Super Junior FanFiction: “Get Married″
Part 10″
“Haisshh, bagaimana bisa
dia semabuk ini?!” tanya Kyuhyun keheranan saat membantuku membopong Siwon yang
memang sedang mabuk berat sesampainya kami di depan rumah.
“Dia sedang patah hati,” kataku sambil menyerahkan sepenuhnya
Siwon untuk dibopong Kyuhyun seorang diri, “Aigoo, anak ini tidak kira-kira
menyusahkanku. Aku sampai dimuntahi juga saat ditaksi tadi. Aissh~ Kyu, kau
antar dia ke kamarnya. Aku mau ganti baju dulu. Bau sekali!”
Kyuhyun menurut, dia mengajak Siwon ke kamarnya. Sementara aku
bergegas ke kamarku untuk membersihkan diri dari bekas muntahan si pemabuk
tadi. Setelah selesai, aku pun menuju kamar Siwon untuk melihat keadaannya dan
kulihat dia tertidur di ranjangnya dengan pakaian yang sudah diganti.
“Kau yang menggantikan pakaiannya?” tanyaku pada Kyu.
“Tentu saja, memangnya kau melihat orang lain yang bisa
melakukannya?” tanyanya balik.
Aku tertawa mendengarnya, “Hmmm… Lalu dimana orang tuaku? Sejak aku datang belum terdengar suara mereka?”
Aku tertawa mendengarnya, “Hmmm… Lalu dimana orang tuaku? Sejak aku datang belum terdengar suara mereka?”
“Oh, eomonim dan abeonim tadi tiba-tiba pergi ke bandara.
Katanya mau menjemput haraboji yang akan tiba malam ini dari China. Oh ya, Chae
Ri kau tidak pernah cerita kalau haraboji-mu masih hidup. Dia tidak datang ke
pernikahan kita ‘kan?”
Kali ini aku terdiam mendengarkan perkataannya, aku cukup
terkejut dengan kabar bahwa haraboji akan kembali hari ini. Aku lalu memandang
iba ke arah Siwon. Sebelum aku sampai di rumah dan tahu kalau haraboji akan
datang, aku sangat ingin sekali mendengar dia dimarahi oleh eomma. Tapi
sekarang aku malah iba padanya. Jika haraboji datang dan melihatnya dalam
keadaan mabuk seperti ini, bisa terjadi perang besar. Tanpa banyak berpikir aku
bergegas ke kamar mandi, mengambil air untuk menyadarkannya. Kuciprat-cipratkan
air ke wajahnya supaya dia terbangun. Sementara Kyuhyun terheran-heran melihat
tingkahku. Tidak butuh waktu lama untuk membangunkan Siwon, saat terbangun dia
terbatuk-batuk dan menatapku marah.
“Ya, Chae Ri-ya! Tidak bisakah membangunkanku dengan lebih
lembut? Kasurku jadi basah karenamu!” bentaknya.
Aku menarik nafas panjang, menahan emosiku. Setelah
menghembuskannya perlahan, aku menjawabnya dengan suara terlembut yang pernah
kukeluarkan, “Haraboji akan datang, aku tidak ingin melihat dia marah besar
karena mendapati dirimu sedang mabuk.”
“MWO?! Aboji akan datang? Aigoo~ aku tidak ingin bertemu
dengannya. Chae Ri-ah, aku pergi dulu, terima kasih sudah membangunkanku,”
serunya tetapi aku langsung berlari ke arah pintu kamar untuk menghadangnya
agar tak pergi.
“Menyingkirlah!” perintahnya. Aku menggeleng tidak mau, masih
tetap merentangkan tanganku menutupi jalannya keluar, “Aku akan bersikap kasar
kalau kau masih keras kepala. Aku hitung sampai tiga, aku akan mendorongmu jika
kau masih tidak mau menyingkir!”
Kyuhyun yang sedari tadi hanya kebingungan memperhatikan tingkah
kami tampaknya mulai paham kalau Siwon sudah tidak bisa dicegah. Dengan lembut
Kyuhyun mendorongku agar menjauh dari pintu. “Sudahlah Chae Ri, jangan
menghalanginya!” seru Kyuhyun. Aku pun melunak. Kubiarkan Siwon keluar dari
kamarnya. Aku dan Kyuhyun mengikutinya menuruni tangga sampai ke pintu depan.
Tetapi sepertinya sudah terlambat, karena di depan gerbang kulihat sebuah mobil
berhenti dan dari sana keluarlah kedua orang tuaku bersama dengan seorang pria
tua. Ya, pria tua itu haraboji ku dari pihak ibu yang sudah lama menetap di
China, tepatnya setelah kematian halmeoni sepuluh tahun lalu.
“Abeonim, ayo kita segera masuk rumah. Di luar dingin sekali,”
ajak Appa tetapi tidak direspons, pria tua itu hanya terpaku memandang Siwon
yang sudah sepuluh tahun tidak dilihatnya. Entah kenapa ketika melihat hal ini
aku jadi ingin menangis tetapi aku melihat eomma sudah menangis terlebih dulu.
Kutarik tangan Kyuhyun, sesak sekali rasanya melihat pemandangan itu.
“Hyun Nah, antar aku ke hotel saja! Aku tidak ingin menginap di
sini,” seru haraboji pada eomma.
“Tidak usah! Aku yang akan pergi,” sahut Siwon sambil berjalan
melewati eomma dan haraboji.
“Baguslah kalau begitu,” ujar haraboji dingin yang membuat
langkah Siwon terhenti. Haraboji lalu mendekatiku dan memelukku. “Chae Ri-ya,
kau makin cantik saja. Kau tau betapa kakek sangat merindukanmu?”
Kulihat Siwon memandang nanar ke arah kami. “Haraboji, aku…”
“Aku membawakan banyak oleh-oleh untukmu,” potongnya, “Hyun Nah,
Chae Ri-Appa. Kalian berdua masuklah! Kenapa masih bengong di luar sana?” ajak
haraboji mengabaikan keberadaan Siwon yang juga masih berada di luar. Merasa
dirinya tidak dibutuhkan, Siwon pun pergi tanpa mengatakan apapun. Sementara
eomma masih menangis. Menangisi ketidakberdayaannya dalam mengakurkan ayahnya
dan adiknya sendiri.
@@@@@
“Annyeong haseyo. Cho Kyuhyun imnida. Saya berjanji akan selalu
melindungi dan mencintai Chae Ri. Kuharap haraboji memberikan restu pada kami,”
ucap Kyuhyun sambil memberikan penghormatan.
“Hyun Nah, mereka berdua masih di bawah umur. Harusnya masih
bersekolah, kenapa malah dinikahkan?!” tanya haraboji pada eomma. Dia
mengabaikan Kyuhyun yang masih membungkuk di hadapannya. Eomma dan appa
terlihat kebingungan mencari jawaban yang pas. Mereka tampak sangat gugup dan
ketakutan.
“Itu…itu karena aku hamil,” sahutku asal-asalan karena tidak
tahu harus memberi alasan apa.
“MWOYA?!” pekik Kyuhyun yang langsung duduk dengan tegak. Begitu
pula dengan haraboji, eomma dan appa memekik serentak.
“Kenapa kalian bertiga ikut-ikutan terkejut?” tanya haraboji
keheranan.
“Ah…ani…ani… Kami hanya kaget melihat haraboji juga kaget,”
sahut Kyuhyun yang diiringi anggukan eomma dan appa. Dalam hati aku merutuk,
bisa-bisanya dia menjawab dengan jawaban yang sangat bodoh.
“Oh, begitu. Lalu kenapa perutmu belum membesar?” tanya haraboji
padaku.
“Ke-keguguran waktu usia dua bulan,” sahutku lemas. Ya Tuhan,
semoga kau tidak mengabulkan kebohonganku ini.
“Kalau sudah begitu, kenapa masih hidup bersama? Kalian sudah
tidak ada tanggung jawab lagi, kan? Berpisahlah supaya kalian berdua bisa
serius dengan sekolah. Masa depan kalian masih panjang,” ucap haraboji yang
membuatku dan Kyuhyun terkejut.
“Haraboji, kenapa bisa berkata sekejam itu? Aku tidak bisa hidup
tanpa dia. Aku mencintai suamiku,” ujarku memohon.
“Cinta? Tahu apa kau tentang cinta? Kau lihat orang tuamu,
mereka awalnya menikah bukan karena cinta, tapi bisa bertahan sampai sekarang.
Itu karena mereka memiliki tanggung jawab dan kedewasaan. Kau masih anak-anak,
belum pantas merasakan apa yang disebut hidup berumah tangga. Berpisahlah
sekarang, sebelum berjalan lebih jauh lagi!”
“TIDAK MAU,” pekikku membuat semua yang ada di sana terkejut.
Aku tidak pernah sekasar ini pada haraboji, tapi menurutku ini sudah
keterlaluan. Dia ingin memisahkanku dengan Kyuhyun dan aku tak mau itu terjadi.
“Chae Ri-ya, kau sudah berani berkata keras padaku? Apa-apaan
ini?!” bentak haraboji galak.
“Haraboji salah. Eomma dan appa bertahan bukan hanya karena
tanggung jawab dan kedewasaan mereka, tetapi juga karena mereka saling
mencintai. Aku tidak sudi kalau harus berpisah dengan suamiku. Aku…,” air mata
sudah mengalir sekarang, membuatku cukup kesulitan melanjutkan ucapan, “…
haraboji, kalau kau masih memaksaku berpisah dengan suamiku, aku.. aku lebih
memilih mati! Aku akan bunuh diri jika kau berani memisahkan kami.”
Aku bergegas menuju kamarku seraya menarik tangan Kyuhyun agar
ia mengikutiku. Sementara itu kudengar haraboji mengamuk. Dia memarahi orang
tuaku karena dianggap tak becus mengasuhku. Aku sangat kesal dengan haraboji,
walau aku juga merindukannya. Aku kesal karena seenaknya saja dia memarahi
orang tuaku padahal dia juga bukan orang tua yang baik. Dia mengacuhkan dan
begitu membenci Siwon, padahal Siwon putra kandungnya sendiri. ‘Ah~ kenapa sih
dia harus kembali?’ sesalku dalam hati.
@@@@@
“A-aku tidak mau mendengarmu berkata kalau kau lebih memilih
mati ketimbang kita berpisah. Itu sangat mengerikan, Chae Ri,” ujar Kyuhyun
ketika aku keluar dari kamar mandi setelah membasuh wajahku yang lusuh sehabis
menangis.
Aku menghampirinya yang sedang duduk di pinggir ranjang. Aku
duduk di sampingnya kemudian memeluknya, “Aku memang akan mati jika kau pergi
dariku.”
“Kumohon jangan berkata seperti itu lagi!” pinta Kyu sambil
melepaskan pelukannya dariku. Dia menatapku kemudian dengan tangannya menghapus
air mata yang kembali jatuh dari mataku. “Dan kumohon jangan menangis! Kita
pikirkan cara supaya haraboji merestui kita.”
“Hamili aku!” pintaku yang membuat Kyu membulatkan mulutnya,
terkejut.
“Aniya! Kau bilang kita akan melakukan itu lima tahun lagi,”
tolaknya.
“Kalau begini terus, kita tidak akan bertahan sampai lima tahun
lagi. Kau tidak tahu betapa mengerikannya haraboji. Dia sanggup melakukan
segala cara agar kita berpisah.”
“Tapi, kau belum siap kan?” tanyanya.
“Tentu saja belum. Tapi aku akan berusaha, ini satu-satunya
cara,” sahutku meyakinkannya.
Kulihat dia masih kebingungan, tapi aku sudah tak dapat berpikir
lagi. Aku menciumnya untuk lebih meyakinkannya kalau aku serius. Kubuka kancing
bajunya saat ciuman kami semakin memanas, dia pun melakukan hal yang sama
padaku. Tetapi saat aku ingin membuka kancing bajunya yang terakhir, tanganku
terhenti. Aku bahkan tidak bisa membalas ciumannya lagi. Aku tidak bisa
melakukannya. Kyuhyun memandangiku berharap aku melanjutkan yang tadi kami
lakukan. Tapi aku tak bisa.
Dengan cepat aku mengambil pakaianku, kemudian berlari menuju
kamar mandi. Aku mengurung diriku sendiri di kamar mandi sambil menangis.
“Chae Ri-ya. Kau pasti menangis lagi di dalam sana,” tebak
Kyuhyun dari balik pintu, ada kecemasan dalam suaranya.
“Mianheyo, Kyuhyun-sshi,” kataku penuh penyesalan.
“Gwaenchana, kau baik-baik saja kan di dalam sana?” tanyanya
lagi.
“Ne, gwaenchana. Aku akan keluar sebentar lagi. Tadi aku hanya
sedikit gugup, kita akan melanjutkannya…”
“Tidak perlu,” potong Kyuhyun, “Aku rasa itu bukan cara yang
tepat. Pikiran kita terlalu pendek. Aku tahu kau sedang kalut sekarang. Kalau
aku sampai menghamilimu, itu artinya sama saja aku menghancurkanmu. Kau pasti
akan dikeluarkan dari sekolah jika itu terjadi. Walau dengan itu kita akan
selalu bersama, tapi itu sama saja aku menghancurkan masa depanmu. Lagipula kau
masih belum siap, kita pasti bisa menemukan cara lain. Aku yakin itu.”
`Tangisanku semakin menjadi mendengar perkataannya. Aku tidak
mampu menjawabnya lagi. Aku merasa bersalah padanya, tetapi aku bersyukur bisa
memilikinya. “Kyuhyun-sshi, gomawoyo,” hanya itu yang bisa kuucapkan padanya.
“Ya, aku akan tidur sekarang. Rasanya hari ini lelah dan panjang
sekali. Kau jangan sampai tidur di kamar mandi ya!”
“Ne,” sahutku. Setelah itu aku berdiam cukup lama di kamar
mandi. Merapikan rambut dan memakai bajuku. Aku keluar dari kamar mandi setelah
berada di sana hampir satu jam. Aku tidak berani keluar cepat, karena takut
kalau-kalau Kyuhyun belum tidur. Saat keluar, aku melihatnya sudah pulas
menggunakan penutup matanya. Aku memandanginya yang sedang tertidur. Sedikit
menyesal karena lagi-lagi sudah mengecewakannya.
@@@@@
“Chae Ri, antarkan ini pada Siwon. Kasihan dia belum makan
apa-apa dari tadi malam. Dia bahkan tidak membawa uang banyak. Uangnya hanya
cukup untuk masuk sauna,” kata eomma berbisik sambil memberikan sebuah
bungkusan dan kertas kecil bertuliskan alamat yang harus dituju saat aku
bersiap-siap untuk berangkat sekolah.
Kulihat haraboji masih menikmati sarapannya bersama Appa di
ruang makan. Aku dan Kyuhyun sendiri sudah sarapan terlebih dahulu untuk
menghindari haraboji. Kemudian kulihat Chaesa dengan mata bengkaknya juga sudah
siap untuk berangkat ke sekolah. Dia keluar rumah terlebih dahulu. Sejak
semalam aku belum berbicara dengannya, sehingga dengan cepat aku menyambar
bungkusan yang diberikan eomma.
“Baiklah, akan kuberikan ini padanya. Aku berangkat dulu. Ayo,
Kyu, kita pergi!” seruku kemudian bergegas menyusul Chaesa yang belum terlalu
jauh. “Chaesa, tunggu aku!”
Gadis itu menoleh heran, “Eonnie, kita kan tidak satu arah.”
“Aku tahu,” sahutku, “Aku ingin kau ikut aku. Tentu saja kita
tidak akan terlambat ke sekolah.”
“Kemana?”
“Pokoknya ikut saja,” kataku sambil menarik tangannya, kemudian
aku meneriaki Kyu yang masih cukup jauh di belakang kami, “Cho Kyuhyun, palli!”
Tak lama kemudian kami bertiga sampai di tempat yang dituju,
kulihat Siwon tengah berjongkok di samping tiang listrik yang letaknya sekitar
tiga blok dari rumahku. Chaesa terdiam ketika melihat sosok Siwon yang
menggigil kedinginan.
“Hyung, kau tak apa?” tanya Kyuhyun pada Siwon.
“Yaaa, Kyu! Kenapa masih memanggil dia dengan sebutan ‘hyung’?
Dia itu pamanku, paling tidak panggil dia dengan sebutan ‘Shamchon’ kalau kau
tak mau mengikutiku dengan menyebutnya ‘ahjusshi’!” seruku.
“Chae Ri-ya, kurasa ini bukan waktu yang tepat untuk membahas
itu,” kata Kyu mengingatkan.
“Oh ya,”sahutku malu-malu, “Yaaa, sekarang makanlah dulu!
Setelah itu ganti pakaianmu. Biar kabur dari rumah, kau masih harus sekolah,”
kataku sambil memberikan bungkusan yang diberikan eomma tadi.
“Sebaiknya aku pergi. Aku tak tahu ada masalah apa semalam. Tapi
yang jelas aku tidak ingin mendapat masalah karena terlambat ke sekolah,” ujar
Chaesa dingin. Aku dan Kyu melongo mendengar ucapannya itu, sementara Siwon
tertunduk lesu. Tidak berani melihat Chaesa.
“Kenapa Chaesa sedingin itu?”bisik Kyu kebingungan tetapi aku
tidak berniat memberitahu apa yang sebenarnya terjadi pada Chaesa dan Siwon
semalam karena memang belum saatnya. Sudah terlalu banyak masalah yang aku dan
Kyu hadapi. Aku tak ingin ikut campur masalah percintaan segitiga antara
Chaesa, Siwon dan Hyuk Jae, karena itu pasti sangat merepotkan.
“Bagaimana komentar aboji terhadap pernikahan kalian?” tanya
Siwon yang sudah mulai menyantap makanannya.
“Tentu saja tidak merestui, sejujurnya aku terkejut saat tahu
haraboji ternyata tidak mengetahui pernikahanku. Pantas saja dia tidak datang
saat itu,” sahutku.
Siwon terkekeh mendengarnya, “kalau begitu kalian harus
berjuang. Berikan dia cicit, siapa tahu setelah itu dia akan merestui.”
Aku mendengus kesal kepadanya, “Kami akan memikirkan cara selain
itu. Ngomong-ngomong, setelah ini kau akan tinggal di mana?”
“Kembali ke asrama,” ujarnya, “Gomawo sudah membawakan ini,
kalian bisa pergi sekarang. Aku sudah tak apa.”
“Jaga dirimu!” pesanku sebelum pergi meninggalkannya.
@@@@@
“Eunhyuk-oppa,” panggil Chaesa dan pria yang dipanggil namanya
itu menoleh untuk melihat wajah yang memanggilnya. Senyumnya merekah melihat
Chaesa.
“Chaesa-ya, bekal makananmu besar juga ya,” ujarnya.
“Tentu saja. Aku juga membuatkan bekal untukmu…,”kata Chaesa
sambil membuka bekal makanan yang dibawanya.
Hyuk Jae tanpa ragu memakan bekal yang diberikan Chaesa padanya.
Dia memakan dengan lahap makanan yang dibuat penuh cinta oleh kekasihnya itu.
Chaesa tersenyum senang melihat Hyuk Jae menghabiskan dengan semangat makanan
buatannya.
“Aku akan membuatkanmu bekal setiap hari kalau kau suka,” lanjut
Chaesa yang dibalas anggukan dari Hyuk Jae. “Oppa, makannya pelan-pelan saja.
Kau lucu sekali dengan mulut penuh seperti itu.”
Dengan penuh perhatian, Chaesa melap bibir Hyuk Jae yang
celemotan karena makan dengan terburu-buru. Hyuk Jae sangat bahagia dengan
perhatian yang diberikan kekasihnya itu. Dia tidak menyangka gadis itu akan
menyayanginya dengan sungguh-sungguh karena selama ini Hyuk jae mengira bahwa
Chaesa menyukai pria lain yaitu sahabatnya, Choi Siwon. Kali ini Hyuk Jae
berjanji, dia takkan melukai gadis itu. Dengan tulus akan mencintai Shim
Chaesa. Hyuk Jae memandang Chaesa dengan mesra. Setelah menghabiskan
makanannya, ia memeluk Chaesa dan mencium bibir gadis itu. Chaesa tidak
keberatan Hyuk Jae melakukan itu walau sekarang mereka sedang berada di
sekolah. Chaesa berpikir tidak akan ada yang melihat karena sekarang mereka
berada di atap sekolah, di mana jika di musim dingin seperti sekarang takkan
ada orang yang mau ke sana. Tetapi sebenarnya ada seseorang yang sedang
menyaksikan kemesraan mereka dan orang yang terbakar cemburu itu akhirnya tidak
tahan hanya menonton. Orang itu pun menghampiri mereka.
“Ehmm…” deham Siwon membuat Hyuk Jae dan Chaesa kelabakan.
“Ya, Siwon. Kau mengganggu saja,” seru Hyuk Jae dengan wajah
memerah. Siwon tidak peduli dengan si pria. Dia hanya menatap sang gadis yang
tidak mau memandangnya.
“Chaesa, ayo kita bicara!” ajak Siwon tetapi masih tidak
ditanggapi. “Chaesa, kumohon!”
“Oppa, aku akan kembali ke kelas,” pamit Chaesa pada Hyuk Jae
tanpa memperdulikan Siwon yang sedari tadi mengajaknya bicara. Chaesa tak bisa
pergi karena Siwon memegangi tangannya dengan kuat.
“Yaaa Choi Siwon, apa yang kau lakukan pada gadisku?” seru Hyuk
Jae sembari berusaha melepaskan cengkraman Siwon pada Chaesa. Tapi tidak
berhasil, malah dirinya yang terjungkal karena tenaga Siwon lebih besar.
“Siwon-sshi, tidak ada yang perlu dibicarakan lagi ‘kan?” tanya
Chaesa dengan mata berkaca-kaca.
Siwon melepaskan cengkramannya, dia menatap mata Chaesa yang
mulai basah dengan pandangan menyesal. “Mianheyo, aku tidak akan mengganggumu
lagi. Sebenarnya banyak yang ingin kuucapkan. Tetapi kau pasti tidak mau
mendengarkanku,” ujar Siwon kemudian berlalu.
Sejak saat itu, Chaesa tidak pernah lagi berbicara dengan Siwon.
Pria itu selalu menghindarinya jika mereka bertemu di sekolah. Chaesa pun sudah
tak dapat bertemu dengan Siwon lagi di rumah, karena Siwon sudah tak tinggal di
sana lagi. Entah kenapa ada rasa sakit dan kehilangan dalam hati Chaesa. Dia
merasa kesepian karena tidak ada lagi seorang Choi Siwon yang selalu mengerjainya.
@@@@@
Tiga minggu berlalu sejak kedatangan haraboji. Aku tidak tahu
apa yang menyebabkannya bertahan selama itu di rumahku. Haraboji memang tidak
lagi menyinggung masalah pernikahanku. Tetapi dia selalu saja mencari-cari
kesalahan dan keburukan Kyuhyun. Yang merasa resah bukan hanya aku saja, tetapi
eomma juga. Sudah berulang kali eomma membujuk haraboji agar kembali ke
rumahnya sendiri. Tetapi tentu saja ia tak mau. Rumah itu mempunyai kenangan
buruk baginya. Itulah sebabnya jika kembali ke Korea, ia akan menginap di
rumahku atau di hotel. Eommaku seperti anak durhaka memang. Tapi tentu saja,
siapa sih yang bisa tahan dengan kebawelan haraboji? Orang tuaku benar-benar
tidak bisa berkutik ketika haraboji di rumah. Untung saja aku mempunyai kesibukan
yang sangat luar biasa di sekolah. Ya, kesibukan berlatih teater.
“Tiga hari lagi pertunjukan kita. Semoga tidak ada badai salju
hari itu. Semoga tidak ada masalah apa-apa. Ya Tuhan, lindungi kami!” seru Myu
Ra sebelum kami mengadakan rehearsal.
“AMIN,” timpal kami serempak.
Dua jam berlalu setelah itu, latihan selesai. Aku dan Kyuhyun
dalam perjalanan pulang. “Chae Ri-ya, aku selalu menonton latihan kalian sejak
kau suruh. Tapi, aku tidak pernah melihatmu beradegan ciuman dengan Heechul.
Kau membohongiku, ya? Ingin mengujiku?” tanya Kyuhyun.
‘Ya, tentu saja tidak ada lagi. Kan sudah kubatalkan. Kau saja
yang tidak tahu,’ gumamku dalam hati.
“Ya, Chae Ri, jawab aku!” seru Kyuhyun yang merasa dirinya
diacuhkan.
“Ada kok. Tapi memang tidak dilatih lagi. Akan langsung kami
lakukan saat dramanya berlangsung,” ujarku membohonginya. Dia pun mencelos,
sebisa mungkin aku menahan tawaku supaya dia tak marah. Aku melanjutkan, “Tadi
Ki Young menatapmu terus. Kau sudah mengatakan yang dulu kusuruh itu?” Kyuhyun
menggeleng, aku kecewa dengan sikap pengecutnya itu, “Kau kan sudah janji!”
“Maafkan aku! Tapi memang belum saatnya. Aku akan mengatakannya
setelah pertunjukan selesai. Kalau aku mengatakannya sekarang, aku khawatir dia
akan langsung membencimu dan meninggalkan klub. Kau tidak mau itu terjadi
‘kan?”
“Tentu saja tidak mau. Pertunjukan lebih penting,” sahutku.
“Lebih penting dariku?” tanyanya tersinggung.
“Itu kan hal yang berbeda,”balasku.
Kyuhyun tersenyum mendengarnya, dia membelai lembut rambutku.
Saat itu juga butiran salju jatuh menimpa kepala kami, kami berdua mendongak
menatap langit. Memandang takjub butiran-butiran salju putih yang dimuntahkan
langit. Kemudian kami saling berpandangan.
“Ini salju pertama kita,” gumamku.
“Ya dan tidak terasa, sudah setengah tahun lebih kita menikah,”
sahutnya.
“Kyu, kita akan selalu bersama ‘kan?”
“Tentu, kita akan bersama selamanya.”
@@@@@
Hari H pertunjukan teater…
“Sisa satu jam lagi. Aku tidak pernah segugup ini. Acara ini
lebih membuatku gugup ketimbang saat aku mengikuti ujian masuk universitas
minggu lalu,” ujar Myu Ra sambil berjalan bolak-balik di belakang stage.
“Penontonnya sudah mulai berdatangan, ya? Ya Tuhan, orang tuaku
menonton. Aku kan tidak ikut tampil,” kata Kyuhyun yang mengintip kursi
penonton lewat tirai panggung.
“Tentu saja. Aku yang mengundang mereka,” sahutku.
“Chae Ri-ya, kau bodoh ya? Orang tuaku akan melihatmu berciuman
dengan pria lain selain aku. Kau tidak malu?” bisik Kyuhyun.
Aku menghela nafas, kemudian menjauhinya. Aku berjalan ke arah
Heechul yang sudah siap dengan kostumnya. Aigoo~ tampan sekali, sedikit
menyesal rasanya aku membatalkan scene kiss kami. Tapi sudahlah, terlanjur.
Tapi aku melihat ada yang aneh pada Heechul. Dia sedari tadi memegangi perut
kanannya dan wajahnya seperti menahan sakit.
“Heechul-sshi, kau tak apa-apa?” tanyaku.
“Tidak apa-apa, aku hanya sakit perut. Mungkin pengaruh gugup.
Aku akan mengambil air sebentar,” sahutnya.
Dia meninggalkanku menuju tempat minum. Tapi dia terjatuh
setelah tiga langkah. Dia mengerang sambil memegangi perutnya yang tentu saja
membuat semua yang ada di belakang panggung jadi terkejut dan histeris.
“Ya, Heechul-sshi kau tak apa-apa? Apa yang sakit?” seru Kang In
panik.
“Dari tadi dia memegangi perut kanan bawahnya mulu,” kataku tak
kalah panik.
“Maag-nya mungkin kumat, kau tidak makan sejak kapan?” tanya Myu
Ra sambil memegangi tangan Heechul.
“Dia tidak punya maag,” balas Jin Rin.
“Sepertinya usus buntu,” ujar Kyuhyun yang membuat semua wajah
mengarah padanya.
“Sepertinya Kyuhyun benar. Aku juga dulu seperti itu saat
terkena radang usus buntu,” kali ini Ki Young yang berbicara.
“Kita panggil ambulans. Bisa gawat kalau sungguhan radang usus
buntu,” kata Myu Ra mencoba tenang. Tak lama ambulans datang. Heechul dibawa ke
rumah sakit yang tidak jauh dari sekolah kami. Dia ditemani dengan salah
seorang guru. Kami melepasnya dengan tangisan.
“Sudah jangan menangis!” seru Ki Young. Hanya dia seorang yang
tidak menangis saat ini.
“Bagaimana tidak menangis? Kita kehilangan Romeo,” sahutku.
“Pertunjukan yang sudah kita siapkan hampir 6 bulan. Hancur
dalam 15 menit,” balas Kang In.
“Ini sejarah terburuk bagi klub kita…,” kata Myu Ra, “…Siapa
yang mau menemaniku untuk meminta maaf pada penonton?”
“Onnie, aku takut,” sahutku.
“Masih tersisa 20 menit sebelum pertunjukan. Kita masih bisa
mencari pengganti,” ujar Kang In. Myu Ra menatapnya dengan pandangan memelas.
Dia tidak menyangka jika Kang In masih memiliki semangat untuk pertunjukan ini
yang sudah jelas gagal total karena kehilangan tokoh utamanya.
“Ya, Kang In benar. Aku mengajukan Kyuhyun sebagai pengganti,”
kata Ki Young.
“Ki Young, jangan berbicara yang tidak masuk akal! Kyuhyun tidak
akan bisa,” sahutku.
“Bisa, tentu bisa. Dia beberapa kali menjadi lawan latihanku,”
balasnya. Aku memandang Kyuhyun kesal. Bisa-bisanya dia tidak menceritakan hal
itu padaku.
“Adegan Romeo dengan Rosaline hanya sedikit. Tetap saja tidak
bisa,” kataku mencoba meyakinkan karena anggota yang lain tampaknya sudah mulai
terpengaruh ucapan Ki Young.
“Chae Ri, itu bisa diatur. Lagipula tadi di backstage aku
beberapa kali mendengar Kyuhyun membetulkan pengucapan dialog pemain lain. Aku
yakin Kyuhyun sudah hapal dengan jalannya adegan. Benar ‘kan?” tanya Kang In.
“Aniyo, itu hanya kebetulan. Aku tidak sengaja hapal karena
sering membacanya. Tapi aku tidak bisa,” seru Kyuhyun menolak.
“Kumohon Kyuhyun. Gantikanlah Heechul,” pinta Myu Ra memelas
pada Kyuhyun yang membuat Kyuhyun jadi salah tingkah. Aku menatap tajam ke arah
Kyuhyun. Ketika dia melihat ku, aku menggelengkan kepalaku. Tanda tidak setuju.
Tapi Myu Ra melihat isyaratku itu.
“Yaaa Chae Ri, kau ingin pertunjukan kita gagal?!”teriaknya yang
membuatku ketakutan.
“Onnie, bukan begitu. Kita bisa cari pemain lain. Kyuhyun sama
sekali tidak pernah berakting. Dia tidak akan bisa,” balasku.
“Masalahnya… Chae Ri, sudah tidak ada lagi anggota kita yang
menganggur,” kata Myu Ra sambil menghela nafas panjang, “Hanya Kyuhyun yang
tidak mendapatkan tugas.”
Aku pun melunak, Myu Ra benar. Teman-teman benar. Hanya Kyuhyun
yang bisa menggantikan Heechul. “Baiklah, aku setuju. Sekarang saatnya Kyuhyun
ganti Kostum. Semoga saja ada yang cocok karena…,” aku menghela nafasku sebelum
melanjutkan ucapanku, “… Heechul dibawa kerumah sakit masih menggunakan kostum
Romeo. Ya kita bergegas, sisa 10 menit lagi sebelum pertunjukan.”
Kyuhyun terdiam mendengar keputusan kami. Dia pun menurut.
Akhirnya setelah bergabung dengan klub teater selama dua tahun, Kyuhyun
mendapatkan peran pertamanya.
To Be Continue ……………
Tidak ada komentar:
Posting Komentar