Super Junior FanFiction: “Get Married″
Part 9″
“Cho Kyuhyun, selamat
pagi,” kataku sambil membuka penutup mata yang digunakannya, kemudian
memain-mainkan hidungnya dan memberikan kecupan di keningnya. Pria itu pun
perlahan membuka matanya sambil tersenyum. Dia membalas kecupan tadi dengan memberikan
ciuman ke pipi ku.
Aigoo, kamilah pasangan ter-romantis dan termesra abad ini
sebelum aku memberikan sedikit komentar padanya, “Kapan ya kebiasaan nge-cess
mu itu bisa hilang? Aku sedih melihat ada pulau baru lagi di bantalmu.”
PLETAK!
Dan Kyuhyun tidak tinggal diam kukomentari seperti itu, dia
langsung menjitak kepalaku. Aku langsung menyusupkan kepalaku ke bantal untuk
meredakan rasa sakit. Kami baru saja berbaikan, tetapi kali ini Kyuhyun
melakukan kekerasan rumah tangga terhadapku.
“Ahh… Aku kesal,” jeritku.
Dengan cueknya dia melenggang menuju kamar mandi yang letaknya
memang berada di dalam kamar kami. Tetapi dia kemudian keluar lagi dan berkata,
“Yeobo, tidak mau mandi sama-sama?” Aku langsung menjawabnya dengan ‘bantal
terbang’ yang menghantam tepat di wajahnya. Ya~Ha~ rasakan, biar begini dulu
aku pernah menjadi anggota klub basket, walau hanya 2 bulan.
Setelah dia asyik dengan kegiatan mengguyur tubuhnya dan aku
selesai merapikan tempat tidur. Aku langsung menuju dapur, akan kusiapkan sarapan
untuknya. Tetapi sepertinya percuma, eomma sudah selesai menyiapkan sarapan
pagi dan aku hanya termangu melihat makanan yang sudah siap itu.
“Eomma, aku kan sudah menikah. Harusnya aku yang menyiapkan
sarapan buat suamiku.”
Eomma langsung mengerenyitkan keningnya. Lalu menaruh tangannya di dahiku kemudian ke dahinya. “Chae Ri, sepertinya sakitmu kemarin sangat parah sampai bisa mengubah sifatmu.”
Eomma langsung mengerenyitkan keningnya. Lalu menaruh tangannya di dahiku kemudian ke dahinya. “Chae Ri, sepertinya sakitmu kemarin sangat parah sampai bisa mengubah sifatmu.”
“Aigoo~ Aigoo~ apakah ini omongan yang pantas dari seorang ibu
yang melihat anaknya menjadi lebih baik? Harusnya eomma bahagia. Aku sudah mau
menyiapkan sarapan sendiri. Aku sudah berubah, Eomma!”
“Apa?! Kau mau membuat makanan untuk suamimu?!” seru Siwon di
belakang yang membuatku langsung tersentak kaget. Kehadiran makhluk satu ini
memang selalu membuat sensasi tersendiri yang sulit untuk di deskripsikan.
“Memangnya kenapa? Bagus, kan? Lagipula itu sudah menjadi
kewajibanku sebagai seorang istri,” kataku sambil tersenyum bangga padanya.
“Cihhh… Sehabis Kyuhyun memakan masakan buatanmu, saat itu juga
kau langsung menjadi janda! Percaya deh sama aku. Lebih baik tidak usah!”
“Omo~ Kalian meremehkanku?”
“Bukan meremehkan, tetapi hanya mencegah hal buruk terjadi,”
timpal appa yang sedari tadi memang ada di dapur sambil membaca koran pagi.
“Kyaaa~ Appa juga ikut-ikutan. Huh, aku mau kembali ke kamar
saja melanjutkan tidurku. Mendengarkan komentar kalian, membuat mood-ku rusak
saja!”
Saat aku keluar dari dapur, kudengar bel berbunyi. Aku pun
melongok melihat interphone. Siapa pria di luar itu? Aku tidak mengenalnya.
“Yo, cari siapa?” tanyaku.
“Aku mau menjemput Chaesa,” sahutnya.
Aha~ Ada pria yang menjemput Chaesa. Tergelitik rasa penasaran,
aku pun bertanya lagi padanya. “Siapa kau?”
“Aku Lee Hyuk Jae, Chaesa sudah berangkat?”
“Belum, sebentar kupanggilkan dia.”
Aku pun bergegas ke kamar Chaesa. Dia sedang merapikan dasi nya
saat aku masuk.
“Chaesa-ah, ada seorang namja yang menjemputmu. Namanya Lee Hyuk
Jae. Dia itu pacarmu ya?”
Wajah Chaesa seketika merah padam mendengar perkataanku.
“Onnie, sungguhan dia kemari? Oh Tuhan… Aku harus cepat-cepat.”
Dia langsung mengambil tasnya dan terburu-buru keluar kamar.
Aha~ Yeoja yang sedang jatuh cinta. Karena yang empunya ruangan sudah pergi,
aku juga tidak mungkin berlama-lama di sana. Maka aku pun kembali ke kamar
untuk melanjutkan tidur. Di sana kulihat Kyuhyun juga sudah siap dengan
seragamnya.
“Kyu, di bawah ada pacar adikmu lho, wajahnya lucu sekali.
Tampaknya Chaesa sangat suka padanya.”
“Siapa yang ada di bawah? Pacar Chaesa ada di sini?
Jangan-jangan si Playboy yang dibilang sama Siwon. Namanya Lee Hyuk Jae ‘kan?”
tanya Kyu tapi dengan nada suara yang tidak mengenakkan.
“Aigoo, Kyu, jangan bilang kau tidak suka kalau adikmu punya
pacar, ya?”
“Tentu saja. Chaesa masih kecil. Apalagi Siwon bilang kalau Hyuk
Jae itu playboy. Adikku dalam bahaya bila didekatnya.”
“Tampang seperti itu tidak mungkin jadi playboy. Lagipula aku
sudah bilang padamu. Jangan terlalu percaya dengan ucapan Siwon. Dia itu suka
berlebihan.”
Tanpa mendengarku, Kyu membanting pintu saat keluar kamar. Aku
hanya bisa menahan emosi melihat kelakuannya itu. “Chaesa, kau mendapat seorang
kakak yang kelewat overprotected. Malang sekali dirimu.”
Aku pun berbaring. Kembali ke tujuan semula, mau melanjutkan
tidur. Aku masih punya izin tidak masuk sekolah untuk 2 hari jadi aku punya
kesempatan beristirahat. Tapi, susah sekali memejamkan mata. Aku melihat
handphone Kyu tergeletak di atas meja belajar. Aku belum pernah melihat isi
handphone nya. Iseng-iseng aku pun mengambilnya dan mengecek inbox. Ada pesan
dari Ki Young. Ragu-ragu rasanya saat mau membuka isi pesan itu. Tapi rasa
penasaran memenangkan segalanya. Aku membaca pesan itu.
Oppa, jangan benci aku. Aku mencintaimu. Kumohon temui aku.
Kumohon jangan acuhkan aku. Oppa, kumohon.
“Apa-apaan gadis ini? Semalam kan mereka sudah bertemu.
Sebenarnya apa yang terjadi sih?”
Tanpa ragu lagi aku membuka semua pesan yang berasal dari Ki
Young. Yang tersisa setelah membacanya adalah rasa kesal dan benci terhadap
gadis itu. Aku sangat muak dengan semua pesan-pesannya. Semuanya berisi kalimat
bahwa dia menginginkan Kyuhyun. Aku heran kenapa Kyu tidak menghapus pesan dari
gadis itu. Ingin menangis lagi rasanya. Tapi tidak jadi karena Kyuhyun kembali.
Dia cukup terkejut melihat handphone-nya ada di tanganku. Aku melemparkan
handphone itu ke arahnya, dia berhasil mengelak dan membiarkan handphone itu
jatuh dengan keras di lantai. Dia menghampiriku dan menarikku kedalam
pelukannya.
“Kenapa? Harusnya kau lebih tegas padanya. Aku benci sifatmu
ini, Kyu.”
“Mianhae. Aku sudah berusaha sebisa mungkin.”
“Berusaha seperti apa? Jelas-jelas kau terlalu baik padanya. Dia
terlalu berharap padamu. Aku melihat jelas itu. Dia juga mengatakannya kemarin
saat kau membantunya. Dia akan semakin mencintaimu kalau kau terlalu baik
padanya.”
“Chae Ri-ya, aku sudah tegas padanya. Aku sudah menolaknya. Aku
baik padanya karena dia butuh aku.”
“Justru itu, jangan terlalu baik! Jangan memberi harapan! Kau
ini seorang pria, harusnya kau tahu dia akan makin melambung karena sikapmu
itu. Kau bahkan tidak menghapus pesan-pesan darinya. Jika dia tahu itu, dia
akan semakin senang dan semakin berharap.”
“Maafkan aku!”
“Jangan hanya bisa meminta maaf. Kumohon Kyu, aku tidak ingin
dia menjadi duri dalam hubungan kita. Aku hanya ingin kau tegas padanya.”
Dia melepaskan pelukannya. Saat kami berbicara tadi, aku sama
sekali tidak melihat matanya. Dan sekarang aku dapat melihatnya. Matanya
berkaca-kaca. Aku tahu dia sangat terbebani dengan hal ini.
“Aku pergi dulu. Banyak-banyaklah beristirahat!”
Aku meraih tangannya, lalu menciuminya. “Aku takut. Sekarang aku
sangat takut. Aku takut kau bertemu dengannya. Aku takut memikirkan kalau-kalau
di dalam hatimu ternyata ada dirinya. Aku tidak ingin kau pergi. Aku tidak
mau.”
“Chaeri-ya…”
“Kumohon Kyu. Kali ini aku yang memohon. Aku tidak ingin kau
bertemu dengannya. Biarkan kali ini aku yang memohon. Aku juga tidak mau kalah
darinya. Aku mencintaimu lebih dari apapun. Tegaskan padanya kalau kau sudah
memilikiku. Tegaskan padanya kalau dia sudah tidak ada harapan lagi. Kumohon!”
“Baiklah. Aku akan menegaskan itu. Tapi itu artinya aku harus
bertemu dengannya. Saat aku bertemu dia, aku akan bilang bahwa aku sudah
mempunyai orang yang sangat kucintai, yaitu Park Chae Ri. Aku tidak ingin gadis
yang kucintai terluka karena ketidaktegasanku. Aku tidak ingin dia mengacuhkan
ku lagi, aku juga tidak ingin melihatnya menagisi ku lagi.”
“Benarkah? Kau berjanji akan mengatakan itu padanya? Kau tidak
akan ragu?”
“Janji. Akan kukatakan semuanya. Sekarang aku pergi dulu sebelum
terlambat.” Aku mengangguk mengizinkannya. Dia lalu berbalik menuju pintu
tetapi sebelumnya memungut handphone-nya yang kulempar tadi. “Syukurlah.
Ternyata tidak rusak. Lain kali kalau marah jangan melempar barang lagi. Aku
belum bisa membeli barang ini dengan uang sendiri. Kalau rusak, habislah
sudah.”
“Siapa suruh tidak menghapus pesan itu,” sungutku.
“Aku memang tidak terbiasa menghapus pesan masuk. Akan kuhapus
saat di kereta. Aku pergi ya.”
Dia pergi dan sekarang aku sendirian. Saatnya melanjutkan tidur
tetapi… Kyaa~ Aku lupa. Aku belum bertanya apa yang dilakukannya tadi pada Hyuk
Jae dan Chaesa?
@@@@@
Sabtu siang yang cukup dingin di SMA Paran. Seperti biasa kami
berlatih setiap sabtu di sini. Wajah-wajah anggota klub baik yang mendapat
peran di panggung maupun hanya di belakang layar semuanya sama. Masam total
dengan dahi terlipat pertanda stress.
“Kyaa~ Ki Young belum datang juga. Akan kubunuh dia kalau tidak
ikut latihan hari ini,” maki Myu Ra.
“Emosi Myu Ra sedang labil. Jangan mendekat kalau masih mau
pulang dalam kondisi utuh!” seru Kang In yang membuat mata Myu Ra langsung
mendelik padanya.
“Aku datang. Aku bawa permen buat semuanya. Kalau mau, ayo
kemari!” sapa Kyuhyun yang memang baru saja datang.
“Kyu, aku tidak sedang mimpi ‘kan?” tanya Kang In yang langsung
menghampiri Kyu dengan teman-teman yang lain. Mereka saling berebut mengambil
permen yang dibawa Kyu.
“Hyung, aku kan juga mau melihat kalian kalau latihan.”
“Iya, tapi kan tidak biasanya,” sahut Kang In yang kini sudah
mendapatkan permen terbanyak.
Kyuhyun tersenyum tidak membalas perkataan Kang In. Dia malah
memandangiku. Ya, aku tahu maksudnya datang ke latihan kali ini. Aku tidak tahu
apa yang direncanakannya, tetapi aku juga punya rencana.
“Ki Young tidak datang juga. Apa kita masih harus menunggunya?”
tanya Myu Ra yang dibalas dengan anggukan dan teriakan untuk menunggu dari
teman-teman yang lain. “Baiklah, kita tunggu dia. Kalau sampai setengah jam
lagi dia belum datang, kita tinggalkan saja.”
Karena masih harus menunggu kedatangan Ki Young, aku pun menghampiri
Heechul yang sedang asyik dengan naskahnya untuk menjalankan rencanaku. “Keluar
dulu, yuk! Ada yang mau kubicarakan,” ajakku.
Dia menurut. Tanpa bertanya apa mauku dia langsung meraih
mantelnya dan mengikutiku berjalan ke arah halaman belakang. “Ada apa?”
tanyanya setelah kami berdua duduk di bangku panjang.
“Heechul-sshi, adegan ciuman kita lebih baik dihapuskan saja,
ya!”
“Waeyo? Kita kan sudah melatihnya lama.”
“Ah, aku tahu itu. Tapi sekarang aku sudah tidak bisa lagi
melakukannya.”
“Hah? Jangan-jangan karena sekarang kau sudah punya pacar, ya?”
Aku mengangguk. Dia memang cerdas, tahu dengan cepat
maksudku.“Pacarku itu sangat pencemburu. Aku takut nanti dia marah,” ujarku.
“Tapi itu hanya akting. Harusnya dia mengerti.”
“Aku juga sudah mengatakan itu, tapi hubungan kami masih sangat
labil. Kumohon, bantu aku menjelaskan pada sutradara nanti. Lagi pula ini drama
sekolah. Tidak baik kan kalau orang tua kita menonton adegan ciuman kita
nanti,” rayuku.
“Baiklah. Tidak masalah. Tapi, kapan kalian jadian? Aku kira
selama ini kau masih sendiri.”
“Sebenarnya sudah lama. Sejak akhir musim semi, tapi kami sering
bertengkar dan baru saja berbaikan.”
Dia mengangguk tanda mengerti. Tetapi kemudian dia berkata,
“Jadi, kencan kita besok bagaimana?”
“Itu… Terserah kau saja.”
“Nih, ambil!” katanya sambil menyerahkan dua lembar tiket, “Mana
mungkin aku pergi kencan dengan gadis yang sudah punya pacar. Ambilah dan
bersenang-senang dengan pacarmu!”
“Heechul-sshi, bagaimana aku harus membalas semua kebaikanmu?”
“Sudahlah, tak apa. Asal kau tidak menangis lagi seperti malam
itu, aku sudah senang.”
“Heechul-sshi, aku…”
Dia meletakan telunjuknya ke bibirku. Dia tidak ingin aku
melanjutkan ucapanku. Dia lalu mengelus rambutku. Entah kenapa untuk kali ini,
aku sangat tidak ingin melihat matanya, padahal bagian wajahnya itulah yang
paling kusuka.
“Aku sudah terlambat rupanya,” gumamnya lirih tetapi masih dapat
kudengar. Kami membisu cukup lama sampai kesunyian itu dipecahkan oleh dering
handphone kami. “Kita harus kembali ke ruang latihan sekarang. Ki Young sudah
datang,” ajaknya.
“Ya, Myu Ra juga sudah mengabariku.”
Tanpa memandang ku lagi, dia berjalan mendahului. Entah kenapa,
aku merasa kikuk setelah mendengar gumamannya tadi. Rupanya selama ini aku juga
sudah memberikan harapan padanya.
@@@@@
Aku mengucek mataku. Masih tidak percaya dengan pemandangan yang
kulihat. Aku sudah sering melihat orang berciuman. Tetapi untuk melihat yang
melakukan hal itu adalah Chaesa, ini baru pertama kalinya. Aku melihat mereka
berciuman sangat mesra tanpa memperdulikan pandangan orang-orang yang berlalu
lalang di sekitar mereka. Aku mengalihkan pandangan ke arah Kyu. Terlihat
sangat syok. Sementara Siwon, aku melihatnya beberapa kali menelan ludah. Aku
dapat menangkap kekesalan di raut wajahnya.
“Lebih baik kita pulang saja. Kita sudah mengikuti kencan mereka
dari pagi. Sudah saatnya kita akhiri kegiatan menguntit ini,” saranku.
“Baiklah, aku juga sudah bosan. Aku pulang duluan. Kalian berdua
bersenang-senanglah di sini. Mumpung lagi di Namsan tower, tidak setiap hari
kan kalian kemari? Berkencanlah seperti pasangan-pasangan yang lain. Aku
pergi,” pamit Siwon meninggalkan aku berdua dengan Kyuhyun.
Aku menyikut tangan Kyu, berharap dia mengajakku melihat
pemandangan kota Seoul dan berhenti memandang tajam ke arah Chaesa dan Hyuk
Jae. Tetapi diacuhkan. Aku menatap nanar ke arah teropong yang sedang
menganggur. Aku kembali hendak menyikut tangan Kyu tetapi tidak berhasil.
Ketika aku menoleh, aku sudah tidak melihat dia di sampingku melainkan sedang
berjalan ke arah Chaesa. Dengan cepat aku mencoba menyusulnya. Tetapi tidak
berhasil. Kyuhyun sudah di samping Chaesa dan Hyuk Jae.
“Kencan kalian berakhir. Chaesa, ikut aku pulang!” titah Kyu
sambil menarik tangan Chaesa.
“Oppa, aku tidak mau,” sahut Chaesa sembari menepis tangannya
yang dipegangi Kyuhyun. Dia meraih lengan kanan Hyuk Jae, kemudian berusaha
melindungi dirinya di belakang punggung pria itu.
“Chaesa, menurutlah dengan oppa-mu! Pulanglah!” bujuk Hyuk Jae.
Chaesa menggeleng, dia malah semakin mempererat pelukannya pada
Hyuk Jae. Pria itu lantas menarik tubuh Chaesa ke hadapannya. Memegangi kedua
pipi Chaesa, lalu mengecup keningnya. Kemudian berkata, “Pulanglah, tidak
apa-apa, kok. Telpon aku setelah sampai rumah, ya?”
“Ya… ya… ya… Sampai kapan kalian mesra-mesraan begitu? Ayo, kita
pulang Chaesa!” amuk Kyuhyun sambil menarik tangan Chaesa. Chaesa hanya bisa
menatap dengan sedih ke arah kekasihnya itu.
@@@@@
“Oppa, apa salah Eunhyuk sampai kau tidak mengizinkan aku
bersama dia?” jerit Chaesa saat Kyuhyun mendorongnya masuk ke kamarnya. Kyuhyun
menutup pintu kamar Chaesa tanpa mengizinkan aku masuk ke sana. Aku hanya bisa
mendengarkan pertengkaran mereka dari luar dan tidak bisa melerai. Kulihat
Siwon juga duduk ikut mendengarkan.
“Kau belum cukup umur, belajar saja yang giat!” teriak Kyuhyun
menceramahi
“Belum cukup umur? Kau saja hanya di atas satu tahun denganku
sudah menikah. Jadi kau juga sebenarnya belum pantas ‘kan?” bantah Chaesa.
“Hal yang terjadi dengan diriku itu berbeda.”
“Tak ada yang berbeda, aku hanya ingin bersenang-senang dan
menikmati masa mudaku. Oppa, ini pertama kalinya dalam hidupku ada pria yang
bilang dia menyukaiku. Aku tidak rela karena ke arogananmu aku harus pisah
dengannya. Aku tidak mau. Tidak rela!”
“Chaesa-ah, kau baru saja pacaran dengannya hari ini, tapi kau
sudah berani membantahku?! Sejak kecil kita tidak pernah bertengkar seperti
ini. Tapi karena pria itu kau jadi berani melawanku? Kau…kau…”
“Ya Tuhan, ini pertama kalinya mereka bertengkar rupanya. Dasar
Kyuhyun seperti anak-anak saja,” batinku masih menguping pembicaraan mereka.
“Ini salah oppa! Oppa yang membuatku marah, oppa yang membuatku
berani membantah,” sungut Chaesa tak mau kalah.
“Aku hanya tidak ingin kau pacaran dengan playboy itu.”
“Siapa sih yang bilang Eunhyuk playboy? Oh ya, pasti Siwon.
Jangan mempercayai ucapannya, dia memang selalu mengusiliku dan tidak mau
melihatku senang sedikit saja.”
Siwon yang memang sedang ikut menguping bersamaku jadi tersentak
dan senyum-senyum sendiri.
“Bukan hanya karena dia playboy, tapi aku takut sesuatu yang
buruk menimpamu. Aku takut kalau kau yang nanti menerima karma karena
perbuatanku,” seru Kyuhyun yang tentu saja membuatku tersentak mendengarnya.
Aku tidak tahu kesalahan apa yang sudah diperbuatnya sampai berkata seperti
itu.
“Karma?” tanya Chaesa tak mengerti.
“Kau tahu kan, aku menikahi Chae Ri karena ‘kecelakaan’? Aku tak
mau kau juga seperti itu. Biasanya dalam suatu keluarga kalau anak lelakinya
menikahi anak gadis orang karena suatu insiden, saudara perempuan dari pihak
lelaki juga akan mengalami hal yang sama. Maksudku karma karena itu,” jelas
Kyu.
“Mwo? Aku yakin oppa hanya mengarang saja supaya aku putus
dengan Eunhyuk. Aku tahu kok kalau oppa dan Chae Ri onnie belum pernah…”
Chaesa tidak melanjutkan perkataannya karena Kyuhyun
memotongnya, “Sudah pernah kok! Kalau tidak untuk apa kami dinikahkan?”
“Tapi Chae Ri onnie bilang…”
“Aha, tentu saja dia lupa. Dia mabuk saat itu.”
“Kyaaa~ Kyuhyun. Keluar kau! Aku mau bicara,” perintahku.
“Omo~ Ternyata dia menguping diluar,” gumam Kyuhyun.
Kyuhyun keluar dari kamar Chaesa saat itu juga. Aku menggeram
kesal kepadanya. Tega-teganya dia berbohong seperti itu. Aku pun menarik
tangannya, menyuruhnya mengikutiku menuju kamar kami. Sebetulnya selain alasan
untuk memarahinya yang sudah berbohong, aku juga punya rencana yang akan
dijalankan oleh ahjusshiku.
@@@@@
“Kenapa mengajakku ke tempat seperti ini?” tanya Chaesa pada
Siwon.
“Kenapa? Tidak suka?” balas Siwon.
“Aku belum pernah bermain ski es,” kata Chaesa sedih, “Aku tahu
kau mengajakku ke tempat ini untuk mengerjaiku lagi, kan? Kau ingin aku
ditertawakan orang-orang karena tidak bisa bermain ski?”
“Kenapa sih kau selalu berburuk sangka padaku? Chae Ri yang
memberikan tiket masuk ke tempat ini padaku. Jadi, bukan karena aku sengaja.
Aku bahkan tidak tau kau tidak bisa main ski!”
Chaesa tidak tahu harus membalas dengan apa lagi, sehingga dia
pun melanjutkan, “Karena kau…karena kaulah yang membuatku harus putus dengan
Eunhyuk. Kau mengatakan hal-hal buruk tentangnya pada Kyu oppa.”
“Dia memang tidak sebaik yang kau kira. Kami sudah lama
berteman, aku sudah tahu dia luar dan dalam. Kalian tidak akan cocok.”
“Tapi kau sendiri yang bilang kalau kami pasti akan berpacaran.
Sebenarnya apa sih maksudmu? Aku tidak mengerti.”
“Aku juga tidak mengerti,” sahut Siwon sambil menatap wajah
Chaesa. “Chaesa, daripada kita bertengkar terus, lebih baik kita turun ke arena
saja, yuk! Aku akan mengajarimu bermain ski.”
Chaesa pun menurut, mereka kemudian mengganti sepatu yang mereka
gunakan dengan sepatu ski, lalu bersiap menuju arena es. Chaesa cukup ketakutan
karena tidak bisa menyeimbangkan diri. Tetapi, Siwon menuntunnya dengan
hati-hati. Di arena es, Siwon memengangi Chaesa agar bisa berjalan kemudian
mengajak Chaesa berputar-putar. Saat itu juga Chaesa sudah melupakan
kesedihannya.
Tidak butuh waktu lama, Chaesa sudah bisa berjalan tanpa harus
dipegangi, dia senang sekali. Dia mulai berjalan dengan menaikan kecepatannya.
Tetapi tampaknya ia lupa, itu hari pertamanya bermain ski, tidak mungkin dia
bisa langsung mahir. Ia pun terjatuh. Siwon yang semulanya ingin menolong
Chaesa agar tidak terjatuh, malah ikutan terjatuh juga dengan posisi menindih
tubuh Chaesa.
“Kau berat sekali, cepatlah bangkit Siwon-sshi! Badanku sakit
sekali,” keluh Chaesa.
Siwon tidak menanggapi, dia malah asyik memandangi wajah Chaesa.
Dan secara tiba-tiba Siwon mencium bibir gadis itu. Entah kenapa Chaesa merasa
tidak kuasa menolak perlakuan Siwon itu. Dia membiarkan saja pria itu melumat
bibirnya. Chaesa sudah tidak bisa berpikir lagi. Yang ada di otaknya sekarang
adalah kebingungan. Setelah ciuman itu berakhir pun yang ada dimata Chaesa saat
menatap Siwon adalah kebingungan.
“Saranghaeyo, Shim Chaesa,” ucap Siwon yang membuat Chaesa
semakin bingung. Siwon yang merasa dirinya tidak direspons melanjutkan lagi,
“Shim Chaesa… Saranghaeyo, wo ai ni, aisiteru, I love you, te a mo.”
“Siwon-sshi, aku tidak mengerti,” sahut Chaesa.
“Chaesa-ya. Aku menyukaimu, masa masih tidak mengerti sih?” seru
Siwon gregetan.
“Aku tahu, tapi…,” Chaesa masih kebingungan melanjutkan
perkataannya.
“Ya, memangnya kenapa?” tanya Siwon.
“Jadi, karena kau menyukaiku. Karena alasan itu kau selalu
mengerjaiku?”
“Bukan, aku suka mengerjaimu karena kau sangat polos. Tapi
semakin aku menjahilimu, semakin aku tahu kalau sebenarnya aku menyukaimu.
Sangat suka.”
“Tapi, aku sudah punya Eunhyuk,” Mendengar itu, Siwon langsung
duduk di samping Chaesa. Wajahnya sangat muram. “Aku sangat tidak mengerti. Aku
takut mempercayai perkataanmu. Karena selain kebingungan, aku juga merasa bahwa
kau hanya ingin mengisengiku. Aku merasa kau sedang mengerjaiku seperti biasa.
Maafkan aku, aku tidak mau kau permainkan lagi.”
Setelah mengatakan itu, Chaesa melepas sepatu skinya. Kemudian
dengan kaki telanjang dia berjalan keluar dari arena ski. Dia memutuskan untuk
pulang sendiri. Sementara Siwon hanya bisa termangu, dia sedang menuai apa yang
selalu ditaburnya. Chaesa gadis yang selalu dikerjainya dan sekarang disukainya
tidak mempercayai ucapannya. Siwon merutuk diri. Ini pertama kali dalam
hidupnya ditolak oleh seorang gadis.
@@@@@
“Aigoo… Ahjussi, kau sudah habis berapa botol?” pekikku saat
menjemput Siwon di sebuah warung tenda yang memang biasanya tempat untuk
orang-orang minum.
“Kenapa malah kau? Yang kutelepon untuk minta jemput kan
Chaesa?”tanyanya heran.
“Cih, kau salah. Yang kau telpon itu aku!”
Siwon lalu mengecek handphonenya dan benar saja yang dia telepon
itu bukannya Chaesa, melainkan aku. Dia merutuk kesal, kemudian mau meminum
lagi shoju yang masih tersisa di gelasnya, tetapi aku merampas gelas itu dan
meneguknya.
“Ya, Chae Ri-ya. Kau ingin aku marah ya?”
“Seharusnya yang marah itu aku! Apa yang kusuruh saat kau
mengajak Chaesa ke arena ski? Aku menyuruhmu supaya mengajak Hyuk Jae kesana
supaya kencan mereka berlanjut! Tapi apa yang sudah kau lakukan?” Dia hanya
mengerling, lalu memakan sotong di hadapannya tanpa memperdulikan dan
menawariku. “Ahjusshi, sebenarnya ada apa sih?” tanyaku penasaran karena
diacuhkan.
“Chaesa menolakku. Ini pertama kalinya dalam hidupku aku
ditolak.”
Aku hanya bisa melongo mendengar pengakuannya. Ini berita
terbesar abad ini. Sebenarnya aku ingin tertawa sih, tetapi itu hal yang paling
tidak baik saat salah seorang kerabatmu patah hati.
“Bagaimana mungkin dia menerimamu, dia kan sudah punya Hyuk
Jae,” seruku masih sambil menahan tawa.
“Huh, dia pikir Hyuk Jae itu pria baik. Dia sudah ditipu,” kata
Siwon. Terlihat sekali kalau dia sudah setengah sadar. Tapi lagi-lagi aku
tergelitik rasa penasaran ingin mengorek lagi lebih banyak informasi. Aku tahu
orang yang sedang mabuk tidak akan berbohong, jadi ini kesempatanku untuk
mengetahui lebih banyak kenyataan yang ada pada ahjusshi ku ini.
“Kau juga tidak lebih baik kok, kau hanya lebih tampan saja,”
ujarku dan dia pun tersenyum mendengarnya.
“Tentu saja. Aku lebih baik beribu-ribu kali darinya. Chae
Ri-ya, kau ingin tahu alasanku pulang ke rumahmu bukannya tinggal di asrama
lagi?”
Aku mengganguk cepat, ini dia yang kunantikan. Alasan dia
memilih tinggal bersama kami bukannya di asrama. Padahal dulu ibuku selalu
memaksanya untuk tinggal bersama kami dan dia selalu menolak dengan alasan
tidak bebas. Tetapi setelah aku menikah, dia malah tiba-tiba datang ke rumah
dan berkata ingin tinggal bersama kami. Benar-benar aneh. Aku tidak percaya
kalau itu dilakukannya hanya karena bosan.
“Hyuk Jae yang menyuruhku, dia ingin aku merekam malam-malam
indahmu dengan suamimu. Dia bilang pasti seru menonton saat kau dan suami mu
yang masih anak SMA memadu cinta. Hyuk Jae itu penggemar yadong. Dan dia bilang
sudah bosan menonton yang hanya akting. Dia ingin yang real,” kata Siwon
panjang lebar dan kemudian langsung tertidur.
Aku hanya bisa terdiam mendengar penjelasannya. Ya Tuhan,
ternyata ada hal buruk yang terpendam selama ini dan yang membuatnya adalah
pamanku sendiri. Kami ini masih punya hubungan darah tetapi tampaknya dia bisa
tega melakukan sesuatu hanya demi kesenangan diri. Aku sudah tau kalau dia
memang aneh, tapi tidak menyangka dia bisa setega itu dan yang lebih buruk
sekarang dia sedang mabuk dan tertidur. Sesungguhnya ingin rasanya aku
meninggalkannya. Tetapi aku tidak tega, aku pun membopongnya sampai ke taksi
yang mengantar kami pulang. Sepanjang jalan aku mengutuk dan memakinya,
perbuatan yang percuma karena dia tidak mendengarkan.
“Huh, lihat saja ahjusshi. Kau tidak akan selamat dari amukan
eomma saat kita sampai rumah nanti. Lihat saja!” kataku gemas.
To Be Continue ……………
Tidak ada komentar:
Posting Komentar