Super Junior FanFiction: “Get Married″
part 6″
Dengan perlahan aku mencoba mendekatinya, sejujurnya aku sangat
takut dengan pandangannya itu. Aku merasa tak melakukan kesalahan. Tapi
sudahlah, kali ini aku akan merendahkan diri meminta maaf.
“Kyuhyun-ah, aku…,” belum tuntas aku menyelesaikan perkataanku,
dia malah memunggungi dan masuk ke rumah dengan derap langkah yang dihentakkan
seperti yang biasa dilakukan oleh orang yang sedang merajuk. Aku hanya bisa
mengurut dada, dia kekanak-kanakan sekali. Aku jadi merasa muak dan enggan
meminta maaf.
“Kenapa masih di luar? Sana cepat masuk dan susul suamimu!”
tegur eomma.
“Eomma…”
“Sudahlah cepat sana!” dorong Siwon.
Tak ada yang berusaha menolongku. Aku pun memasuki rumah dengan enggan. Jika tahu akan seperti ini, lebih baik aku pulang lebih malam lagi. Hal yang terjadi juga akan sama saja, aku tetap akan dimarahi.
Aku mencari Kyu di kamar kami, tapi dia tak ada. Kutaruh tasku dan mengganti pakaian kemudian berbaring melepas lelah. Selama lima belas menit aku hanya berbaring sambil merenungkan kesalahanku. Park Chae Ri, kau tak boleh seperti ini! Cepatlah meminta maaf, maka kau akan merasa tenang. Batinku. Namun tetap saja rasa enggan itu masih ada. Baiklah, aku akan meminta maaf. Aku akan terus berbicara walau nanti bakal diacuhkan.
Tak ada yang berusaha menolongku. Aku pun memasuki rumah dengan enggan. Jika tahu akan seperti ini, lebih baik aku pulang lebih malam lagi. Hal yang terjadi juga akan sama saja, aku tetap akan dimarahi.
Aku mencari Kyu di kamar kami, tapi dia tak ada. Kutaruh tasku dan mengganti pakaian kemudian berbaring melepas lelah. Selama lima belas menit aku hanya berbaring sambil merenungkan kesalahanku. Park Chae Ri, kau tak boleh seperti ini! Cepatlah meminta maaf, maka kau akan merasa tenang. Batinku. Namun tetap saja rasa enggan itu masih ada. Baiklah, aku akan meminta maaf. Aku akan terus berbicara walau nanti bakal diacuhkan.
Aku pun bangkit dan bergegas keluar kamar. Pertama aku
mencarinya di kamar Chaesa, tapi dia tak di sana. Kemudian aku mencarinya di
ruang baca, biasanya dia di sana bermain komputer. Ketika pintu ruang baca
kubuka, hanya ada sedikit cahaya di ruangan itu yang berasal dari sinar bulan
yang diteruskan oleh jendela yang gordennya terbuka dan terlihatlah siluet Kyu
disana. Aku pun mulai mendekatinya. Kubiarkan lampu tak menyala, karena aku
masih takut melihat wajahnya. Kini aku sudah berdiri di sampingnya, mencoba
mencari tahu apa yang sedang dilihatnya di luar sana. Tapi tak ada apa-apa.
Selama hampir dua puluh menit menit kami membisu. Tak ada yang mau memulai
pembicaraan terlebih dahulu. Aku pun menyerah, ini memang kesalahanku jadi
memang harus aku yang memulainya.
“Mianheyo,” ucapku dengan suara selembut mungkin.
“Untuk apa?” tanyanya.
“Karna sudah meninggalkanmu pulang seorang diri,” jawabku.
“Lalu?”
“Apalagi? Aku rasa hanya itu.”
“Hah… Jadi kau merasa kesalahanmu hanya itu?”
“Ya, memangnya apa lagi?”
“Arghhh,” Kyu mengacak rambutnya dengan kesal. “Kekanakan sekali
jika aku marah hanya karena itu. Kau pergi dengan pria lain. Itu yang membuatku
marah.”
“Jadi, kau cemburu?”
“Ya! Jadi kau harus minta maaf karena telah membuatku cemburu.
Ayo cepat ucapkan!”
“Tidak mau! Hanya sekali jalan dengan orang lain kau langsung
cemburu. Aku selalu pulang dan pergi, kemanapun selalu denganmu. Jadi tak perlu
cemburu! Aku menghabiskan waktu denganmu lebih banyak dibanding dengan orang
lain. Jika sesekali aku pergi dengan orang lain, itu hal yang wajar. Lagipula
tadi memang ada hal penting yang harus dibicarakan,” jelasku.
“Tapi sejak kita menikah, kau itu sudah menjadi tanggung
jawabku. Aku harus menjaga dan menanggung amanat yang diberikan orang tuamu.
Aku mencemaskanmu yang pergi dengan orang yang baru dikenal. Sepenting apapun
itu, harusnya kau menungguku. Jangan-jangan kau tak membaca sms balasanku, ya?”
“Kau ada membalas sms-ku?”
“Ya! Tuh kan, kau tidak membacanya, aku juga berkali-kali menelponmu.”
“Tunggu, aku ambil hp-ku dulu. Sabar ya!”
Aku bergegas kembali kekamar dan mengambil hp yang belum
kukeluarkan dari tas sekolahku. Kulihat ada dua puluh panggilan tak terjawab
dan lima pesan masuk, semuanya dari Kyu. Aku tak menyadarinya karena hp-ku
dalam keadaan sunyi. Aku membaca pesan pertama darinya yang berisi: ‘Tunggu
aku! Kita pergi bertiga.’
Ah… Ternyata memang aku yang salah. Aku pun kembali ke ruang
baca, menghampiri Kyu dan berdiri di sampingnya. “Kyuhyun-ah, mianheyo. Aku
menyesal. Takkan kuulang lagi,” aku memohon padanya.
“Janji?”
“Ne, sudah ya jangan marah lagi. Ayo bantu aku kerjakan PR,”
pintaku.
“Aku sudah menyelesaikan PR-ku. Kau belajar sendiri saja,”
katanya sambil berlalu.
“Tunggu,” aku menarik tangannya, mencegahnya pergi. Kemudian,
justru dia yang menarikku ke dalam pelukannya.
“Sudah lama ya kita tak seperti ini,” katanya yang kubalas
dengan anggukan. “Sebenarnya sepulang sekolah tadi, aku mau menteraktirmu makan
es krim. Tapi kau pulang duluan.”
“Mianheyo, aku tak tau,” kataku menyesal.
“Yah, kita ganti hari saja. Sepulang dari acara audisi di SMA
Paran, kita jalan berdua ya?” pintanya.
“Ne.”
Kami lalu terdiam dan saling merapatkan pelukan kami. Aku
membiarkan dia menciumi bahu dan leherku. Aku tahu saat seperti ini akan tiba
juga cepat atau lambat. Walau sudah berkomitmen pada diri sendiri akan
melakukannya jika sudah dua puluh dua tahun, tetapi sepertinya aku sudah mulai
jatuh cinta padanya. Terlebih lagi status kami memang sudah menjadi suami
istri, jadi melakukan itu bukan masalah. Sekarang aku sudah pasrah, bibir kami
sudah sangat dekat. Aku tidak yakin kami akan berhenti hanya dengan ciuman.
Ciuman pertama dan kegadisanku, apakah akan hilang malam ini? Dorongan nafsu
tampaknya lebih kuat ketimbang akal sehat. Aku pun memejamkan mata, siap
menerima kecupannya. Tapi dia malah melepaskan pelukannya dan ketika aku
membuka mata, kulihat ruangan sudah terang. Di depan pintu Siwon-ahjusshi
sedang melongo memandangi kami.
“Ah, aku tak tau kalian di sini. Ya sudah teruskan saja! Anggap
saja tadi aku tak melihat apa-apa,” katanya sambil meninggalkan kami.
Setelah Siwon pergi, situasi kami malah menjadi canggung.
Kulihat Kyu bergegas ke meja komputer dan mulai memainkannya.
“Kyu, kau beneran tidak mau membantuku mengerjakan PR?” tanyaku.
“Ya. Kerjakan saja sendiri! Gampang kok,” sahutnya tanpa
memandangku.
“Ya sudah kalau begitu,” aku pun pergi meninggalkannya
sendirian. Dia tak mengajariku juga tak apa-apa. Aku justru tidak akan bisa
berkonsentrasi jika berada di dekatnya. Malam itu Kyu tidur lebih dulu.
Meninggalkanku yang masih berkutat dengan PR sampai dini hari. Ternyata PRnya
sangat sulit tak seperti yang Kyu bilang!!!
@@@@
Aku meletakkan kepalaku ke meja. Ketika Seonsaengnim keluar dari
kelas karena waktu istirahat tiba, kulihat buku kerjaku, dari sepuluh soal
hanya empat yang kujawab benar. Padahal aku mengerjakannya sepanjang malam.
Sementara Kyu, kulihat dia sedang tersenyum puas karena berhasil mendapatkan
nilai seratus lagi. Ahhh… Kenapa dia begitu pandai? Aku memutuskan pergi ke
klinik sekolah karena sangat mengantuk. Teman-teman juga bilang wajahku pucat,
jadi aku bisa membolos di pelajaran berikutnya dan memutuskan tidur di klinik.
“Kau pucat sekali, ya sudah baring-baring saja. Aku akan
memberikan obat penambah darah serat vitamin untukmu dan surat ijin tak
mengikuti pelajaran,” kata perawat yang menjaga klinik.
Setelah meminum obat penambah darah dan vitamin aku mencoba
tidur, tetapi tak bisa. Aku jadi ingin menanyakan sesuatu pada perawat itu.
“Kenapa tak tidur?” tanya perawat itu.
“Tak bisa tidur, sebenarnya ada yang ingin kutanyakan. Tapi kau
bisa menjaga rahasia, kan? Kau tidak akan menyebarkan semua yang kutanyakan
pada orang lain, kan?”
“Memangnya aku ini biang gossip, ya? Aku selalu menjaga rahasia
klienku,” jawabnya meyakinkan.
Aku pun menarik nafas panjang dan menghembuskannya perlahan.
Kuharap ia tak terkejut mendengar pertanyaanku. “Gadis seumurku…melakukan seks
dengan pria…tak apa-apa ‘kan?”
Perawat itu tersenyum mendengar perkataanku, “Asal kau tahu,
tidak hanya kau yang bertanya hal ini denganku,” ia tersenyum kemudian
melanjutkan, “Di negara Barat, malah gadis berusia empat belas tahun sudah
melakukannya. Tapi kau harus tahu kalau itu melanggar hukum dan tak baik bagi
rahimmu. Yang kau lakukan itu akan berpengaruh bagi hidup dan masa depanmu
nantinya.”
“Aku sudah tahu itu. Tapi mana mungkin bisa menahan keinginan
itu,” seruku.
“Apa kau mencintai pria itu?”
“Sepertinya, aku tak tau itu benar-benar cinta atau karena kami
selalu bersama. Aku tak tau.”
“Kau tau Hormon Oksitosin?” tanyanya yang kubalas dengan
gelengan kepala. “Itu adalah hormon yang muncul dan mengalir deras ke otakmu
jika kau bermesraan dengan lawanmu. Hormon itu dapat mengaburkan penilaianmu
dan membuatmu seakan-akan sedang jatuh cinta padahal itu akibat dari si
oksitosin. Kau akan merasakan sangat cinta pada orang yang baru dikenal juga
karena hormon itu. Makanya sering terjadi one night stand. Jadi, apakah kau
sudah lama mengenalnya? Sudah sungguh-sungguh mencintainya ? Sudah siap dengan
semua tanggung jawab yang harus kalian emban setelah melakukan itu?”
“Sejujurnya aku tak tahu dan semakin bingung. Karena setelah kau
menjelaskan tentang hormon itu, aku jadi merasa perasaanku padanya bukanlah
cinta. Aku masih tidak mengerti dia,” sahutku sambil menahan air mata. Perawat
itu memelukku memberikanku sedikit ketenangan.
“Mungkin aku sok tahu. Tapi menurut pandanganku, kau sepertinya
mencintai pria itu. Kau pasti ingin selalu bersamanya, kan?”
“Ya, mungkin saja. Tapi dia juga tak pernah bilang kalau dia
mencintaiku. Aku hanya menangkap perasaannya dari caranya memperlakukanku.”
“Kalau begitu jangan dilakukan! Kau harus yakin dia
sungguh-sungguh mencintaimu, karena jika tidak, seumur hidup kau akan menyesal.
Lagipula jika dia sungguh-sungguh mencintaimu dia pasti akan selalu menunggumu
sampai saat kau siap. Ingat, siap di sini bukan hanya ragamu, tapi juga hati
dan pikiran. Siap menanggung resiko, siap bertanggung jawab. Dan itu semua akan
terjadi jika kau sudah menikah. Ketika kau menikah dengan pria yang akan selalu
menjaga, melindungi dan menyayangimu seumur hidup, berikanlah kado terindah itu
hanya untuk suamimu,” pesannya.
“Masalahnya a…,” kukatupkan mulutku. Hampir saja keceplosan
bilang kalau aku sudah menikah.
“Wae?” tanya perawat itu yang heran karena aku mendadak memotong
perkataanku.
“Tidak apa-apa,” sahutku, “Seonsaengnim, kamsahamnida. Sekarang
aku sudah cukup tenang dan ingin beristirahat.”
“Kalau begitu tidurlah! Aku akan melanjutkan pekerjaanku.”
Tiba-tiba pintu klinik terbuka dan masuklah gadis cantik yang
kukenali sebagai Kim Ki young.
“Bolehkah aku tidur di sini? Aku tak enak badan,” serunya.
“Ya, kau memang seperti itu setiap hari,” sahut perawat itu.
Ki Young lalu berbaring di ranjang sebelahku. Kulihat dia sangat
lelah, tapi ini kesempatanku menyapanya. Menjalankan misi yang kuemban sebagai
ketua klub teater, yaitu mengajaknya bergabung. “Kim Ki Young-sshi,” sapaku.
“Hmm, ada apa?” tanyanya sambil memandangku.
“Kau sibuk sekali, ya?”
“Begitulah, sepulang sekolah aku selalu syuting,” sahutnya.
“Hmm… Kau tahu kan di sekolah ini para siswanya diwajibkan
mengikuti kegiatan klub ekstrakurikuler? Kau sudah bergabung di klub apa?”
tanyaku berharap dia menjawab belum mengikuti klub manapun.
“Aku sibuk syuting jadi tak sempat. Aku masih memilih-milih klub
yang tepat dan tidak mengganggu kegiatan keartisanku.”
“Kalau begitu aku berharap kau mempertimbangkan untuk masuk ke
klub teater, ya!”
“Ya, akan kupikirkan. Ngomong-ngomong siapa namamu?”
“Oh, aku Park Chae Ri, kelas 2-B. Bangapseumnida,” kataku sambil
menjulurkan tangan tetapi tak disambutnya karena ia sudah tertidur.
@@@@
“Betapa bodohnya aku. Kenapa aku bisa mengkonsultasikan hal itu
pada perawat sekolah? Di klinik sekolah pula. Ah…bagaimana jika ada yang
mendengar? Aku tidak bisa ke klinik itu lagi, memalukan!” umpatku dalam hati.
Aku menarik-narik rambutku membuat semua orang di ruang klub teater melihatku.
“Chae Ri-ah, kalau masih sakit pulang sajalah. Tak usah ikut
rapat!” seru Kang In.
“Mana mungkin aku pulang begitu saja. Di mana tanggung jawabku?”
“Tapi kalau kau sakit seperti ini, kami merasa tak nyaman,”
timpal Myu Ra.
“Tak apa-apa, cepat selesai maka bisa cepat pulang. Jadi, ayo
kita mulai! Siapa lagi yang kita tunggu?”ucapku.
“Kyuhyun…,” sahut yang lain serempak.
“Ah, aku lupa kalau tadi dia dipanggil wakil kurikulum. Aku
bosan kenapa dia bisa sesibuk itu,” gumamku.
Tak berapa lama Kyuhyun datang membawa seseorang yang membuat
semua orang di klub teater tercengang. “Itu yang dibilang Kim Ki Young tadi
bukan bohong, kan? Aku sedang tidak bermimpi, kan?” tanya Kang In tak percaya.
“Dia bilang, dia akan bergabung dengan klub ini,” lanjut Myu Ra.
Aku langsung menarik tangan Kyuhyun mengajaknya keluar dari
ruang klub untuk berbicara berdua saja. “Bagaimana bisa kau mengajaknya
bergabung? Tadi saja saat aku mengajaknya dia masih pikir-pikir,” ujarku.
“Aku juga tak tahu. Tadi kami bertemu di ruang guru, berbincang
sebentar lalu dia bertanya padaku, klub apa yang aku ikuti. Setelah kujawab,
dia bilang dia juga ingin bergabung. Jadi kuajak dia ke sini untuk mengisi
formulir anggota,” tuturnya.
“Kau tau dia siapa?”
“Yang kutahu namanya Kim Ki Young. Dia hoobae kita,” sahut Kyu.
“Kau tak tahu kalau dia itu artis yang lagi naik daun?” aku
menghela nafas sebelum melanjutkan perkataanku, “Kyuhyun-ah, gomawo. Tadi saat
bertemu dan mengajaknya bergabung, dia masih mempertimbangkannya. Tapi entah
kenapa dia langsung menjawab setuju setelah tahu kau juga tergabung dalam klub
teater. Aku tak tau apa tujuannya, tapi yang terpenting dia sudah bergabung
dengan kita.”
@@@@
Hari sabtu pun tiba. Hari ini sepulang sekolah aku dan semua
anggota klub teaterku pergi ke SMA Paran untuk melakukan audisi. Setiap hari
sabtu, di sekolah kami memang kegiatan belajarnya tidak sebanyak hari biasa
sehingga waktu pulang kami lebih cepat. Tapi di SMA paran lebih menyenangkan
lagi, mereka sudah memulai libur akhir pekan sejak hari sabtu. Namun jumlah jam
pelajaran mereka di hari biasa lebih banyak ketimbang di sekolahku, jadi sebanding
sajalah.
Setelah melakukan audisi selama hampir empat jam, akhirnya
sesuai perkiraan Heechul, aku terpilih menjadi Juliet dan dia menjadi Romeonya
sementara Ki Young dia terpilih menjadi Rosaline, mantan kekasih Romeo.
Sebenarnya kami semua terpikat dengan aktingnya, tetapi dia memilih peran utama
diserahkan kepadaku karena dia tidak mau kegiatannya terganggu. Dia bahkan
pulang lebih dulu karena ada pekerjaan yang menantinya. Padahal setelah audisi
kami mau mengadakan pesta, karena Ki Young tak bisa, rekan-rekan yang lain jadi
tak berminat sehingga kami pun memutuskan langsung pulang.
Sebenarnya aku dan Kyu tidak langsung pulang sih, karena
sebelumnya kami sudah berjanji akan mencicipi es krim di tempat yang pernah
kudatangi dengan Heechul. Aku tidak bilang dengan Kyu kalau sebenarnya aku
sudah ke tempat itu, dengan Heechul pula. Dia pasti akan marah lagi jika tahu.
Kami menikmati es krim tanpa banyak bicara. Kyuhyun memesan satu
mangkuk besar es krim yang di dalamnya berisi lima rasa yaitu coklat, stroberi,
anggur, melon dan pisang. Padahal sudah masuk musim gugur dan cuaca sangat
dingin di luar, tetapi menikmati rasa es krim memang sangat menyenangkan.
Sambil makan aku memperhatikan pasangan-pasangan lain. Bisa-bisanya mereka
bermesraan di ruang publik seperti ini tanpa rasa malu. Kulihat Kyu juga sedang
memperhatikan. Langsung kusenggol kakinya, menyuruhnya cepat menghabiskan es
krim lalu pergi.
“Chae Ri, kau tidak suka ya kuajak ke tempat tadi?” tanyanya
setelah kami meninggalkan toko es krim itu.
“Tidak juga, hanya merasa gerah,” aku menjawab pertanyaanya
dengan jawaban yang sangat konyol. Merasa gerah padahal lagi memakan es krim di
ruangan ber AC? Jika dia memepercayai perkataanku, maka dia sangat bodoh.
“Ya, aku juga sama. Gerah sekali di sana. Di luar seperti ini
sangat nyaman sambil merasakan hembusan angin musim gugur. Ah, jika kita di
Jeju pasti bisa melihat pemandangan yang sangat indah,” ujarnya, aku pun
tertawa. “Kenapa tertawa? Aku kan belum melucu!”
“Karena kau juga merasa gerah di sana, itu yang lucu. Kalau
memasuki musim gugur, justru aku selalu terbayang drama Auntum’s Love Story
yang diperankan oleh Song Hye Kyo. Menontonnya sepanjang musim gugur saat masih
sekolah dasar membuatku dan eomma menangis.”
“Aku juga menonton drama itu dulu. Eomma dan Halmeoni selalu
menangis setelah selesai menontonnya. Mereka juga selalu mengusap kepala
Chaesa, karena takut dia akan mengalami nasib seperti Eun Suh. Eomma juga
selalu berpesan supaya aku menyayangi Chaesa dengan tulus, menganggapnya adik kandungku
sendiri.”
“Sangat tragis jika kau jatuh cinta dengan saudaramu,” timpalku.
“Ya, syukurlah itu tak terjadi. Aku sudah menikah denganmu dan
kita bukan saudara, kan?” tanyanya.
Aku terdiam, mencoba mencerna perkataannya. Dari perkataanya
tadi aku menangkap ada isyarat jika dia mencintaiku. Lalu aku menarik
tangannya, mengajaknya ke tempat yang tidak banyak orang dapat melihat dan
mendengar kami. Setelah sampai di sebuah taman yang sunyi, kami menghentikan
langkah. Aku duduk di sebuah kursi panjang dan dia duduk di sampingku. Awalnya
kami hanya duduk sambil berpegangan tangan, kemudian dia mulai membelai
rambutku dan tak lama kami pun berciuman. Kali ini tak ada yang menarik diri
maupun mengganggu.
“Aku senang ternyata kau juga menyukaiku, aku tak bertepuk
sebelah tangan rupanya,” kata Kyu setelah melepaskan ciumannya. Dia memelukku
memberikan kehangatan dari angin sore yang semakin dingin.
“Kyu, sekarang kita telah mengetahui perasaan kita. Dan setelah
ciuman tadi, aku ingin menegaskan satu hal padamu. Kuharap kau mau mengerti.”
“ Apa itu?” kata Kyu sembari melepaskan pelukannya.
Aku cukup ragu mengatakannya, tapi aku tak mau menyimpannya
sendiri. Aku tahu karena dia kelak pasti akan menuntut hal itu dariku. Jadi aku
memutuskan mengatakan padanya bahwa aku belum siap melakukan tugasku sebagai
istri. Aku melihat Kyu terkejut dan jelas sekali dari ekspresi wajahnya dia
tidak terima keputusanku.
“Jadi, kapan kau siap?” tanyanya penasaran.
“Akan kuberikan waktu ulang tahun ke-22 ku nanti,” jawabku
enteng.
“Apa? Lima tahun lagi? Aku tidak bisa menunggu selama itu.”
“Bukan lima tahun, tapi empat tahun enam bulan lagi. Itu sudah
komitmen hidupku dan aku tak mau melanggarnya, lagi pula kita masih sekolah.
Bagaimana kalau aku hamil? Sudah jelas aku pasti akan dikeluarkan. Lagipula
perawat sekolah bilang tidak baik melakukan itu di umur segini.”
“Hah? Kau sudah mengkonsultasikannya?”
“Ya,” sahutku mantap.
“Baik, aku mengerti. Tapi ulang tahun ke dua puluh duamu itu
masih lama. Bagaimana kalau saat kita lulus nanti, saat pernikahan kita
dilegalkan negara. Mau kan?” tawarnya.
Aku hanya tersenyum sinis padanya. Apakah pria memang tidak bisa
sekuat wanita dalam menahan hasratnya? Kenapa dia malah main tawar seperti ini?
Padahal tadi dia bilang kalau dia mengerti. Aku menggelengkan kepalaku pertanda
tak mau. Dia pun mendengus kesal, “Baik, kalau itu maumu. Aku hargai. Kita akan
fokus pada sekolah kita, kemudian karir. Waktu kita kan masih sangat panjang,
aku akan selalu menyukaimu dan aku harap kau juga sama. Bagaimanapun juga kita
sudah menikah. Tanggung jawab bukan hanya ada pada diriku, kau, tetapi juga
pada keluarga kita. Sejak awal kita memang harus melakukannya secara
perlahan-lahan.” Kyuhyun mengakhiri kalimatnya dengan mengecup keningku. Aku
tak menyangka dia akan seromantis dan sepengertian ini.
To Be Continue ……………
Tidak ada komentar:
Posting Komentar