Minggu, 12 Februari 2012

“She Married Another Man, Not Me!”


“She Married Another Man, Not Me!”
Namaku Lee Hyukjae. Namun ketika debut menjadi seorang artis, perusahaan memberiku nama Eunhyuk. Katanya agar tak tertukar dengan nama komedian veteran. Selain itu, keistimewaan dari nama Eunhyuk adalah artinya, yaitu ‘perak’.
Banyak yang bilang menjalani kehidupan sebagai artis itu menyenangkan karena berlimpah harta, popularitas, dan wanita. Itu memang benar. Namun bagiku ini seperti neraka. Satu-satunya hal yang membuatku bertahan hingga kini selain keluarga dan teman-teman yang lain adalah gadis itu, yang kini tengah setia menungguku ditemani oppanya.

Petugas bandara tersenyum padaku dan mengucapkan ‘selamat jalan’. Kubalas senyumnya dan berjalan keluar, menemui gadis manis itu.
“Hyukkie-oppa, selamat datang. Bagaimana liburanmu?” tanyanya semangat.
“Sangat menyenangkan. Nanti akan kuperlihatkan foto-foto yang berhasil kuabadikan,” kutepuk pelan kepalanya lantas menghadap oppanya dan kupeluk dia, “Siwon-ah, gomawo sudah menjemputku.”
“Aku dipaksa dia untuk menemaninya. Jangan besar kepala!” hardiknya jengkel. Jiwon menyikut rusuk oppanya itu.
Aku memang belum pernah menyatakan perasaanku padanya. Karena aku takut persahabatanku dengan Siwon luntur. Dia pernah mengingatkanku untuk tidak mendekati dongsaengnya.
“Oppa, ayo kita pulang! Cerita tentang Parisnya simpan dulu. Tunggu jika kita sudah sampai.”
+++++++
KUSEMBUNYIKAN wajahku dibalik hoodie, lantas dengan cermat mengamati gadis cantik yang tengah menari ballet di dalam studio. Gerakan gemulainya begitu indah. Ya Tuhan, aku benar-benar mencintai gadis itu, Choi Jiwon.
Annyeong haseyo, Hyukkie-hyung,” sapa seseorang di belakangku.
“Changmin-ah, kau dengan siapa?”
“Sendiri. Hyung sedang apa di sini?”
Aku gelagapan, “Chogi…mmm…aku… Kalau kau? Mau apa kemari?” aku malah balik bertanya.
“Aku mau menemui noonaku.”
“Oh, aku pergi dulu kalau begitu. Sampai jumpa.”
Sial! Aku kepergok sedang berada di sini. Kenapa Changmin kemari? Apa DongBangShinKi sedang tak sibuk? Kupercepat langkahku menuju parkiran, tetapi…
“Hya, Hyukjae-ah!”
Kuhela napas panjang menenangkan diri dan mengatur bibirku agar tetap menyungging, “Ne. Siwon? Sedang apa kau di sini?”
“Pertanyaan itu seharusnya milikku! Sedang apa kau di sini? Memata-matai dongsaengku lagi?” selidiknya geram.
“Ah, ani, ani, ani. Aku hanya berjalan-jal…” belum kutuntaskan kata-kataku, Siwon sudah menyeretku masuk ke dalam studio. “Aaaa, lepaskan! Sakit tahu.”
“Hyukkie-oppa,” sambut Jiwon riang.
Kulihat Changmin juga di sana, berbicara dengan seorang wanita cantik. Mungkin itu noona yang dibicarakannya tadi. Hari ini Jiwon ceria sekali. Tiba-tiba saja dia memberikan sebuah kotak berbungkus indah untukku.
“Apa ini?”
Saengil cukhaehamnida, Hyukjae-oppa.”
Jiwon memelukku, membuat telingaku memerah. Siwon juga melakukan hal yang sama. Mereka memang oppa-dongsaeng yang punya hobi serupa tentang skinship. Tak berapa lama Changmin menghampiri kami dan mengucapkan selamat padaku. “Kamsahamnida. Kalian membuatku terharu…”
“Oh iya, kenalkan ini sunbaeku sekaligus noonanya Changmin,” ujar Jiwon.
Annyeong haseyo, Shim Chaesa imnida.”
Kulihat Siwon menjabat tangannya lebih dulu. Seperti biasa, sifat aegyonya ia keluarkan. Cih, membuatku jijik!
Hari ini adalah hari ulang tahunku yang paling menyenangkan. Karena untuk yang pertama kalinya Jiwon menemaniku. Ya Tuhan, permohonanku hanya satu… Jadikanlah ia milikku!
+++++++
SETELAH hari ulang tahunku itu, aku belum bertemu dengannya lagi. Sudah kucari ke studio tapi Chaesa bilang ia tak pernah datang ke sana lagi. Aku tak berani mengunjungi rumahnya, karena Siwon dan appanya akan pasang badan di gerbang jika melihatku datang. Oh, Hyukkie, pangeran yang malang.
Saat ini aku berada di kantor SM. Dan baru saja kulihat Siwon datang, namun langsung mengambil jalan memutar ketika ia melihatku.
“Siwonnie,” panggilku dan ia percepat langkahnya, “Hya, kau tuli?! Siwon, kau tahu Jiwon kemana? Sulit sekali menghubunginya. Hyaaa~”
Siwon tak mengacuhkanku. Ia terus berjalan dan menghilang ke dalam sebuah ruangan. Aku malas mengejarnya. Kejam sekali memisahkanku dengan gadis yang kucintai. Namun baru saja kuratapi nasibku, Siwon muncul dan membisikkan sesuatu ketika berpapasan.
“Ada yang ingin kubicarakan. Ikutlah denganku! Masalah latihan, aku sudah minta izin tadi. Kita tak ikut hari ini. Aku yang bayar dendanya.” Aku yang penasaran mengikutinya dari belakang.
Sekarang aku sudah berada di dalam café seorang diri. Inilah tempat yang selalu dibicarakan Jiwon. Ia pernah bilang padaku ingin menyatakan perasaannya pada pria yang dicintainya di café ini. Apa pria beruntung itu aku? Ah, aku tak sabar menunggu kedatangannya yang sedang dijemput Siwon.
Tak lama kemudian aku melihatnya muncul dari dalam mobil. Tubuh tingginya dibalut mantel tebal. Kepalanya terus menunduk sehingga membuatku kesulitan melihat wajahnya. Mereka masuk dan segera duduk di hadapanku. Inilah yang membuatku aneh, biasanya Jiwon senang sekali duduk di sampingku, tapi sekarang… Ah, mungkin ini salah satu dari rencananya untuk menyatakan perasaannya padaku.
Malhae!” desakku tak sabar yang membuatnya terkejut.
“Oppa sudah tahu?” tanyanya tanpa ekspresi.
Aku mengangguk. Ya, aku tahu kalau kau akan menyatakan perasaanmu pada pria yang berada di hadapanmu ini. Itu aku! Kulihat dia menunduk, wajahnya sarat kesedihan. Hey, itu ekspresi paling buruk ketika akan menyatakan perasaanmu pada pria. Tersenyumlah untukku!
“Oppa, saranghaeyo,” ungkapnya lirih, membuat jantungku bekerja dua kali lipat. “Na jincha jincha saranghaeyo.”
Dalam hati aku melompat-lompat dan berteriak. Firasatku benar, dia menyatakannya padaku. Naddo saranghae, Jiwon-ah…
“Jangan bertele-tele! Jiwon-ah cepat katakan yang sebenarnya!” desak Siwon, membuatku bingung.
Jiwon tak bergeming. Ia tetap menunduk dan air mata mulai mengalir di pipinya. Ada apa ini? Apa yang sebenarnya terjadi? Siwon menarik napas jengkel.
“Hyukkie-ah, kau sudah dengar pengakuannya tadi, kan? Sekarang kuberitahu kebenaran lainnya. Jiwon, dia akan…”
“Oppa!”
Siwon berhenti sejenak, lalu melanjutkannya lagi, “Appa sudah…”
“Oppa!”
“Aku tak mengatakannya pun lambat laun dia pasti akan tahu!” bentaknya, “Uri appa menjodohkan Jiwon dengan cucu partner bisnisnya. Mengenai siapa pria itu, nanti kau akan tahu sendiri. Kami pulang dulu. Kami hanya diberi sedikit waktu oleh appa. Sampai jumpa. Hyukkie, jangan lakukan hal bodoh!”
Aku mematung di tempat. Merangkai kalimat-kalimat yang diucapkan Siwon tadi dan kucerna tiap katanya. Kuremas-remas tanganku karena kata-kata itu sedikit demi sedikit mulai kumengerti. Andwae! Jiwon hanya boleh menikah denganku. Jiwon milikku, yang dicintainya hanya aku. Aku bangkit dari kursi dan berlari keluar mengejar mereka. Nihil, mobil mereka sudah tak nampak. Apa-apaan ini? Siapa pria itu? Bagaimana dengan diriku? Naega ottokhae?
+++++++
Hari pernikahan…
BRUK!
Siwon membanting tubuhku dengan keras ke dinding. Napasnya tak beraturan. Matanya menatapku tajam, insting pembunuhnya muncul. Dan kedua tangan kekarnya mencengkram kerah jasku. “Kau mencintainya, kan?” geramnya.
Aku diam. Dilemma mulai menyergap pikiranku. Jika aku mengatakan ‘ya’, apa ia akan membunuhku? Tapi jika ‘tidak’, apa yang akan terjadi selanjutnya?
“Apa kau mencintainya?” ulangnya berteriak.
“Ehh… Siwonnie…”
“Jawab aku!” teriaknya lagi makin menggila.
Aku berhasil melepaskan cengkeramannya dan berjalan menjauh. “Jika aku bilang ‘tidak’, apa yang akan kau lakukan padaku?” kudengar langkahnya mendekat. Ia bahkan setengah berlari untuk memutar tubuhku dan memukul keras di bagian pipi.
BaboBabo!” teriaknya. Membuatku khawatir ada yang mendengar karena kami sedang berada di koridor sekitar toilet sekarang. “Tahu begini aku takkan membiarkan dekat dari awal.”
Mwo? Apa maksudmu ‘membiarkan dekat’? Apa itu yang dinamakan dekat? Kau selalu berusaha menjauhkan kami.”
“Itu karena aku tahu akan berakhir seperti ini. Lebih baik tidak pernah jadian, karena dengan begitu Jiwon akan lebih mudah lepas darimu. Kupikir kau bisa membawanya pergi dari perjodohan ini. Tapi nyatanya kau tak mencintainya. Aku menyesal telah membuat dongsaengku menangis beberapa hari ini.”
Siwon membalikkan tubuhnya dan berjalan meninggalkanku. Kupandangi punggungnya. Bocah nakal yang lahirnya hanya terpaut tiga hari denganku itu terlihat sangat rapuh. Perasaan bersalah sangat membebani pikirannya.
“Aku mencintainya. Sangat mencintainya melebihi apapun. Aku tak pernah mengatakan ini karena takut merusak persahabatan kita. Kau sahabatku dan Jiwon adalah matahariku. Aku tak ingin kehilangan kalian. Karena bagiku kalian sangatlah berharga. Harta tak ternilai yang pernah kumiliki.”
Siwon menghentikan langkahnya. Ia berbalik dan berlari memelukku erat. Kurasakan air matanya membasahi pundakku.
Setelah itu kami tak melakukan apapun. Karena memang tak ada yang harus dilakukan. Keotoritasan Tuan Choi bagiku sangat mutlak. Kedua anaknya tak pernah ada yang berani memberontak. Aku rela melepasnya pergi…
Pedih memang melihatnya mengenakan wedding dress indah yang di sampingnya didampingi pria lain. Kulihat Jiwon tak pernah tersenyum. Tetapi ia tetap cantik. Shim Changmin memang beruntung mendapatkannya.
+++++++
Tiga bulan kemudian…
HARI-HARIKU setelah pernikahan itu kian memburuk. Tak pernah lagi merasakan nikmatnya tertawa seperti dulu, sekalipun Donghae mati-matian menjadi badut untuk menghiburku. Kemarin kuberanikan diri untuk mengajak Jiwon bicara. Dia masih marah padaku karena tidak berusaha mencegah pernikahannya itu.
Hasilnya? Buruk! Dia bahkan tak memandang wajahku. Dia memang memaafkanku, tetapi tetap saja membuat hatiku remuk ketika ia mengatakan, “Changmin pria yang sangat baik. Aku benar-benar akan merawatnya sebagai suamiku. Akan kubuang masa laluku dan memulai lembaran baru. Hyukkie-oppa, jangan pernah lagi datang padaku. Lain kali jika kau menemukan gadis yang kau cintai, lupakan tentang surat kontrak bodoh itu dan segeralah menikahinya! Anggap saja ini pertemuan terakhir kita, karena aku mulai mencintainya. Selamat tinggal.”
Perkataannya itulah yang mampu membuatku kini seperti mayat hidup. Pekerjaanku semakin menjadi beban. Tak ada lagi matahari yang menyinari untuk memberiku semangat.
Hari ini ruang latihan terbagi dua. Super Junior di sayap kiri dan DongBangShinKi di sayap kanan. Perasaanku semakin tak karuan ketika kedua mataku tak sengaja bertemu dengan mata Changmin. Donghae dan Siwon berkali-kali berusaha melucu di depanku namun tetap saja tak pernah mempan. Lantas dari arah pintu masuk kulihat Jiwon datang berlari menghampiri Changmin dan memeluknya. Pemandangan laknat yang seharusnya tak kulihat. Pria yang dipeluknya itu seharusnya aku, bukan dia.
“Aku hamil!” pekik Jiwon.
Sontak seluruh tulangku melemas. Tak ada kekuatan lagi untuk berdiri. Aku berlutut di lantai. Leeteuk-hyung mendekati mereka dan memberi selamat, begitu pula dengan member lainnya. Hanya Siwon dan Donghae-lah yang setia menemaniku. Kupikir, tak ada lagi alasan bagiku untuk hidup…
+++++++
KUSERET koper besar, memaksanya untuk mengikuti langkahku. Lima hari ke depan aku akan beristirahat di rumah orang tuaku. Perusahaan memberiku izin karena tak tahan melihat tingkahku selama ini yang semakin mirip zombie.
Saat sedang berkutat berjuang memasukkan koper ke dalam bagasi, dari arah lift kudengar suara cekikikan seorang pria dan wanita. Mereka berjalan memasuki basement. Aku berusaha memicingkan mataku, karena sepertinya aku mengenali suara mereka. Ya, memang benar, itu Jiwon dan Changmin. Jantungku berdegup kencang. Dadaku tiba-tiba sesak. Kurasakan air mata mulai menggenang di pelupuk mata.
“Hyukkie-hyung, annyeong haseyo,” sapa Changmin dan berjalan mendekat. Dia melihat isi bagasiku, “Hyung, kau mau kemana dengan koper sebesar itu?”
“Ehh…aku diminta pulang oleh orang tuaku dan perusahaan mengizinkannya,” sahutku, kemudian melirik Jiwon yang matanya terus tertuju ke bawah.
“Ah, beruntungnya bisa berlibur. Baiklah, Jiwon-ah, kau tunggu di sini! Akan kuambil mobilnya dan menjemputmu di sini. Hyung, aku kesana dulu.”
Aku mengangguk. Beberapa detik kami terdiam. Dia sama sekali tak memandangku. Aneh sekali kami yang sebelumnya akrab menjadi canggung seperti ini.
Cukhae…” kutunjuk-tunjuk perutnya kikuk.
Gomawoyo.”
Kami terdiam lagi. Kudengar suara mesin mobil Changmin yang halus, tapi tak lama kemudian…
DUARRRR!!! Mobilnya meledak. Aku dan Jiwon terpaku melihat apa yang terjadi. Beberapa detik kemudian lamunanku tersadar oleh jeritan histerisnya Jiwon. Ia berlari ke asal suara namun kutahan. Aku takut ia nekat menerobos besarnya api itu untuk menyelamatkan Changmin.
Setelah itu aku tak mendengar suara apapun lagi darinya. Ia ambruk, terduduk lemas di lantai. Mulutnya terbuka berusaha memanggil-manggil nama Changmin. Namun, tak ada suara apapun yang keluar dari sana.  Tubuhnya bergetar ketakutan dan ringkih penuh kesedihan. Tangan kanannya tak pernah lepas dari perutnya. Tangisan lirihnya memilukan hatiku. Kupeluk erat tubuhnya, berusaha membuatnya tenang.
+++++++
PEMAKAMAN hari ini berlangsung lancar. Cuaca sangat cerah, berbanding terbalik dengan suasana hati gadis yang kini tengah dipeluk hangat oleh eommanya. Bintang besar seperti Changmin tentunya menjadi magnet bagi orang. Baru kali ini aku melihat pemakaman yang dihadiri oleh jutaan orang. Namun upacaranya berlangsung tertutup. Mereka hanya bisa menunggu di luar pagar makam. Hanya orang terdekatlah yang bisa masuk. Kulirik teman-teman DongBangShinKi lainnya yang juga tengah meratap. Aku benar-benar tak menyangka umurnya sependek ini.
Changmin wafat di tangan penggemarnya sendiri. Penggemar fanatik yang kecewa dengan berita pernikahannya. Ia tak rela Changmin dimiliki oleh siapapun. Menurutnya, lebih baik Changmin mati ketimbang ia harus melihatnya bersama wanita lain. Namun tak ada yang bisa dilakukan, penggemar fanatik itu pun mengakhiri hidupnya dengan membakar diri.
Kupandangi Jiwon yang masih menangis. Keluarganya mulai meninggalkan ia pergi. Begitu pun dengan yang lainnya. Kini hanya ada aku dan dia. Kuhampiri nisannya dan kuraba pahatan yang membentuk nama ‘Shim Changmin’ itu. Kuajak ia bicara.
“Aku menyayangimu. Kau dongsaeng yang sangat baik bagiku. Sejujurnya, aku pun merasa bahagia ketika kulihat kebahagiaan terpancar dari sorot matamu saat memandang wajah istrimu.” Kuhapus air mata yang mulai meleleh di pipi dan kurasakan Jiwon tak henti-hentinya terus memandangiku, “Aku benar-benar mengutuk perbuatan keji yang menimpamu. Changmin-ah, saranghae. Sekarang izinkan aku menjaga keluarga kecilmu. Aku takkan berbuat bodoh dengan meninggalkannya lagi. Sekalipun istrimu takkan pernah mau, aku tetap akan berusaha menjaganya. Takkan kubiarkan dia pergi dari sisiku lagi. Kau mengerti maksudku? Aku akan merawat mereka. Ini janjiku seumur hidup…”
Tiba-tiba saja Jiwon memelukku. Ia menangis kencang di dadaku. Kubalas pelukkannya dan kubelai rambut indahnya.
“Kupegang janjimu,” isaknya.
Mulai saat itu aku benar-benar berjanji akan merawat mereka. Takkan kubiarkan setetes air mata jatuh dari kedua matanya. Aku, Lee Hyukjae, seumur hidup akan terus mencintai Choi Jiwon dan calon bayinya. Aku takkan pernah melepaskan kata-kataku ini dari lidahku. Selamanya hanya ada nama dia di hatiku: Choi Jiwon.
The End
Ff ini aka nada kaitannya dengan ff “Am I Marrying The Right Man”
share @ superdiya.wordpress.com

Tidak ada komentar: