami di depan rumah.
“Dia sedang patah hati,” kataku sambil menyerahkan sepenuhnya Siwon untuk dibopong Kyuhyun seorang diri, “Aigoo, anak ini tidak kira-kira menyusahkanku. Aku sampai dimuntahi juga saat ditaksi tadi. Aissh~ Kyu, kau antar dia ke kamarnya. Aku mau ganti baju dulu. Bau sekali!”
Kyuhyun menurut, dia mengajak Siwon ke kamarnya. Sementara aku bergegas ke kamarku untuk membersihkan diri dari bekas muntahan si pemabuk tadi. Setelah selesai, aku pun menuju kamar Siwon untuk melihat keadaannya dan kulihat dia tertidur di ranjangnya dengan pakaian yang sudah diganti.
“Kau yang menggantikan pakaiannya?” tanyaku pada Kyu.
“Tentu saja, memangnya kau melihat orang lain yang bisa melakukannya?” tanyanya balik.

Aku tertawa mendengarnya, “Hmmm… Lalu dimana orang tuaku? Sejak aku datang belum terdengar suara mereka?”
“Oh, eomonim dan abeonim tadi tiba-tiba pergi ke bandara. Katanya mau menjemput haraboji yang akan tiba malam ini dari China. Oh ya, Chae Ri kau tidak pernah cerita kalau haraboji-mu masih hidup. Dia tidak datang ke pernikahan kita ‘kan?”
Kali ini aku terdiam mendengarkan perkataannya, aku cukup terkejut dengan kabar bahwa haraboji akan kembali hari ini. Aku lalu memandang iba ke arah Siwon. Sebelum aku sampai di rumah dan tahu kalau haraboji akan datang, aku sangat ingin sekali mendengar dia dimarahi oleh eomma. Tapi sekarang aku malah iba padanya. Jika haraboji datang dan melihatnya dalam keadaan mabuk seperti ini, bisa terjadi perang besar. Tanpa banyak berpikir aku bergegas ke kamar mandi, mengambil air untuk menyadarkannya. Kuciprat-cipratkan air ke wajahnya supaya dia terbangun. Sementara Kyuhyun terheran-heran melihat tingkahku. Tidak butuh waktu lama untuk membangunkan Siwon, saat terbangun dia terbatuk-batuk dan menatapku marah.
“Ya, Chae Ri-ya! Tidak bisakah membangunkanku dengan lebih lembut? Kasurku jadi basah karenamu!” bentaknya.
Aku menarik nafas panjang, menahan emosiku. Setelah menghembuskannya perlahan, aku menjawabnya dengan suara terlembut yang pernah kukeluarkan, “Haraboji akan datang, aku tidak ingin melihat dia marah besar karena mendapati dirimu sedang mabuk.”
“MWO?! Aboji akan datang? Aigoo~ aku tidak ingin bertemu dengannya. Chae Ri-ah, aku pergi dulu, terima kasih sudah membangunkanku,” serunya tetapi aku langsung berlari ke arah pintu kamar untuk menghadangnya agar tak pergi.
“Menyingkirlah!” perintahnya. Aku menggeleng tidak mau, masih tetap merentangkan tanganku menutupi jalannya keluar, “Aku akan bersikap kasar kalau kau masih keras kepala. Aku hitung sampai tiga, aku akan mendorongmu jika kau masih tidak mau menyingkir!”
Kyuhyun yang sedari tadi hanya kebingungan memperhatikan tingkah kami tampaknya mulai paham kalau Siwon sudah tidak bisa dicegah. Dengan lembut Kyuhyun mendorongku agar menjauh dari pintu. “Sudahlah Chae Ri, jangan menghalanginya!” seru Kyuhyun. Aku pun melunak. Kubiarkan Siwon keluar dari kamarnya. Aku dan Kyuhyun mengikutinya menuruni tangga sampai ke pintu depan. Tetapi sepertinya sudah terlambat, karena di depan gerbang kulihat sebuah mobil berhenti dan dari sana keluarlah kedua orang tuaku bersama dengan seorang pria tua. Ya, pria tua itu haraboji ku dari pihak ibu yang sudah lama menetap di China, tepatnya setelah kematian halmeoni sepuluh tahun lalu.
“Abeonim, ayo kita segera masuk rumah. Di luar dingin sekali,” ajak Appa tetapi tidak direspons, pria tua itu hanya terpaku memandang Siwon yang sudah sepuluh tahun tidak dilihatnya. Entah kenapa ketika melihat hal ini aku jadi ingin menangis tetapi aku melihat eomma sudah menangis terlebih dulu. Kutarik tangan Kyuhyun, sesak sekali rasanya melihat pemandangan itu.
“Hyun Nah, antar aku ke hotel saja! Aku tidak ingin menginap di sini,” seru haraboji pada eomma.
“Tidak usah! Aku yang akan pergi,” sahut Siwon sambil berjalan melewati eomma dan haraboji.
“Baguslah kalau begitu,” ujar haraboji dingin yang membuat langkah Siwon terhenti. Haraboji lalu mendekatiku dan memelukku. “Chae Ri-ya, kau makin cantik saja. Kau tau betapa kakek sangat merindukanmu?”
Kulihat Siwon memandang nanar ke arah kami. “Haraboji, aku…”
“Aku membawakan banyak oleh-oleh untukmu,” potongnya, “Hyun Nah, Chae Ri-Appa. Kalian berdua masuklah! Kenapa masih bengong di luar sana?” ajak haraboji mengabaikan keberadaan Siwon yang juga masih berada di luar. Merasa dirinya tidak dibutuhkan, Siwon pun pergi tanpa mengatakan apapun. Sementara eomma masih menangis. Menangisi ketidakberdayaannya dalam mengakurkan ayahnya dan adiknya sendiri.
@@@@@
“Annyeong haseyo. Cho Kyuhyun imnida. Saya berjanji akan selalu melindungi dan mencintai Chae Ri. Kuharap haraboji memberikan restu pada kami,” ucap Kyuhyun sambil memberikan penghormatan.
“Hyun Nah, mereka berdua masih di bawah umur. Harusnya masih bersekolah, kenapa malah dinikahkan?!” tanya haraboji pada eomma. Dia mengabaikan Kyuhyun yang masih membungkuk di hadapannya. Eomma dan appa terlihat kebingungan mencari jawaban yang pas. Mereka tampak sangat gugup dan ketakutan.
“Itu…itu karena aku hamil,” sahutku asal-asalan karena tidak tahu harus memberi alasan apa.
“MWOYA?!” pekik Kyuhyun yang langsung duduk dengan tegak. Begitu pula dengan haraboji, eomma dan appa memekik serentak.
“Kenapa kalian bertiga ikut-ikutan terkejut?” tanya haraboji keheranan.
“Ah…ani…ani… Kami hanya kaget melihat haraboji juga kaget,” sahut Kyuhyun yang diiringi anggukan eomma dan appa. Dalam hati aku merutuk, bisa-bisanya dia menjawab dengan jawaban yang sangat bodoh.
“Oh, begitu. Lalu kenapa perutmu belum membesar?” tanya haraboji padaku.
“Ke-keguguran waktu usia dua bulan,” sahutku lemas. Ya Tuhan, semoga kau tidak mengabulkan kebohonganku ini.
“Kalau sudah begitu, kenapa masih hidup bersama? Kalian sudah tidak ada tanggung jawab lagi, kan? Berpisahlah supaya kalian berdua bisa serius dengan sekolah. Masa depan kalian masih panjang,” ucap haraboji yang membuatku dan Kyuhyun terkejut.
“Haraboji, kenapa bisa berkata sekejam itu? Aku tidak bisa hidup tanpa dia. Aku mencintai suamiku,” ujarku memohon.
“Cinta? Tahu apa kau tentang cinta? Kau lihat orang tuamu, mereka awalnya menikah bukan karena cinta, tapi bisa bertahan sampai sekarang. Itu karena mereka memiliki tanggung jawab dan kedewasaan. Kau masih anak-anak, belum pantas merasakan apa yang disebut hidup berumah tangga. Berpisahlah sekarang, sebelum berjalan lebih jauh lagi!”
“TIDAK MAU,” pekikku membuat semua yang ada di sana terkejut. Aku tidak pernah sekasar ini pada haraboji, tapi menurutku ini sudah keterlaluan. Dia ingin memisahkanku dengan Kyuhyun dan aku tak mau itu terjadi.
“Chae Ri-ya, kau sudah berani berkata keras padaku? Apa-apaan ini?!” bentak haraboji galak.
“Haraboji salah. Eomma dan appa bertahan bukan hanya karena tanggung jawab dan kedewasaan mereka, tetapi juga karena mereka saling mencintai. Aku tidak sudi kalau harus berpisah dengan suamiku. Aku…,” air mata sudah mengalir sekarang, membuatku cukup kesulitan melanjutkan ucapan, “… haraboji, kalau kau masih memaksaku berpisah dengan suamiku, aku.. aku lebih memilih mati! Aku akan bunuh diri jika kau berani memisahkan kami.”
Aku bergegas menuju kamarku seraya menarik tangan Kyuhyun agar ia mengikutiku. Sementara itu kudengar haraboji mengamuk. Dia memarahi orang tuaku karena dianggap tak becus mengasuhku. Aku sangat kesal dengan haraboji, walau aku juga merindukannya. Aku kesal karena seenaknya saja dia memarahi orang tuaku padahal dia juga bukan orang tua yang baik. Dia mengacuhkan dan begitu membenci Siwon, padahal Siwon putra kandungnya sendiri. ‘Ah~ kenapa sih dia harus kembali?’ sesalku dalam hati.
@@@@@
“A-aku tidak mau mendengarmu berkata kalau kau lebih memilih mati ketimbang kita berpisah. Itu sangat mengerikan, Chae Ri,” ujar Kyuhyun ketika aku keluar dari kamar mandi setelah membasuh wajahku yang lusuh sehabis menangis.
Aku menghampirinya yang sedang duduk di pinggir ranjang. Aku duduk di sampingnya kemudian memeluknya, “Aku memang akan mati jika kau pergi dariku.”
“Kumohon jangan berkata seperti itu lagi!” pinta Kyu sambil melepaskan pelukannya dariku. Dia menatapku kemudian dengan tangannya menghapus air mata yang kembali jatuh dari mataku. “Dan kumohon jangan menangis! Kita pikirkan cara supaya haraboji merestui kita.”
“Hamili aku!” pintaku yang membuat Kyu membulatkan mulutnya, terkejut.
“Aniya! Kau bilang kita akan melakukan itu lima tahun lagi,” tolaknya.
“Kalau begini terus, kita tidak akan bertahan sampai lima tahun lagi. Kau tidak tahu betapa mengerikannya haraboji. Dia sanggup melakukan segala cara agar kita berpisah.”
“Tapi, kau belum siap kan?” tanyanya.
“Tentu saja belum. Tapi aku akan berusaha, ini satu-satunya cara,” sahutku meyakinkannya.
Kulihat dia masih kebingungan, tapi aku sudah tak dapat berpikir lagi. Aku menciumnya untuk lebih meyakinkannya kalau aku serius. Kubuka kancing bajunya saat ciuman kami semakin memanas, dia pun melakukan hal yang sama padaku. Tetapi saat aku ingin membuka kancing bajunya yang terakhir, tanganku terhenti. Aku bahkan tidak bisa membalas ciumannya lagi. Aku tidak bisa melakukannya. Kyuhyun memandangiku berharap aku melanjutkan yang tadi kami lakukan. Tapi aku tak bisa.
Dengan cepat aku mengambil pakaianku, kemudian berlari menuju kamar mandi. Aku mengurung diriku sendiri di kamar mandi sambil menangis.
“Chae Ri-ya. Kau pasti menangis lagi di dalam sana,” tebak Kyuhyun dari balik pintu, ada kecemasan dalam suaranya.
“Mianheyo, Kyuhyun-sshi,” kataku penuh penyesalan.
“Gwaenchana, kau baik-baik saja kan di dalam sana?” tanyanya lagi.
“Ne, gwaenchana. Aku akan keluar sebentar lagi. Tadi aku hanya sedikit gugup, kita akan melanjutkannya…”
“Tidak perlu,” potong Kyuhyun, “Aku rasa itu bukan cara yang tepat. Pikiran kita terlalu pendek. Aku tahu kau sedang kalut sekarang. Kalau aku sampai menghamilimu, itu artinya sama saja aku menghancurkanmu. Kau pasti akan dikeluarkan dari sekolah jika itu terjadi. Walau dengan itu kita akan selalu bersama, tapi itu sama saja aku menghancurkan masa depanmu. Lagipula kau masih belum siap, kita pasti bisa menemukan cara lain. Aku yakin itu.”
`Tangisanku semakin menjadi mendengar perkataannya. Aku tidak mampu menjawabnya lagi. Aku merasa bersalah padanya, tetapi aku bersyukur bisa memilikinya. “Kyuhyun-sshi, gomawoyo,” hanya itu yang bisa kuucapkan padanya.
“Ya, aku akan tidur sekarang. Rasanya hari ini lelah dan panjang sekali. Kau jangan sampai tidur di kamar mandi ya!”
“Ne,” sahutku. Setelah itu aku berdiam cukup lama di kamar mandi. Merapikan rambut dan memakai bajuku. Aku keluar dari kamar mandi setelah berada di sana hampir satu jam. Aku tidak berani keluar cepat, karena takut kalau-kalau Kyuhyun belum tidur. Saat keluar, aku melihatnya sudah pulas menggunakan penutup matanya. Aku memandanginya yang sedang tertidur. Sedikit menyesal karena lagi-lagi sudah mengecewakannya.
@@@@@
“Chae Ri, antarkan ini pada Siwon. Kasihan dia belum makan apa-apa dari tadi malam. Dia bahkan tidak membawa uang banyak. Uangnya hanya cukup untuk masuk sauna,” kata eomma berbisik sambil memberikan sebuah bungkusan dan kertas kecil bertuliskan alamat yang harus dituju saat aku bersiap-siap untuk berangkat sekolah.
Kulihat haraboji masih menikmati sarapannya bersama Appa di ruang makan. Aku dan Kyuhyun sendiri sudah sarapan terlebih dahulu untuk menghindari haraboji. Kemudian kulihat Chaesa dengan mata bengkaknya juga sudah siap untuk berangkat ke sekolah. Dia keluar rumah terlebih dahulu. Sejak semalam aku belum berbicara dengannya, sehingga dengan cepat aku menyambar bungkusan yang diberikan eomma.
“Baiklah, akan kuberikan ini padanya. Aku berangkat dulu. Ayo, Kyu, kita pergi!” seruku kemudian bergegas menyusul Chaesa yang belum terlalu jauh. “Chaesa, tunggu aku!”
Gadis itu menoleh heran, “Eonnie, kita kan tidak satu arah.”
“Aku tahu,” sahutku, “Aku ingin kau ikut aku. Tentu saja kita tidak akan terlambat ke sekolah.”
“Kemana?”
“Pokoknya ikut saja,” kataku sambil menarik tangannya, kemudian aku meneriaki Kyu yang masih cukup jauh di belakang kami, “Cho Kyuhyun, palli!”
Tak lama kemudian kami bertiga sampai di tempat yang dituju, kulihat Siwon tengah berjongkok di samping tiang listrik yang letaknya sekitar tiga blok dari rumahku. Chaesa terdiam ketika melihat sosok Siwon yang menggigil kedinginan.
“Hyung, kau tak apa?” tanya Kyuhyun pada Siwon.
“Yaaa, Kyu! Kenapa masih memanggil dia dengan sebutan ‘hyung’? Dia itu pamanku, paling tidak panggil dia dengan sebutan ‘Shamchon’ kalau kau tak mau mengikutiku dengan menyebutnya ‘ahjusshi’!” seruku.
“Chae Ri-ya, kurasa ini bukan waktu yang tepat untuk membahas itu,” kata Kyu mengingatkan.
“Oh ya,”sahutku malu-malu, “Yaaa, sekarang makanlah dulu! Setelah itu ganti pakaianmu. Biar kabur dari rumah, kau masih harus sekolah,” kataku sambil memberikan bungkusan yang diberikan eomma tadi.
“Sebaiknya aku pergi. Aku tak tahu ada masalah apa semalam. Tapi yang jelas aku tidak ingin mendapat masalah karena terlambat ke sekolah,” ujar Chaesa dingin. Aku dan Kyu melongo mendengar ucapannya itu, sementara Siwon tertunduk lesu. Tidak berani melihat Chaesa.
“Kenapa Chaesa sedingin itu?”bisik Kyu kebingungan tetapi aku tidak berniat memberitahu apa yang sebenarnya terjadi pada Chaesa dan Siwon semalam karena memang belum saatnya. Sudah terlalu banyak masalah yang aku dan Kyu hadapi. Aku tak ingin ikut campur masalah percintaan segitiga antara Chaesa, Siwon dan Hyuk Jae, karena itu pasti sangat merepotkan.
“Bagaimana komentar aboji terhadap pernikahan kalian?” tanya Siwon yang sudah mulai menyantap makanannya.
“Tentu saja tidak merestui, sejujurnya aku terkejut saat tahu haraboji ternyata tidak mengetahui pernikahanku. Pantas saja dia tidak datang saat itu,” sahutku.
Siwon terkekeh mendengarnya, “kalau begitu kalian harus berjuang. Berikan dia cicit, siapa tahu setelah itu dia akan merestui.”
Aku mendengus kesal kepadanya, “Kami akan memikirkan cara selain itu. Ngomong-ngomong, setelah ini kau akan tinggal di mana?”
“Kembali ke asrama,” ujarnya, “Gomawo sudah membawakan ini, kalian bisa pergi sekarang. Aku sudah tak apa.”
“Jaga dirimu!” pesanku sebelum pergi meninggalkannya.
@@@@@
“Eunhyuk-oppa,” panggil Chaesa dan pria yang dipanggil namanya itu menoleh untuk melihat wajah yang memanggilnya. Senyumnya merekah melihat Chaesa.
“Chaesa-ya, bekal makananmu besar juga ya,” ujarnya.
“Tentu saja. Aku juga membuatkan bekal untukmu…,”kata Chaesa sambil membuka bekal makanan yang dibawanya.
Hyuk Jae tanpa ragu memakan bekal yang diberikan Chaesa padanya. Dia memakan dengan lahap makanan yang dibuat penuh cinta oleh kekasihnya itu. Chaesa tersenyum senang melihat Hyuk Jae menghabiskan dengan semangat makanan buatannya.
“Aku akan membuatkanmu bekal setiap hari kalau kau suka,” lanjut Chaesa yang dibalas anggukan dari Hyuk Jae. “Oppa, makannya pelan-pelan saja. Kau lucu sekali dengan mulut penuh seperti itu.”
Dengan penuh perhatian, Chaesa melap bibir Hyuk Jae yang celemotan karena makan dengan terburu-buru. Hyuk Jae sangat bahagia dengan perhatian yang diberikan kekasihnya itu. Dia tidak menyangka gadis itu akan menyayanginya dengan sungguh-sungguh karena selama ini Hyuk jae mengira bahwa Chaesa menyukai pria lain yaitu sahabatnya, Choi Siwon. Kali ini Hyuk Jae berjanji, dia takkan melukai gadis itu. Dengan tulus akan mencintai Shim Chaesa. Hyuk Jae memandang Chaesa dengan mesra. Setelah menghabiskan makanannya, ia memeluk Chaesa dan mencium bibir gadis itu. Chaesa tidak keberatan Hyuk Jae melakukan itu walau sekarang mereka sedang berada di sekolah. Chaesa berpikir tidak akan ada yang melihat karena sekarang mereka berada di atap sekolah, di mana jika di musim dingin seperti sekarang takkan ada orang yang mau ke sana. Tetapi sebenarnya ada seseorang yang sedang menyaksikan kemesraan mereka dan orang yang terbakar cemburu itu akhirnya tidak tahan hanya menonton. Orang itu pun menghampiri mereka.
“Ehmm…” deham Siwon membuat Hyuk Jae dan Chaesa kelabakan.
“Ya, Siwon. Kau mengganggu saja,” seru Hyuk Jae dengan wajah memerah. Siwon tidak peduli dengan si pria. Dia hanya menatap sang gadis yang tidak mau memandangnya.
“Chaesa, ayo kita bicara!” ajak Siwon tetapi masih tidak ditanggapi. “Chaesa, kumohon!”
“Oppa, aku akan kembali ke kelas,” pamit Chaesa pada Hyuk Jae tanpa memperdulikan Siwon yang sedari tadi mengajaknya bicara. Chaesa tak bisa pergi karena Siwon memegangi tangannya dengan kuat.
“Yaaa Choi Siwon, apa yang kau lakukan pada gadisku?” seru Hyuk Jae sembari berusaha melepaskan cengkraman Siwon pada Chaesa. Tapi tidak berhasil, malah dirinya yang terjungkal karena tenaga Siwon lebih besar.
“Siwon-sshi, tidak ada yang perlu dibicarakan lagi ‘kan?” tanya Chaesa dengan mata berkaca-kaca.
Siwon melepaskan cengkramannya, dia menatap mata Chaesa yang mulai basah dengan pandangan menyesal. “Mianheyo, aku tidak akan mengganggumu lagi. Sebenarnya banyak yang ingin kuucapkan. Tetapi kau pasti tidak mau mendengarkanku,” ujar Siwon kemudian berlalu.
Sejak saat itu, Chaesa tidak pernah lagi berbicara dengan Siwon. Pria itu selalu menghindarinya jika mereka bertemu di sekolah. Chaesa pun sudah tak dapat bertemu dengan Siwon lagi di rumah, karena Siwon sudah tak tinggal di sana lagi. Entah kenapa ada rasa sakit dan kehilangan dalam hati Chaesa. Dia merasa kesepian karena tidak ada lagi seorang Choi Siwon yang selalu mengerjainya.
@@@@@
Tiga minggu berlalu sejak kedatangan haraboji. Aku tidak tahu apa yang menyebabkannya bertahan selama itu di rumahku. Haraboji memang tidak lagi menyinggung masalah pernikahanku. Tetapi dia selalu saja mencari-cari kesalahan dan keburukan Kyuhyun. Yang merasa resah bukan hanya aku saja, tetapi eomma juga. Sudah berulang kali eomma membujuk haraboji agar kembali ke rumahnya sendiri. Tetapi tentu saja ia tak mau. Rumah itu mempunyai kenangan buruk baginya. Itulah sebabnya jika kembali ke Korea, ia akan menginap di rumahku atau di hotel. Eommaku seperti anak durhaka memang. Tapi tentu saja, siapa sih yang bisa tahan dengan kebawelan haraboji? Orang tuaku benar-benar tidak bisa berkutik ketika haraboji di rumah. Untung saja aku mempunyai kesibukan yang sangat luar biasa di sekolah. Ya, kesibukan berlatih teater.
“Tiga hari lagi pertunjukan kita. Semoga tidak ada badai salju hari itu. Semoga tidak ada masalah apa-apa. Ya Tuhan, lindungi kami!” seru Myu Ra sebelum kami mengadakan rehearsal.
“AMIN,” timpal kami serempak.
Dua jam berlalu setelah itu, latihan selesai. Aku dan Kyuhyun dalam perjalanan pulang. “Chae Ri-ya, aku selalu menonton latihan kalian sejak kau suruh. Tapi, aku tidak pernah melihatmu beradegan ciuman dengan Heechul. Kau membohongiku, ya? Ingin mengujiku?” tanya Kyuhyun.
‘Ya, tentu saja tidak ada lagi. Kan sudah kubatalkan. Kau saja yang tidak tahu,’ gumamku dalam hati.
“Ya, Chae Ri, jawab aku!” seru Kyuhyun yang merasa dirinya diacuhkan.
“Ada kok. Tapi memang tidak dilatih lagi. Akan langsung kami lakukan saat dramanya berlangsung,” ujarku membohonginya. Dia pun mencelos, sebisa mungkin aku menahan tawaku supaya dia tak marah. Aku melanjutkan, “Tadi Ki Young menatapmu terus. Kau sudah mengatakan yang dulu kusuruh itu?” Kyuhyun menggeleng, aku kecewa dengan sikap pengecutnya itu, “Kau kan sudah janji!”
“Maafkan aku! Tapi memang belum saatnya. Aku akan mengatakannya setelah pertunjukan selesai. Kalau aku mengatakannya sekarang, aku khawatir dia akan langsung membencimu dan meninggalkan klub. Kau tidak mau itu terjadi ‘kan?”
“Tentu saja tidak mau. Pertunjukan lebih penting,” sahutku.
“Lebih penting dariku?” tanyanya tersinggung.
“Itu kan hal yang berbeda,”balasku.
Kyuhyun tersenyum mendengarnya, dia membelai lembut rambutku. Saat itu juga butiran salju jatuh menimpa kepala kami, kami berdua mendongak menatap langit. Memandang takjub butiran-butiran salju putih yang dimuntahkan langit. Kemudian kami saling berpandangan.
“Ini salju pertama kita,” gumamku.
“Ya dan tidak terasa, sudah setengah tahun lebih kita menikah,” sahutnya.
“Kyu, kita akan selalu bersama ‘kan?”
“Tentu, kita akan bersama selamanya.”
@@@@@
Hari H pertunjukan teater…
“Sisa satu jam lagi. Aku tidak pernah segugup ini. Acara ini lebih membuatku gugup ketimbang saat aku mengikuti ujian masuk universitas minggu lalu,” ujar Myu Ra sambil berjalan bolak-balik di belakang stage.
“Penontonnya sudah mulai berdatangan, ya? Ya Tuhan, orang tuaku menonton. Aku kan tidak ikut tampil,” kata Kyuhyun yang mengintip kursi penonton lewat tirai panggung.
“Tentu saja. Aku yang mengundang mereka,” sahutku.
“Chae Ri-ya, kau bodoh ya? Orang tuaku akan melihatmu berciuman dengan pria lain selain aku. Kau tidak malu?” bisik Kyuhyun.
Aku menghela nafas, kemudian menjauhinya. Aku berjalan ke arah Heechul yang sudah siap dengan kostumnya. Aigoo~ tampan sekali, sedikit menyesal rasanya aku membatalkan scene kiss kami. Tapi sudahlah, terlanjur. Tapi aku melihat ada yang aneh pada Heechul. Dia sedari tadi memegangi perut kanannya dan wajahnya seperti menahan sakit.
“Heechul-sshi, kau tak apa-apa?” tanyaku.
“Tidak apa-apa, aku hanya sakit perut. Mungkin pengaruh gugup. Aku akan mengambil air sebentar,” sahutnya.
Dia meninggalkanku menuju tempat minum. Tapi dia terjatuh setelah tiga langkah. Dia mengerang sambil memegangi perutnya yang tentu saja membuat semua yang ada di belakang panggung jadi terkejut dan histeris.
“Ya, Heechul-sshi kau tak apa-apa? Apa yang sakit?” seru Kang In panik.
“Dari tadi dia memegangi perut kanan bawahnya mulu,” kataku tak kalah panik.
“Maag-nya mungkin kumat, kau tidak makan sejak kapan?” tanya Myu Ra sambil memegangi tangan Heechul.
“Dia tidak punya maag,” balas Jin Rin.
“Sepertinya usus buntu,” ujar Kyuhyun yang membuat semua wajah mengarah padanya.
“Sepertinya Kyuhyun benar. Aku juga dulu seperti itu saat terkena radang usus buntu,” kali ini Ki Young yang berbicara.
“Kita panggil ambulans. Bisa gawat kalau sungguhan radang usus buntu,” kata Myu Ra mencoba tenang. Tak lama ambulans datang. Heechul dibawa ke rumah sakit yang tidak jauh dari sekolah kami. Dia ditemani dengan salah seorang guru. Kami melepasnya dengan tangisan.
“Sudah jangan menangis!” seru Ki Young. Hanya dia seorang yang tidak menangis saat ini.
“Bagaimana tidak menangis? Kita kehilangan Romeo,” sahutku.
“Pertunjukan yang sudah kita siapkan hampir 6 bulan. Hancur dalam 15 menit,” balas Kang In.
“Ini sejarah terburuk bagi klub kita…,” kata Myu Ra, “…Siapa yang mau menemaniku untuk meminta maaf pada penonton?”
“Onnie, aku takut,” sahutku.
“Masih tersisa 20 menit sebelum pertunjukan. Kita masih bisa mencari pengganti,” ujar Kang In. Myu Ra menatapnya dengan pandangan memelas. Dia tidak menyangka jika Kang In masih memiliki semangat untuk pertunjukan ini yang sudah jelas gagal total karena kehilangan tokoh utamanya.
“Ya, Kang In benar. Aku mengajukan Kyuhyun sebagai pengganti,” kata Ki Young.
“Ki Young, jangan berbicara yang tidak masuk akal! Kyuhyun tidak akan bisa,” sahutku.
“Bisa, tentu bisa. Dia beberapa kali menjadi lawan latihanku,” balasnya. Aku memandang Kyuhyun kesal. Bisa-bisanya dia tidak menceritakan hal itu padaku.
“Adegan Romeo dengan Rosaline hanya sedikit. Tetap saja tidak bisa,” kataku mencoba meyakinkan karena anggota yang lain tampaknya sudah mulai terpengaruh ucapan Ki Young.
“Chae Ri, itu bisa diatur. Lagipula tadi di backstage aku beberapa kali mendengar Kyuhyun membetulkan pengucapan dialog pemain lain. Aku yakin Kyuhyun sudah hapal dengan jalannya adegan. Benar ‘kan?” tanya Kang In.
“Aniyo, itu hanya kebetulan. Aku tidak sengaja hapal karena sering membacanya. Tapi aku tidak bisa,” seru Kyuhyun menolak.
“Kumohon Kyuhyun. Gantikanlah Heechul,” pinta Myu Ra memelas pada Kyuhyun yang membuat Kyuhyun jadi salah tingkah. Aku menatap tajam ke arah Kyuhyun. Ketika dia melihat ku, aku menggelengkan kepalaku. Tanda tidak setuju. Tapi Myu Ra melihat isyaratku itu.
“Yaaa Chae Ri, kau ingin pertunjukan kita gagal?!”teriaknya yang membuatku ketakutan.
“Onnie, bukan begitu. Kita bisa cari pemain lain. Kyuhyun sama sekali tidak pernah berakting. Dia tidak akan bisa,” balasku.
“Masalahnya… Chae Ri, sudah tidak ada lagi anggota kita yang menganggur,” kata Myu Ra sambil menghela nafas panjang, “Hanya Kyuhyun yang tidak mendapatkan tugas.”
Aku pun melunak, Myu Ra benar. Teman-teman benar. Hanya Kyuhyun yang bisa menggantikan Heechul. “Baiklah, aku setuju. Sekarang saatnya Kyuhyun ganti Kostum. Semoga saja ada yang cocok karena…,” aku menghela nafasku sebelum melanjutkan ucapanku, “… Heechul dibawa kerumah sakit masih menggunakan kostum Romeo. Ya kita bergegas, sisa 10 menit lagi sebelum pertunjukan.”
Kyuhyun terdiam mendengar keputusan kami. Dia pun menurut. Akhirnya setelah bergabung dengan klub teater selama dua tahun, Kyuhyun mendapatkan peran pertamanya.
To Be Continue ……………

share by superdiya.wordpress.com


Tidak ada komentar: