Minggu, 26 Februari 2012

Super Junior FanFiction: “Get Married″ part 6″



Super Junior FanFiction: “Get Married

part 6″
Dengan perlahan aku mencoba mendekatinya, sejujurnya aku sangat takut dengan pandangannya itu. Aku merasa tak melakukan kesalahan. Tapi sudahlah, kali ini aku akan merendahkan diri meminta maaf.
“Kyuhyun-ah, aku…,” belum tuntas aku menyelesaikan perkataanku, dia malah memunggungi dan masuk ke rumah dengan derap langkah yang dihentakkan seperti yang biasa dilakukan oleh orang yang sedang merajuk. Aku hanya bisa mengurut dada, dia kekanak-kanakan sekali. Aku jadi merasa muak dan enggan meminta maaf.
“Kenapa masih di luar? Sana cepat masuk dan susul suamimu!” tegur eomma.
“Eomma…”
“Sudahlah cepat sana!” dorong Siwon.
Tak ada yang berusaha menolongku. Aku pun memasuki rumah dengan enggan. Jika tahu akan seperti ini, lebih baik aku pulang lebih malam lagi. Hal yang terjadi juga akan sama saja, aku tetap akan dimarahi.

Aku mencari Kyu di kamar kami, tapi dia tak ada. Kutaruh tasku dan mengganti pakaian kemudian berbaring melepas lelah. Selama lima belas menit aku hanya berbaring sambil merenungkan kesalahanku. Park Chae Ri, kau tak boleh seperti ini! Cepatlah meminta maaf, maka kau akan merasa tenang. Batinku. Namun tetap saja rasa enggan itu masih ada. Baiklah, aku akan meminta maaf. Aku akan terus berbicara walau nanti bakal diacuhkan.
Aku pun bangkit dan bergegas keluar kamar. Pertama aku mencarinya di kamar Chaesa, tapi dia tak di sana. Kemudian aku mencarinya di ruang baca, biasanya dia di sana bermain komputer. Ketika pintu ruang baca kubuka, hanya ada sedikit cahaya di ruangan itu yang berasal dari sinar bulan yang diteruskan oleh jendela yang gordennya terbuka dan terlihatlah siluet Kyu disana. Aku pun mulai mendekatinya. Kubiarkan lampu tak menyala, karena aku masih takut melihat wajahnya. Kini aku sudah berdiri di sampingnya, mencoba mencari tahu apa yang sedang dilihatnya di luar sana. Tapi tak ada apa-apa. Selama hampir dua puluh menit menit kami membisu. Tak ada yang mau memulai pembicaraan terlebih dahulu. Aku pun menyerah, ini memang kesalahanku jadi memang harus aku yang memulainya.
“Mianheyo,” ucapku dengan suara selembut mungkin.
“Untuk apa?” tanyanya.
“Karna sudah meninggalkanmu pulang seorang diri,” jawabku.
“Lalu?”
“Apalagi? Aku rasa hanya itu.”
“Hah… Jadi kau merasa kesalahanmu hanya itu?”
“Ya, memangnya apa lagi?”
“Arghhh,” Kyu mengacak rambutnya dengan kesal. “Kekanakan sekali jika aku marah hanya karena itu. Kau pergi dengan pria lain. Itu yang membuatku marah.”
“Jadi, kau cemburu?”
“Ya! Jadi kau harus minta maaf karena telah membuatku cemburu. Ayo cepat ucapkan!”
“Tidak mau! Hanya sekali jalan dengan orang lain kau langsung cemburu. Aku selalu pulang dan pergi, kemanapun selalu denganmu. Jadi tak perlu cemburu! Aku menghabiskan waktu denganmu lebih banyak dibanding dengan orang lain. Jika sesekali aku pergi dengan orang lain, itu hal yang wajar. Lagipula tadi memang ada hal penting yang harus dibicarakan,” jelasku.
“Tapi sejak kita menikah, kau itu sudah menjadi tanggung jawabku. Aku harus menjaga dan menanggung amanat yang diberikan orang tuamu. Aku mencemaskanmu yang pergi dengan orang yang baru dikenal. Sepenting apapun itu, harusnya kau menungguku. Jangan-jangan kau tak membaca sms balasanku, ya?”
“Kau ada membalas sms-ku?”
“Ya! Tuh kan, kau tidak membacanya, aku juga berkali-kali menelponmu.”
“Tunggu, aku ambil hp-ku dulu. Sabar ya!”
Aku bergegas kembali kekamar dan mengambil hp yang belum kukeluarkan dari tas sekolahku. Kulihat ada dua puluh panggilan tak terjawab dan lima pesan masuk, semuanya dari Kyu. Aku tak menyadarinya karena hp-ku dalam keadaan sunyi. Aku membaca pesan pertama darinya yang berisi: ‘Tunggu aku! Kita pergi bertiga.’
Ah… Ternyata memang aku yang salah. Aku pun kembali ke ruang baca, menghampiri Kyu dan berdiri di sampingnya. “Kyuhyun-ah, mianheyo. Aku menyesal. Takkan kuulang lagi,” aku memohon padanya.
“Janji?”
“Ne, sudah ya jangan marah lagi. Ayo bantu aku kerjakan PR,” pintaku.
“Aku sudah menyelesaikan PR-ku. Kau belajar sendiri saja,” katanya sambil berlalu.
“Tunggu,” aku menarik tangannya, mencegahnya pergi. Kemudian, justru dia yang menarikku ke dalam pelukannya.
“Sudah lama ya kita tak seperti ini,” katanya yang kubalas dengan anggukan. “Sebenarnya sepulang sekolah tadi, aku mau menteraktirmu makan es krim. Tapi kau pulang duluan.”
“Mianheyo, aku tak tau,” kataku menyesal.
“Yah, kita ganti hari saja. Sepulang dari acara audisi di SMA Paran, kita jalan berdua ya?” pintanya.
“Ne.”
Kami lalu terdiam dan saling merapatkan pelukan kami. Aku membiarkan dia menciumi bahu dan leherku. Aku tahu saat seperti ini akan tiba juga cepat atau lambat. Walau sudah berkomitmen pada diri sendiri akan melakukannya jika sudah dua puluh dua tahun, tetapi sepertinya aku sudah mulai jatuh cinta padanya. Terlebih lagi status kami memang sudah menjadi suami istri, jadi melakukan itu bukan masalah. Sekarang aku sudah pasrah, bibir kami sudah sangat dekat. Aku tidak yakin kami akan berhenti hanya dengan ciuman. Ciuman pertama dan kegadisanku, apakah akan hilang malam ini? Dorongan nafsu tampaknya lebih kuat ketimbang akal sehat. Aku pun memejamkan mata, siap menerima kecupannya. Tapi dia malah melepaskan pelukannya dan ketika aku membuka mata, kulihat ruangan sudah terang. Di depan pintu Siwon-ahjusshi sedang melongo memandangi kami.
“Ah, aku tak tau kalian di sini. Ya sudah teruskan saja! Anggap saja tadi aku tak melihat apa-apa,” katanya sambil meninggalkan kami.
Setelah Siwon pergi, situasi kami malah menjadi canggung. Kulihat Kyu bergegas ke meja komputer dan mulai memainkannya.
“Kyu, kau beneran tidak mau membantuku mengerjakan PR?” tanyaku.
“Ya. Kerjakan saja sendiri! Gampang kok,” sahutnya tanpa memandangku.
“Ya sudah kalau begitu,” aku pun pergi meninggalkannya sendirian. Dia tak mengajariku juga tak apa-apa. Aku justru tidak akan bisa berkonsentrasi jika berada di dekatnya. Malam itu Kyu tidur lebih dulu. Meninggalkanku yang masih berkutat dengan PR sampai dini hari. Ternyata PRnya sangat sulit tak seperti yang Kyu bilang!!!
@@@@
Aku meletakkan kepalaku ke meja. Ketika Seonsaengnim keluar dari kelas karena waktu istirahat tiba, kulihat buku kerjaku, dari sepuluh soal hanya empat yang kujawab benar. Padahal aku mengerjakannya sepanjang malam. Sementara Kyu, kulihat dia sedang tersenyum puas karena berhasil mendapatkan nilai seratus lagi. Ahhh… Kenapa dia begitu pandai? Aku memutuskan pergi ke klinik sekolah karena sangat mengantuk. Teman-teman juga bilang wajahku pucat, jadi aku bisa membolos di pelajaran berikutnya dan memutuskan tidur di klinik.
“Kau pucat sekali, ya sudah baring-baring saja. Aku akan memberikan obat penambah darah serat vitamin untukmu dan surat ijin tak mengikuti pelajaran,” kata perawat yang menjaga klinik.
Setelah meminum obat penambah darah dan vitamin aku mencoba tidur, tetapi tak bisa. Aku jadi ingin menanyakan sesuatu pada perawat itu.
“Kenapa tak tidur?” tanya perawat itu.
“Tak bisa tidur, sebenarnya ada yang ingin kutanyakan. Tapi kau bisa menjaga rahasia, kan? Kau tidak akan menyebarkan semua yang kutanyakan pada orang lain, kan?”
“Memangnya aku ini biang gossip, ya? Aku selalu menjaga rahasia klienku,” jawabnya meyakinkan.
Aku pun menarik nafas panjang dan menghembuskannya perlahan. Kuharap ia tak terkejut mendengar pertanyaanku. “Gadis seumurku…melakukan seks dengan pria…tak apa-apa ‘kan?”
Perawat itu tersenyum mendengar perkataanku, “Asal kau tahu, tidak hanya kau yang bertanya hal ini denganku,” ia tersenyum kemudian melanjutkan, “Di negara Barat, malah gadis berusia empat belas tahun sudah melakukannya. Tapi kau harus tahu kalau itu melanggar hukum dan tak baik bagi rahimmu. Yang kau lakukan itu akan berpengaruh bagi hidup dan masa depanmu nantinya.”
“Aku sudah tahu itu. Tapi mana mungkin bisa menahan keinginan itu,” seruku.
“Apa kau mencintai pria itu?”
“Sepertinya, aku tak tau itu benar-benar cinta atau karena kami selalu bersama. Aku tak tau.”
“Kau tau Hormon Oksitosin?” tanyanya yang kubalas dengan gelengan kepala. “Itu adalah hormon yang muncul dan mengalir deras ke otakmu jika kau bermesraan dengan lawanmu. Hormon itu dapat mengaburkan penilaianmu dan membuatmu seakan-akan sedang jatuh cinta padahal itu akibat dari si oksitosin. Kau akan merasakan sangat cinta pada orang yang baru dikenal juga karena hormon itu. Makanya sering terjadi one night stand. Jadi, apakah kau sudah lama mengenalnya? Sudah sungguh-sungguh mencintainya ? Sudah siap dengan semua tanggung jawab yang harus kalian emban setelah melakukan itu?”
“Sejujurnya aku tak tahu dan semakin bingung. Karena setelah kau menjelaskan tentang hormon itu, aku jadi merasa perasaanku padanya bukanlah cinta. Aku masih tidak mengerti dia,” sahutku sambil menahan air mata. Perawat itu memelukku memberikanku sedikit ketenangan.
“Mungkin aku sok tahu. Tapi menurut pandanganku, kau sepertinya mencintai pria itu. Kau pasti ingin selalu bersamanya, kan?”
“Ya, mungkin saja. Tapi dia juga tak pernah bilang kalau dia mencintaiku. Aku hanya menangkap perasaannya dari caranya memperlakukanku.”
“Kalau begitu jangan dilakukan! Kau harus yakin dia sungguh-sungguh mencintaimu, karena jika tidak, seumur hidup kau akan menyesal. Lagipula jika dia sungguh-sungguh mencintaimu dia pasti akan selalu menunggumu sampai saat kau siap. Ingat, siap di sini bukan hanya ragamu, tapi juga hati dan pikiran. Siap menanggung resiko, siap bertanggung jawab. Dan itu semua akan terjadi jika kau sudah menikah. Ketika kau menikah dengan pria yang akan selalu menjaga, melindungi dan menyayangimu seumur hidup, berikanlah kado terindah itu hanya untuk suamimu,” pesannya.
“Masalahnya a…,” kukatupkan mulutku. Hampir saja keceplosan bilang kalau aku sudah menikah.
“Wae?” tanya perawat itu yang heran karena aku mendadak memotong perkataanku.
“Tidak apa-apa,” sahutku, “Seonsaengnim, kamsahamnida. Sekarang aku sudah cukup tenang dan ingin beristirahat.”
“Kalau begitu tidurlah! Aku akan melanjutkan pekerjaanku.”
Tiba-tiba pintu klinik terbuka dan masuklah gadis cantik yang kukenali sebagai Kim Ki young.
“Bolehkah aku tidur di sini? Aku tak enak badan,” serunya.
“Ya, kau memang seperti itu setiap hari,” sahut perawat itu.
Ki Young lalu berbaring di ranjang sebelahku. Kulihat dia sangat lelah, tapi ini kesempatanku menyapanya. Menjalankan misi yang kuemban sebagai ketua klub teater, yaitu mengajaknya bergabung. “Kim Ki Young-sshi,” sapaku.
“Hmm, ada apa?” tanyanya sambil memandangku.
“Kau sibuk sekali, ya?”
“Begitulah, sepulang sekolah aku selalu syuting,” sahutnya.
“Hmm… Kau tahu kan di sekolah ini para siswanya diwajibkan mengikuti kegiatan klub ekstrakurikuler? Kau sudah bergabung di klub apa?” tanyaku berharap dia menjawab belum mengikuti klub manapun.
“Aku sibuk syuting jadi tak sempat. Aku masih memilih-milih klub yang tepat dan tidak mengganggu kegiatan keartisanku.”
“Kalau begitu aku berharap kau mempertimbangkan untuk masuk ke klub teater, ya!”
“Ya, akan kupikirkan. Ngomong-ngomong siapa namamu?”
“Oh, aku Park Chae Ri, kelas 2-B. Bangapseumnida,” kataku sambil menjulurkan tangan tetapi tak disambutnya karena ia sudah tertidur.
@@@@
“Betapa bodohnya aku. Kenapa aku bisa mengkonsultasikan hal itu pada perawat sekolah? Di klinik sekolah pula. Ah…bagaimana jika ada yang mendengar? Aku tidak bisa ke klinik itu lagi, memalukan!” umpatku dalam hati. Aku menarik-narik rambutku membuat semua orang di ruang klub teater melihatku.
“Chae Ri-ah, kalau masih sakit pulang sajalah. Tak usah ikut rapat!” seru Kang In.
“Mana mungkin aku pulang begitu saja. Di mana tanggung jawabku?”
“Tapi kalau kau sakit seperti ini, kami merasa tak nyaman,” timpal Myu Ra.
“Tak apa-apa, cepat selesai maka bisa cepat pulang. Jadi, ayo kita mulai! Siapa lagi yang kita tunggu?”ucapku.
“Kyuhyun…,” sahut yang lain serempak.
“Ah, aku lupa kalau tadi dia dipanggil wakil kurikulum. Aku bosan kenapa dia bisa sesibuk itu,” gumamku.
Tak berapa lama Kyuhyun datang membawa seseorang yang membuat semua orang di klub teater tercengang. “Itu yang dibilang Kim Ki Young tadi bukan bohong, kan? Aku sedang tidak bermimpi, kan?” tanya Kang In tak percaya.
“Dia bilang, dia akan bergabung dengan klub ini,” lanjut Myu Ra.
Aku langsung menarik tangan Kyuhyun mengajaknya keluar dari ruang klub untuk berbicara berdua saja. “Bagaimana bisa kau mengajaknya bergabung? Tadi saja saat aku mengajaknya dia masih pikir-pikir,” ujarku.
“Aku juga tak tahu. Tadi kami bertemu di ruang guru, berbincang sebentar lalu dia bertanya padaku, klub apa yang aku ikuti. Setelah kujawab, dia bilang dia juga ingin bergabung. Jadi kuajak dia ke sini untuk mengisi formulir anggota,” tuturnya.
“Kau tau dia siapa?”
“Yang kutahu namanya Kim Ki Young. Dia hoobae kita,” sahut Kyu.
“Kau tak tahu kalau dia itu artis yang lagi naik daun?” aku menghela nafas sebelum melanjutkan perkataanku, “Kyuhyun-ah, gomawo. Tadi saat bertemu dan mengajaknya bergabung, dia masih mempertimbangkannya. Tapi entah kenapa dia langsung menjawab setuju setelah tahu kau juga tergabung dalam klub teater. Aku tak tau apa tujuannya, tapi yang terpenting dia sudah bergabung dengan kita.”
@@@@
Hari sabtu pun tiba. Hari ini sepulang sekolah aku dan semua anggota klub teaterku pergi ke SMA Paran untuk melakukan audisi. Setiap hari sabtu, di sekolah kami memang kegiatan belajarnya tidak sebanyak hari biasa sehingga waktu pulang kami lebih cepat. Tapi di SMA paran lebih menyenangkan lagi, mereka sudah memulai libur akhir pekan sejak hari sabtu. Namun jumlah jam pelajaran mereka di hari biasa lebih banyak ketimbang di sekolahku, jadi sebanding sajalah.
Setelah melakukan audisi selama hampir empat jam, akhirnya sesuai perkiraan Heechul, aku terpilih menjadi Juliet dan dia menjadi Romeonya sementara Ki Young dia terpilih menjadi Rosaline, mantan kekasih Romeo. Sebenarnya kami semua terpikat dengan aktingnya, tetapi dia memilih peran utama diserahkan kepadaku karena dia tidak mau kegiatannya terganggu. Dia bahkan pulang lebih dulu karena ada pekerjaan yang menantinya. Padahal setelah audisi kami mau mengadakan pesta, karena Ki Young tak bisa, rekan-rekan yang lain jadi tak berminat sehingga kami pun memutuskan langsung pulang.
Sebenarnya aku dan Kyu tidak langsung pulang sih, karena sebelumnya kami sudah berjanji akan mencicipi es krim di tempat yang pernah kudatangi dengan Heechul. Aku tidak bilang dengan Kyu kalau sebenarnya aku sudah ke tempat itu, dengan Heechul pula. Dia pasti akan marah lagi jika tahu.
Kami menikmati es krim tanpa banyak bicara. Kyuhyun memesan satu mangkuk besar es krim yang di dalamnya berisi lima rasa yaitu coklat, stroberi, anggur, melon dan pisang. Padahal sudah masuk musim gugur dan cuaca sangat dingin di luar, tetapi menikmati rasa es krim memang sangat menyenangkan. Sambil makan aku memperhatikan pasangan-pasangan lain. Bisa-bisanya mereka bermesraan di ruang publik seperti ini tanpa rasa malu. Kulihat Kyu juga sedang memperhatikan. Langsung kusenggol kakinya, menyuruhnya cepat menghabiskan es krim lalu pergi.
“Chae Ri, kau tidak suka ya kuajak ke tempat tadi?” tanyanya setelah kami meninggalkan toko es krim itu.
“Tidak juga, hanya merasa gerah,” aku menjawab pertanyaanya dengan jawaban yang sangat konyol. Merasa gerah padahal lagi memakan es krim di ruangan ber AC? Jika dia memepercayai perkataanku, maka dia sangat bodoh.
“Ya, aku juga sama. Gerah sekali di sana. Di luar seperti ini sangat nyaman sambil merasakan hembusan angin musim gugur. Ah, jika kita di Jeju pasti bisa melihat pemandangan yang sangat indah,” ujarnya, aku pun tertawa. “Kenapa tertawa? Aku kan belum melucu!”
“Karena kau juga merasa gerah di sana, itu yang lucu. Kalau memasuki musim gugur, justru aku selalu terbayang drama Auntum’s Love Story yang diperankan oleh Song Hye Kyo. Menontonnya sepanjang musim gugur saat masih sekolah dasar membuatku dan eomma menangis.”
“Aku juga menonton drama itu dulu. Eomma dan Halmeoni selalu menangis setelah selesai menontonnya. Mereka juga selalu mengusap kepala Chaesa, karena takut dia akan mengalami nasib seperti Eun Suh. Eomma juga selalu berpesan supaya aku menyayangi Chaesa dengan tulus, menganggapnya adik kandungku sendiri.”
“Sangat tragis jika kau jatuh cinta dengan saudaramu,” timpalku.
“Ya, syukurlah itu tak terjadi. Aku sudah menikah denganmu dan kita bukan saudara, kan?” tanyanya.
Aku terdiam, mencoba mencerna perkataannya. Dari perkataanya tadi aku menangkap ada isyarat jika dia mencintaiku. Lalu aku menarik tangannya, mengajaknya ke tempat yang tidak banyak orang dapat melihat dan mendengar kami. Setelah sampai di sebuah taman yang sunyi, kami menghentikan langkah. Aku duduk di sebuah kursi panjang dan dia duduk di sampingku. Awalnya kami hanya duduk sambil berpegangan tangan, kemudian dia mulai membelai rambutku dan tak lama kami pun berciuman. Kali ini tak ada yang menarik diri maupun mengganggu.
“Aku senang ternyata kau juga menyukaiku, aku tak bertepuk sebelah tangan rupanya,” kata Kyu setelah melepaskan ciumannya. Dia memelukku memberikan kehangatan dari angin sore yang semakin dingin.
“Kyu, sekarang kita telah mengetahui perasaan kita. Dan setelah ciuman tadi, aku ingin menegaskan satu hal padamu. Kuharap kau mau mengerti.”
“ Apa itu?” kata Kyu sembari melepaskan pelukannya.
Aku cukup ragu mengatakannya, tapi aku tak mau menyimpannya sendiri. Aku tahu karena dia kelak pasti akan menuntut hal itu dariku. Jadi aku memutuskan mengatakan padanya bahwa aku belum siap melakukan tugasku sebagai istri. Aku melihat Kyu terkejut dan jelas sekali dari ekspresi wajahnya dia tidak terima keputusanku.
“Jadi, kapan kau siap?” tanyanya penasaran.
“Akan kuberikan waktu ulang tahun ke-22 ku nanti,” jawabku enteng.
“Apa? Lima tahun lagi? Aku tidak bisa menunggu selama itu.”
“Bukan lima tahun, tapi empat tahun enam bulan lagi. Itu sudah komitmen hidupku dan aku tak mau melanggarnya, lagi pula kita masih sekolah. Bagaimana kalau aku hamil? Sudah jelas aku pasti akan dikeluarkan. Lagipula perawat sekolah bilang tidak baik melakukan itu di umur segini.”
“Hah? Kau sudah mengkonsultasikannya?”
“Ya,” sahutku mantap.
“Baik, aku mengerti. Tapi ulang tahun ke dua puluh duamu itu masih lama. Bagaimana kalau saat kita lulus nanti, saat pernikahan kita dilegalkan negara. Mau kan?” tawarnya.
Aku hanya tersenyum sinis padanya. Apakah pria memang tidak bisa sekuat wanita dalam menahan hasratnya? Kenapa dia malah main tawar seperti ini? Padahal tadi dia bilang kalau dia mengerti. Aku menggelengkan kepalaku pertanda tak mau. Dia pun mendengus kesal, “Baik, kalau itu maumu. Aku hargai. Kita akan fokus pada sekolah kita, kemudian karir. Waktu kita kan masih sangat panjang, aku akan selalu menyukaimu dan aku harap kau juga sama. Bagaimanapun juga kita sudah menikah. Tanggung jawab bukan hanya ada pada diriku, kau, tetapi juga pada keluarga kita. Sejak awal kita memang harus melakukannya secara perlahan-lahan.” Kyuhyun mengakhiri kalimatnya dengan mengecup keningku. Aku tak menyangka dia akan seromantis dan sepengertian ini.
To Be Continue ……………

share by superdiya.wordpress.com



Tidak ada komentar: