KONA
BEANS (bagian 2)
·
Jira’s pov
Semalam Kyuhyun menghubungiku dan
menanyakan keadaanku, mendengar suaranya rasa takut kehilangannya didalam
diriku semakin menjadi besar, aku sebenarnya bingung dengan apa yang aku
rasakan saat ini. siapa yang sebenarnya takut kehilangan Kyuhyun, aku atau
jantung milik Haneul ini?
Aku sudah berdiri didepan rumah dan
menunggu Kyuhyun seperti biasanya. Hari ini aku memberanikan diri untuk kembali
masuk ke bekerja di Kona Beans, tadi pagi-pagi sekali Kyuhyun menghubungiku dan
bertanya apa aku masuk kerja hari ini atau mau beristirahat lebih lama dulu.
“Hai, kau sudah sehat?” tanya
Kyuhyun saat dia sudah sampai dihadapanku.
“Ne sudah.”
“Ayo masuk, cuaca hari ini sangat
indah, aku akan membawamu kesuatu tempat.”
“Jadi hari ini aku kembali bolos
kerja?” kataku sambil masuk kedalam mobilnya.
“Tidak apa-apa. Lagipula hari ini
café tutup.”
“Eh? Wae?”
“Tidak apa-apa, aku ingin memberikan
satu hari special untuk semua karyawanku, jadi mereka semua aku liburkan.”
Katanya sambil memutar kunci mobil dan menyalakan mesin mobilnya.
Sepanjang jalan Kyuhyun bercerita
bagaimana semua karyawan Kona Beans tampak kesepian karena tidak ada aku.
Mereka bahkan sampai menempelkan fotoku pada dinding dibelakang mesin kasir,
sehingga mereka merasa aku berada disana. Aku hanya tertawa mendengar
ceritanya.
Lama kami berada dijalan
sampa-sampai aku tertidur. Aku bangun saat Kyuhyun menepuk bahuku lembut dan
berkata kalau kita sudah sampai.
“Kita dimana?” tanyaku pada Kyuhyun.
Aku memandang sekelilingku, banyak pohon besar berdaun orange tumbuh disitu.
Didekat kami tampak sebuah jalur sepeda kecil yang menuju ke arah dalam hutan.
“Disebuah tempat yang indah. Kalau
kita mengikuti jalur itu kita akan sampai disebuah danau.” Katanya sambil
membuka pintu mobil dan turun dari mobil. Kyuhyun lalu membukakan pintu mobil
disebelahku.
“Kita jalan kaki? Sepertinya
danaunya masih jauh.” Kataku sambil menatap jalan kecil itu.
“Bisa patah kaki kita kalau jalan
kaki Jira. Kita memakai ini.” Kyuhyun membuka bagasi mobilnya dan mengeluarkan
sebuah sepeda lipat 26” Dahon Cardenza.
“Sepeda? Kok cuma satu?” tanya ku
sambil melongok kedalam bagasi mobil Kyuhyun, disana hanya ada sebuah tas
pancing besar.
“Memang kenapa kalau satu?”
“Jadi kau naik sepeda dan aku jalan
kaki? Owh, hebat sekali.” Ucapku sambil mencibir pada Kyuhyun yang sedang
membuka sepeda lipat itu menjadi sepeda normal.
“Tidak, kau duduk di top tube*)
ini.” ucapnya sambil menunjuk top tube sepeda
Aku hanya memandang Kyuhyun dengan
pandangan ragu. Kyuhyun mengambil tas pancingnya dan menggendongnya di
punggung. Dia lalu menaiki sepedanya yang berwarna hitam itu.
“Kau mau memancing disana?”
“Ne, disana tempat memancing yang
bagus. Ayo cepat naik.”
Aku masih memandanginya dengan ragu.
“Ayolah Jira. Hari semakin siang.”
Aku lalu duduk di top tube sepeda
Kyuhyun. Tangan Kyuhyun yang memegang handle tampak seperti memelukku. Aku
sedikit menyandarkan badanku pada dada Kyuhyun dan merasakan debaran
jantungnya.
“Menyenangkan bukan mengendarai
sepeda seperti ini?” tanya Kyuhyun padaku.
“Heem.”
“Wae? Kau takut?”
“Ani, ani, aku sedang menikmati
pemandangan didepan itu, cantik sekali.”
Sebenarnya aku tidak sedang
menikmati pemandangan, tetapi sedang berusaha untuk mengatur detak jantungku
maksudku detak jantung Haneul, atau detak jantungku? Ah entahlah intinya detak
jantung yang aku rasakan ini agar tidak berdebar semakin keras. Kurasakan
sebuah sentuhan di puncak kepalaku. Tangan Kyu tidak mungkin menyentuh
kepalaku, apa mungkin, Kyuhyun.. Kyuhyun menciumku? Ah apa yang aku pikirkan,
mungkin tadi tidak sengaja dia melakukannya. Kami bersepeda hampir 30 menit.
Udara di hutan itu sangat sejuk.
“Kita sampai.” Kata Kyuhyun. Dia
menghentikan laju sepedanya tepat ditepi danau.
Danau itu sangat indah. Dikelilingi
hutan dengan daun berdaun orange, air yang jernih, dan pasir putih. Aku turun
dari sepeda dan berjalan sampai ke batas air dan pasir. Aku lepaskan sepatuku
dan memasukan kakiku ke air.
“Airnya sejuk Kyu.” Teriakku pada
Kyuhyun.
Kyuhyun tampak sedang mempersiapkan
alat pancingnya. Aku tidak mempedulikan dia dan terus bermain air.
“Sudah main airnya, nanti kamu
sakit. Kita memancing saja sekarang.” Kyuhyun mendekatiku sambil membawa sebuah
joran pancing. Aku mencipratinya dengan air danau.
“Ya! Kim Jira! Usil sekali kau. Kau
ingat aku ini bos mu di café.”
“Owh. Jadi sekarang kau sudah mulai
sombong huh? Kau sudah menganggapku sebagai karyawanmu? Bagus sekali.” Aku
menedang air ke arahnya yang menyebabkan bajunya basah.
“Ya! Kau! Berani-beraninya kau!”
Kyuhyun melemparkan joran pancingnya ke arah pasir ditepi danau dan berlari
menghampiriku.
“Kyaa.. Mau apa kau?” jeritku.
“Kau sudah membuatku basah, maka kau
harus basah.” Kyuhyun mencipratkan air padaku.
“Sudah, cukup Kyuhyun!”
“Menyerah juga kau huh?” Kyuhyun
menarik tanganku dan merangkul bahuku. “Ayo kita memancing.”
Kami berjalan menuju tepi danau.
Kyuhyun mengambil joran pancingnya dan mulai memasang umpan. Dia melemparkan
joran kail berisi umpan ke tengah danau lalu menancapkan pangkal jorangnya ke
pasir.
“Sekarang kita tunggu sampai ada
ikan yang terpancing.”
5 menit kemudian kail pancing
Kyuhyun tampak bergerak.
“Kyuhyun, itu bergerak.”
“Wah strike, coba kamu tarik.”
Kyuhyun mengambil jorannya dan menyerahkannya padaku.
Aku terus memutar reel untuk
menggulur senar pancing sambil sesekali mengangkat joran. Ya tuhan! Ternyata
memancing itu susah.
“Be..ra.. rat.” Kataku terbata.
Kyuhyun yang berdiri disebelahku hanya tertawa terbahak-bahak. Huh! Memang dia
pikir ini lucu?
Tiba-tiba Kyuhyun berdiri
dibelakangku dan membantuku mengangkat joran sedangkan aku menggulung reelnya.
Jantungku berdetak kencang.
“Ya! Jangan pelan seperti itu
menggulungnya. Pakai tenagamu.” Teriak Kyu tepat di telingaku.
“Jangan berteriak ditelingaku,
lama-lama aku bisa tuli kalau kau terus begitu.”
Kyuhyun hanya tertawa sambil terus
menaik turunkan joran, terkadang dia membantuku menggulung reel. Saat tangannya
menyentuhku badanku seperti teraliri listrik.
“Sebentar lagi kita berhasil, gulung
lebih cepat Jira.” Ucap Kyuhyun bersemangat sekali.
Beberapa saat kemudia Kyuhyun
mengangkat menarik jorannya dan sebuah ikan berukuran besar tergantung diujung
pancing.
“Kita berhasil!” teriakku lalu kami
saling berhighfive.
“Aku akan bersihkan ikan ini lalu
kita bakar. Didalam tas pancing juga ada bekal makanan.”
Aku membuka tas pancingnya dan
megeluarkan luch box berwarna silver. Aku buka lunch box itu, ternyata penuh
dengan gimbab. Kyuhyun ternyata sudah selesai membersihkan ikan dan sedang
menyusun kayu bakar.
“Kau membawa gimbab?”
“Ne, kau pasti lapar.”
Kyuhyun mulai membakar ikan itu
diatas api. 20 menit kemudian ikan itu tampak sudah matang. Kami makan ikan
bakar itu bersama-sama dengan gimbab. Setelah selesai makan kami bersiap untuk
pulang. Entah kenapa saat aku sedang membersihkan bekas api pembakaran kami
Kyuhyun menarik tanganku dan menyeretku masuk ke dalam air danau kembali.
“Kau lihat awan itu Jira? Kita tidak
bisa melihat awan dengan latar belakang langit yang sangat biru seperti itu di
tengah kota Seoul. Sangat indah bukan.”
“Ne, sangat indah.”
“Airnya juga berbeda dengan air di
Seoul.”
Kyuhyun memutar badannya hingga
menghadapku. Dia menatap mataku lekat . Tatapannya padaku sungguh berbeda dari
biasanya. Dia sentuh pipiku, lalu perlahan dia dekatkan wajahnya padaku. Aku
rasakan bibirnya yang hangat menempel di bibirku. Dia kecup lembut namun mampu
membuatku lemas, membuat jantungku berdebar kencang sekali. Kyuhyun menciumku?
Saat itu wajah Donghae Oppa melintas dikepalaku. Aku mendorong tubuh Kyuhyun.
Plaaak. Aku tampar pipi Kyuhyun saat
dia sudah berhenti menciumku karena aku dorong tubuhnya.
“Mianhae Jira. Aku.. aku sudah tidak
bisa menahannya lagi.” ucapnya sambil menggenggam tanganku.
“Lepaskan aku Kyuhyun. Kenapa kau
lakukan itu?” nafasku naik turun tidak beraturan antara menahan emosi dan
menyesal karena sudah menampar Kyuhyun.
“Saranghae Kim Jira. Aku
mencintaimu.” Ucapnya sambil memegang kedua bahuku.
“Siapa yang kau cintai? Aku? Aku
rasa tidak! Yang kau cintai itu Haneul dan jantungnya yang sekarang berdetak
didadaku. Kau tidak mencintaiku Cho Kyuhyun.”
Kyuhyun menatapku dengan pandangan
terkejut.
“Kau sudah..”
“Ne, aku sudah tahu. Haneul yang
mendonorkan jantungnya padaku. Dan karena itu aku merasa familiar dengan Kona
Beans, karena itu aku merasa dekat denganmu, dan karena itu pula jantungku
selalu berdebar kencang saat didekatmu.”
Kyuhyun tidak berkata apa-apa lagi.
dia hanya diam dan menunduk.
“Aku mau pulang.”
“Ha?”
“Antar aku pulang sekarang.”
Aku berjalan mendahului Kyuhyun. Di
belakang Kyuhyun terus berteriak memintaku berhenti dan menaiki sepeda
bersamanya. Awalnya aku menolak, tapi saat kurasakan dadaku terasa nyeri dan
nafasku mulai sesak aku memutuskan untuk menuruti ucapan Kyuhyun.
Kami sampai di Seoul saat hari sudah
malam. Sepanjang jalan aku berusaha menyembunyikan tangisku. Tapi tidak bisa,
air mataku terus mengalir, untuk menyembunyikannya aku terus memandang ke arah
jendela mobil sehingga Kyuhyun tidak bisa melihat air mataku.
Aku bingung, aku senang Kyuhyun
berkata bahwa dia mencintaiku, tapi aku juga ragu padanya siapa yang sebenarnya
dia cinta? Aku atau jantung Haneul ini? lagipula wajah Donghae Oppa terus
berkelebat di otakku. Aku menikmati ciumannya tadi, sekaligus merasa bersalah
pada Donghae.
“Gamsahamnida sudah menemaniku
selama ini. dan mulai besok aku tidak akan bekerja di cafemu lagi. mianhae
sudah menamparmu tadi.” Kataku. Aku segera keluar dari mobil dan masuk ke dalam
rumah.
“Jira.” Kudengar Kyuhyun
memanggilku. Tapi aku mengacuhkannya.
***
Aku masuk ke dalam rumah dan sesorang
menyambutku di ruang keluarga.
“Jira-ya, bogoshipoyo.” Donghae
segera memelukku saat melihat kemunculanku dipintu depan.
“Oppa. Kau..”
“Aku sudah pulang. Kebetulan aku
bisa menyelesaikan pekerjaan lebih cepat, dan Appaku mengerti bahwa aku sudah
sangat merindukanmu.” Donghae memelukku erat-erat.
“Kenapa kau tidak memberitahuku?”
“Surprise.”
Aku memeluk Donghae erat berharap
aku bisa menghilangkan kesedihanku atas kejadian bersama Kyuhyun tadi, namun
rasanya berbeda dengan dulu. Aku tidak merasakan lagi kehangatan pelukan Oppa.
“Jira-ya, gwenchana?” tanyanya
padaku.
“Ne Oppa. Aku hanya sedikit capek.”
“Kau darimana?”
“Bersepeda bersama Hyena.”
“Kau kan belum terlalu pulih, kau
tidak boleh melakukan hal berat seperti bersepeda terlebih dahulu.”
“Mianhae.”
Kudengar dia meghela nafas berat.
“Kau sudah makan?”
Aku menggeleng.
“Kebetulan aku membawakanmu
jajangmyeon, kau mandi dulu, setelah itu kita makan bersama.”
“Baiklah Oppa.”
Aku masuk kedalam kamarku dan mulai
mandi. Di kamar mandi aku menumpahkan segala kesedihanku. Aku menangis,
mengeluarkan semua persedian air mataku. Kenapa rasanya begini sakit? Kyuhyun
baru aku kenal 6 bulan ini, tetapi kenapa rasa sakit saat berpisah dengannya
begini hebat? Apakah jika aku berpisah dengan Donghae Oppa akan sesakit ini?
“Jira-ya? Apa kau sudah selesai
mandi?” suara Donghae mengetuk pintu kamarku membuatku tersadar dari tangisku.
“Ne Oppa sebentar lagi.” jawabku.
Aku bergegas mandi. Setelah berdandan sedikit untuk menyamarkan mata sembabku
aku keluar dari kamar dan mendekati Donghae yang sudah duduk diberanda.
“Oppa bogoshipoyo.” Aku menghambur
ke pelukan Donghae.
“Aku juga merindukanmu. Sekarang kau
makan dulu.” Donghae menyuapiku jajangmyeon. Bagaimana bisa aku tega mengkhianati
Donghae Oppa yang begitu menyayangiku.
Setelah makan aku menyandarkan
kepalaku ke dada Donghae.
“Gwenchana?” tanyanya.
“Hehm.. aku Cuma lelah.”
“Kalau begitu saatnya tidur.”
Donghae mengangkat tubuhku dan menggendongku ke kamar. Donghae meletakanku di
atas ranjang, memasangkan selimut dan menyecup bibirku lembut.
“Selamat tidur, jaljayo.”
Aku menutup mataku dan berharap aku
bisa melupakan semua yang terjadi antara aku dan Kyuhyun.
***
Hari ini Donghae mengajakku
berkeliling Seoul. Katanya dia merindukan kota ini. Kami pergi ke berbagai
tempat. Tapi aku sama sekai tidak merasa senang. Pikiranku melayang-layang
kepada Kyuhyun. Aku tidak bisa melupakannya.
“Kau lapar Jira?” tanya Donghae
padaku.
“Ne, Oppa juga pasti sudah lapar.”
“Aku mendengar didekat sini ada
sebuah café yang makanannya enak.”
“Oh ya? Dimana?”
“Kalau tidak salah.. ah itu
tempatnya.” Donghae menghentikan mobilnya tepat di sebuah café, café yan sangat
familiar untukku.
“Katanya di Kona Beans ini
makanannya enak.”
Aku diam membisu tanpa menatap wajah
Donghae. Kenapa dia mengajakku kesini? Dia dengar darimana café ini masakannya
enak?
“Kau sudah pernah kesini
sebelumnya?”
Aku hanya menggeleng.
“Ayo kita masuk.” Donghae
menggandeng tanganku masuk ke dalam Kona Beans. Ryeowook tampak berdiri di
dekat pintu. Kulihat wajahnya menganga kaget melihatku masuk bersama Donghae.
Aku hanya melemparkan sedikit senyum padanya. Kulihat Kyuhyun berdiri di
belakang mesin kasir sambil menatapku tajam.
Donghae memilih sebuah meja disudut
ruangan. Dia mengangkat tangannya tanda memanggil pelayan. Siapa yang akan
datang? Sungminkah? Ryeowook kah? Aku berharap Ryeowook yang datang, Sungmin
terkadang tidak bisa menjaga rahasia, bisa-bisa Donghae tahu aku pernah bekerja
disini.
“Anda mau pesan apa tuan?” kudengar
suara Kyuhyun dari arah sampingku. Aku menoleh padanya dan melihat Kyuhyun
sudah berada di sebelahku.
“Aku pesan chiken doritang, dan air
putih saja. Kau mau pesan apa jagiya?”
“Aku? Hmm.. aku pesan..”
“Bulgogi, cheese cake dan espresso.”
Kyuhyun memotong ucapanku.
Aku menoleh dan menatap Kyuhyun
dengan kaget. Kenapa dia harus berkata seperti itu, Donghae bisa curiga.
“Ne, itu, aku memesan itu.”
“Baiklah, tunggu sebentar, pesanan
anda segera diantar.” Kyuhyun pergi menjauhi kami.
“Kenapa dia bisa tahu pesananmu?”
Donghae bertanya padaku dengan wajah mengernyit heran.
“Mollaso. Mungkin itu makanan
special disini.”
“Kau yakin belum pernah kesini?”
“Ne.”
15 menit kemudian Kyuhyun kembali
menghampiri kami lagi sambil membawa makanan pesanan kami. Kami sempat saling
bertatapan untuk beberapa saat sampai aku membuang muka. Aku tidak bisa makan
dengan tenang. Kyuhyun terus mengawasiku, begitu juga Donghae, dia berkali-kali
menatapku. Ya tuhan! Bagaimana bisa aku berada di keadaan seperti ini?
“Aku permisi ke toilet dulu Oppa.”
Kataku pada Donghae. Dia hanya mengangguk kecil sambil terus melahap
makanannya.
Aku bergegas masuk kedalam toilet
wanita. Didalam toilet aku mencoba mengatur nafasku yang mejadi sedikit sesak
didepan kaca. Ya tuhan! Beri aku kekuatan. Yang aku cintai hanya Lee Donghae,
Kyuhyun tidak pernah mencintaiku, dia hanya mencintai Haenul, dia seperti itu
karena jantung Haneul ada padaku, sadarlah Jira. Aku menepuk-nepuk pipiku dan menarik
nafas dalam-dalam.
“Siapa dia?” sebuah suara berat dan
dalam terdengar dari belakangku membuatku sedikit terlonjak kaget.
“Kyuhyun? Sedang apa kau disini? Ini
toilet wanita.” Aku menoleh padanya dan melihatnya sedang menatapku
dengan pandangan garang.
“Siapa dia? Siapa laki-laki itu?”
“Dia, dia, Lee Donghae, tunanganku,
calon suamiku.” Aku menunduk tidak berani menatapnya. Kenapa aku jadi merasa
takut seperti ini?
“Jadi dia sudah kembali?”
“Iya memang kenapa? Ada masalah?”
aku menatap matanya mencoba menyembunyikan ketakutanku.
“Aniyo.” Ucapnya. Kudengar dia
menghela nafas panjang lalu berbalik keluar dari toilet sambil membanting
pintunya.
Aku hanya menghela nafas melihat
tingkahnya itu. Aku keluar dari toilet dan langsung mengajak Donghae pulang. Di
depan kasir Donghae terus menggenggam tanganku sedangkan aku bersembunyi dari
tatapan Kyuhyun di belakang tubuh Donghae. Kulihat Ryeowook menatapku dengan
sedih. Astaga, aku benar-benar ingin cepat keluar adri sini.
***
Kami sampai dirumah saat malam sudah
tiba. Donghae langsung menuju beranda, sedangkan aku masuk ke kamar untuk
berganti baju lalu ke dapur membuatkan Donghae minuman.
“Jira-ya,” Donghae memanggilku saat
aku sedang menyajikan air minum didepannya.
“Hm.” Aku duduk disebelahnya dan
menyenderkan kepalaku di bahunya.
“Kenapa aku masih memikirkan si
penjaga kasir di café kona beans tadi ya?”
“Maksudmu?”
“Dia bisa tahu makanan apa yang kau
pesan, lalu tatapan matanya padamu saat kita membayar. Kau benar-benar belum pernah
kesana dan bertemu dengannya kan?”
Ya Tuhan! Aku harus menjawab apa?
“Aniyo, jagiya, apa kau tidak
percaya padaku?”
“Aku percaya padamu, hanya aku takut
kehilanganmu.” Dia memelukku erat.
Hatiku sakit mendengarnya berkata
seperti itu. Aku sudah mengkhianatinya. Bagaimanpun juga aku akui aku menikmati
sejenak ciuman Kyuhyun kemarin, dan pikirankupun tidak bisa lari dari Kyuhyun.
Aku sudah tidak merasakan kehangatan ketika berada disamping Donghae, hatiku
sudah berpaling, mianhae Oppa.
Donghae mendekatkan wajahnya padaku
dan mencium bibirku lembut. Aku hanya diam dengan kaku, sama sekali tidak bisa
menikmati ciumannya. Pikiranku malah melayang mengingat ciuman Kyuhyun kemarin.
“Gwenchana jagiya?” Donghae
melepaskan ciumannya dan menatap mataku.
“Ne,”
“Kenapa kau tidak membalas ciumanku?
Hari ini kau aneh sekali, tidak bahkan dari kemarin. Apakah ada yang salah?”
“Aniyo Oppa, Cuma aku memang sedang
tidak enak badan dari kemarin.”
“Kalau begitu, aku pulang saja
sekarang, dan kau istirahat.” Donghae bangkit dari duduknya.
“Ne, hati-hati dijalan.”
“Besok Appa akan mengadakan pesta,
aku jemput kau jam 7 ya.”
“Ne,”
Donghae pergi meninggalkanku yang
masih duduk diberanda. Perasaanku kacau sekarang. Aku benar-benar mencintai
Kyuhyun, bukan karena jantung Haneul, ini benar-benar perasaanku yang
sebenarnya.
***
Pagi-pagi aku terbangun karena
ponselku berbunyi nyaring. Siapa orang gila yang membangunkanku sepagi ini.
“Yeoboseo.” Sapaku dengan suara
serak.
“Jira-ya.” Sebuah suara yang sedikit
familiar terdengar diseberang sana.
“Ne, siapa ya?”
“Ryeowook.”
“Ah, Wookie Oppa, ada apa?”
“Kyuhyun, sesuatu yang buruk sudah
menimpanya.”
“Eh? Maksudmu apa?”
“Kyuhyun ditemukan pingsan bersimbah
darah pagi ini didekat Kona Beans, dia sepertinya habis dipukuli orang.”
“Mwo!” aku terlonjak bangun dari
tempat tidurku.
“Kamu jangan bercanda Oppa.”
“Aku tidak sedang bercanda, dia
masih belum sadarkan diri, sekarang dia masih ada dirumah sakit.”
“Baik aku kesana sekarang.”
Aku bangkit dari tempat tidur,
mencuci mukaku dan mengganti piyamaku. Aku meminta tolong kepada supirku untuk
mengantarkanku. Appa bertanya heran saat melihatku pergi pagi-pagi, tapi aku
hanya bilang bahwa temanku kecelakaan dan harus segera aku tengok.
“Jangan lupa nanti malam ada pesta
yang diadakan keluarga Lee.” Kata Appa padaku.
“Ne, aku akan kembali sebelum
siang.”
Aku menyuruh supirku untuk membawa
mobil kami dengan kencang. Aku benar-benar khawatir sekarang. Bagaimana bisa
Kyuhyun dipukuli orang? Siapa yang menaruh dendam padanya? Jangan-jangan… tidak
mungkin, Donghae tidak mungkin melakukan itu.
20 menit kemudian aku sampai di
rumah sakit. Aku langsung berlari menuju ruang perawatan Kyuhyun yang sempat
Ryeowook beri tahu lewat sms.
“Bagaimana keadaannya?” tanyaku pada
Ryeowook yang menunggu diluar ruangan, sepertinya dia menungguku.
“Kau lihat saja sendiri didalam.”
Aku masuk ke dalam kamar rawat
Kyuhyun. Kulihat dia berbaring diam di ranjang. Kepalanya dibalut perban,
disampingnya Sungmin duduk menjaganya.
“Bagaimana keadaannya?”
“Gegar otak ringan. Kepalanya
dipukuli dengan tongkat” Kata Sungmin.
“Siapa yang melakukan ini?”
“Entahlah aku tidak tahu. Jira-ya,
apakah laki-laki kemarin tunanganmu?”
“Ne, memangnya kenapa?”
“Sebenarnya kemarin.”
***
Author’s
pov
Flashback
Setelah
Jira bangkit dari kursinya dan pergi ke toilet, Donghae menghentikan langkah
Sungmin yang sedang mengantarkan makanan.
“Tunggu
sebentar, aku mau bertanya.”
“Ne, ada
yang bisa saya bantu tuan.”
“Kau tahu
yeoja yang duduk bersamaku?”
“Ne, Kim
Jira, memang ada apa tuan?”
“Dia
pernah kesini?”
“Tentu
saja, dia sering disini, bahkan dia dekat sekali dengan Kyuhyun.”
“Kyuhyun?
“
“Pemilik
café ini, yang berdiri di kasir itu.”
“Baiklah
kalau begitu, gamsahamnida.”
“Ne,”
Sungmin
pergi menjauh dari Donghae. Donghae menatap Kyuhyun diam-diam dan melihatnya
masuk ke dalam toilet wanita. Hatinya bergemuruh menahan amarah, dia tahu ada
yang tidak beres dengan sikap Jira sejak dia pulang kemarin.
***
Jira’s pov
“Mianhae Jira-ya. Aku benar-benar
tidak tahu kalau dia tunanganmu. Mianhae aku tidak bisa menjaga rahasia.”
Sungmin berkali-kali meminta maaf sambil menggenggam tanganku.
Jadi benar Donghae yang
melakukannya, dia sudah tahu semuanya.
“Jira.” Kyuhyun memanggil namaku.
“Kyuhyun? Kau sudah sadar?” aku
menghampiri Kyuhyun dan menggenggam tangannya.
“Hm”
“Apa yang kau rasakan? Sakit?
Dimana?” tanyaku
Kyuhyun hanya menunjuk dadanya.
“Dadamu sakit? Dadamu juga
dipukuli?” dia menggeleng dan menatapku dengan sedih.
“Ani, hatiku sakit.”
“Wae?”
“Melihatmu bersama Lee Donghae
kemarin.”
“Kenapa kau harus merasa sakit? Aku
bukan kekasihmu, kita hanya berteman.”
“Saranghae Kim Jira.”
Aku lepaskan genggaman tangannya.
“Kau tidak mencintaiku Kyuhyun, yang
kau cintai Haneul, dan asal kau tahu aku dan Haneul adalah orang yang berbeda
walau jantung kita sama.”
“Ani, aku tahu siapa yang aku
cintai. Aku mencintaimu dan itu bukan karena jantung Haneul.”
“Cukup Kyuhyun, hajiman, mianhae,
aku sudah memiliki calon suami. Aku rasa keadaanmu sudah membaik, sudah saatnya
aku pulang.”
Aku berjalan keluar dari ruang
rawat.
“Jira, jangan pergi.” Kudengar
Kyuhyun memanggilku tapi aku mengacuhkannya.
Diluar ruangan Ryeowook mengahadangku.
“Dia tidak bohong Jira-ya, dan aku
mohon kau juga jangan membohongi dirimu sendiri.” katanya
Aku hanya tersenyum padanya lalu
segera berlalu dari hadapn Ryeowook.
***
Author’s
pov
Flashback
sehari sebelumnya.
Kyuhyun
tampak berdiri dihadapan sebuah makam. Pada nisan makam itu tertulis nama Kang
Haneul.
“Apa yag
harus aku lakukan Haneul?” Gumamnya.
“Apa benar
aku mencintainya? Atau itu hanya karena jantungmu ada padanya?”
“Aku
bingung Haneul, jika memang aku tulus mencintainya, aku takut kau marah
padaku.”
Kyuhyun
menunduk dan meneteskan air matanya.
“Aku tidak
ingin melupakanmu Haneul, namun perasaan itu tumbuh begitu saja, tolong maafkan
aku.”
“Tolong
beri aku jawaban Haneul, beri aku petunjuk atas apa yang harus aku lakukan.”
Kyuhyun
meletakan setangkai mawar merah didekat nisan Haneul.
“Mawar ini
melambangkan kisah cinta kita, jika memang menurutmu aku mencintainya dengan
tulus, kau buat kelopak bunganya menjadi gugur.”
Kyuhyun
berjalan mundur sedikit menjauh dari nisan Haneul. dia terus menatap mawar itu.
Sebuah angin bertiup sedikit kencang dari arah samping tubuh Kyuhyun menerpa
mawar itu dan membuat semua kelopaknya gugur.
“Terimakasih
sudah memberiku jawaban. Aku tidak akan pernah melupakanmu, aku akan hidup bahagia
disini, agar kau juga bahagia disana. Saranghae Haneul.”
Kyuhyun
berjalan menjauhi makam. Dia sudah memantapkan hatinya sekarang. Jira lah
pilihan hatinya, dan dia akan terus memperjuangkan cintanya itu.
***
Jira’s pov
Aku dan Donghae sedang dalam
perjalanan menuju tempat pesta keluarganya diadakan. Sepanjang perjalanan dia
tidak berkata sepatah katapun. Aku juga hanya diam membisu, aku memikirkan
keadaan Kyuhyun sekarang.
Saat kami sampai disana, kedua orang
tua Donghae menyambut kami. Appa sudah berada disana, beliau memang berangkat
lebih dulu sendiri. kami duduk bersama mengelilingi meja bundar. Tiba-tiba
Donghae berbisik padaku, dia berpamitan ke toilet.
5 menit kemudian tiba-tiba seluruh
lampu ruangan itu mati dan membuat banyak orang bergumam panic.
“Sekarang kami tempilkan persembahan
special dari putra semata wayang pengusaha Lee, Lee Donghae.”
Sinar lampu sorot menerpa tubuh
Donghae, dia duduk didepan sebuah piano. Denting piano mulai terdengar indah
saat jari Donghae memainkannya. Dia memainkan sebuah lagu berjudul Lost Your
Love
If I
should lose your love girl
Shame on
me
I was just
too stubborn
Too blind
to see
That I
would lose your love, girl
Just tell
me how to get you back
Cause I
could never lose your love
Don't wanna lose your love
I remember
the moment I first looked in your eyes
And seen
nothin looking back at me
It was
then I realized
that even
though you were there
Your heart
was long gone
An I knew
right then how lost I'd be
Before you move on
Before its
final, before you close the door
I am
asking you, please can we try this once more
Just hold
me tight, don't ever let go
And if
never comes around I want you to know
I want
you, I need you, can't lose you tonight
I won't do
nothing to lose you
I won't
lose this fight
I'm going to make it right
Tepuk tangan menggema diseluruh
ruangan saat dia selesai menyanyi. Aku hanya diam tidak bergerak. Aku tahu lagu
itu adalah sindiran untukku yang telah mengkhianatinya.
“Kenapa dia menyanyikan lagu
menyedihkan seperti itu?” Nyonya Lee berkata padaku.
Aku hanya tersenyum kecil padanya.
Saat Donghae kembali duduk
disebelahku Tuan Lee berjalan ke arah panggung.
“Tuan-tuan dan nyonya-nyonya saya
berdiri disini akan menyampaikan sebuah berita yang sangat menggembirakan bagi
kami semua. Aku dan Tuan Kim sepakat akan mempercepat pernikahan kedua anak
kami Lee Donghae dan Kim Jira 2 minggu yang akan datang.”
Mwo? Aku akan menikah dengan Donghae
2 minggu lagi. badanku lemas seketika saat kudengar ucapan Tuan Lee. Waktuku
untuk bersama Kyuhyun tinggal 2 minggu. Aniyo, apa yang harus aku lakukan
sekarang.
Donghae menggenggam tanganku dan
mengajakku berdiri. Semua orang diruangan itu bertepuk tangan untuk kami.
Kepalaku terasa pening. Dadaku juga terasa nyeri, nyeri yang sama seperti dulu.
Aku memegang dadaku, rasa nyerinya menjadi semakin hebat. Nafaskupun semakin
sesak. Aku memegang lengan Donghae dengan erat.
“Jira gwenchana?” tanyanya padaku.
Aku terbatuk, darah segar keluar
dari mulutku. Tubuhku semakin lemas, nyeri di dadaku semakin tidak bisa aku
tahan. Pandangan mataku semakin kabur, dan pada saat aku jatuh ke tanah,
semuanya terasa gelap.
***
Aku sedikit membuka mataku, seberkas
sinar menyilaukan menerpa mataku. Pandanganku masih sedikit kabur, yang bisa aku
lihat hanya ruangan disekelilingku ini serba putih. Aku juga merasakan selang
oksigen terpasang di hidungku. Rasa sakit didadaku sudah tidak terasa lagi,
tapi aku rasa aku akan sulit bernafas jika oksigen ini dilepas.
“Transplantasi jantungnya gagal.
Ternyata tubuh Jira menolak jantung itu. Harus segera dilakukan pengangkatan
dan transplantasi baru.” Kudengar suara dokter didekatku.
“Lakukanlah secepatnya.” Sekarang
suara Donghae yang terdengar.
Jantungku akan diambil, jantung dari
haneul ini. aniyo, ini tidak boleh terjadi.
“An.. ni..yo..” ucapku terbata.
“Jira-ya, kau sudah sadar?.” Donghae
menggenggam tangaku.
“Jangan ambil jantungku, aku mohon.”
“Tapi jantung itu bisa membahayakan
nyawamu.”
“Aku tidak ingin kehilangan
perasaanku pada Kyuhyun. Mianhae Oppa, aku mencintai Kyuhyun.”
“Kau pasti sedang bercanda Jira.
Pernikahan kita tinggal 2 minggu lagi.”
“Aku benar-benar mencintai Kyuhyun,
Oppa, aku tahu aku bersalah, mianhae.” Air mataku mengalir deras, nafasku masih
sering tersengal-sengal.
“Kau akan segera menjalani
pengangkatan jantung dan transplantasi yang baru, itu sudah jadi keputusanku
dan Appa mu.”
Donghae Oppa bergegas keluar dari
ruang rawatku dan meninggalkanku sendiri. aku hanya bisa menangis keras. Aku
tidak ingin jantung Haneul diambil. Jantung yang mempertemukanku dengan
Kyuhyun, jantung yang membuatku mencintai Kyuhyun. Haneul tolong aku.
***
Donghae’s
pov
“Annyeonghaseo.” Sapaku pada seorang
pelayan kurus dan beranbut pendek merah yang baru saja mengantarkan pesanan ke
meja di bagian luar Kona Beans. Dia menatapku sejenak.
“Annyeonghaseo, ada yang bisa saya
bantu.” Ucapnya.
“Bisa saya bertemu dengan Kyuhyun?”
“Hmm, dia ada didalam.” Katanya
ragu.
Aku masuk kedalam Kona Beans dan
menghampiri Kyuhyun yang sedang duduk di belakang mesin kasir. Kepalanya masih
tampak dibalut.
“Annyeonghaseo Kyuhyun.”
“Kau? Mau apa lagi kau kemari?”
bentaknya.
“Bisa kita bicara sebentar? Empat
mata. Mengenai Kim Jira, perempuan yang kita berdua cintai.”
Dia memandangku lekat sebelum
akhirnya menyuruhku duduk disalah satu sudut café.
“Ada apa?” tanyanya saat kami berdua
sudah duduk saling berhadapan.
“Jira koma sekarang.”
“Mwo? Bagaimana bisa?”
“Transplantasi jantungnya gagal,
tubuhnya menolak jantung itu.”
Kyuhyun hanya terdiam terkejut
mendengar ucapanku.
“Mianhae atas perlakuanku padamu
tempo hari sehingga kepalamu terluka seperti itu. Aku harap kau mengerti
perasaanku saat itu. Aku sangat takut kehilangan Jira, makanya aku berusaha
menjauhkanmu darinya.”
Kyuhyun masih diam, sepertinya dia
sedang memikirkan sesuatu.
“Dan ada satu hal lagi yang harus
kau tahu. Kemarin aku melihat arsip rumah sakit tentang pendonor jantung Jira.
Aku mengenali foto yang ada disana, dia adalah yeoja yang aku tabrak dulu. Akulah
yang menabarak kekasihmu dulu.”
“Mwo? Kau..” Dia membelalakan
matanya padaku. Dari pandangan matanya aku tahu dia sangat murka.
“Mianhae, waktu itu aku terburu-buru
dan panik mendengar Jira masuk rumah sakit jadi aku kurang berhati-hati
mengendarai mobilku.”
“Kau..”
Buuukk. Kurasakan hantaman kepalan
tangannya mendarat dipipiku.
“Kyuhyun. Sudah!” Pelayan yang tadi
aku temui memeluk Kyuhyun dari belakang berusaha menjauhkannya dariku dan
menahan agar dia tidak kembali memukulku.
“Lepaskan aku Wookie-ya. Aku mau
menghajarnya, dia sudah membuat Haneul meniggal.”
“Kau bisa pukuli aku sampai mati,
tapi itu tidak akan menyelesaikan masalah. Jira membutuhkanmu. Nyawanya diujung
tanduk. Mungkin sekarang sudah saatnya aku melepaskannya untukmu.”
Kyuhyun jatuh terduduk ke kursi.
Nafasnya masih memburu menahan emosi.
“Dimana dia sekarang?”
“Dirumah sakit.”
“Kita kesana sekarang.”
Kyuhyun bangkit dan menghampiri
beberapa temannya di dekat kasir, sedangkan aku menunggunya di mobil. Beberapa saat
kemudian dia mendatangiku dan masuk kedalam mobil.
***
Kyuhyun’s
pov
Aku lihat tubuhnya terbaring lemah.
Selang oksigen terpasang membantunya bernafas. Wajahnya pucat. Aku duduk
dikursi disebelahnya dan menggenggam tangannya.
“Jira-ya, kau bisa dengar aku? Kau
harus bangun, aku membutuhkanmu disini. Kau pasti bisa menerima jantung Haneul.
aku mohon kau buka matamu.” Aku tidak bisa menahan air mataku lagi. aku tidak
ingin kehilangan orang yang aku cintai untuk kedua kalinya.
Haneul aku mohon padamu selamatkan
Jira, aku mohon buat tubuh Jira menerima jantungmu. Doaku dalam hati.
“Kyuhyun” Kudengar Jira bergumam.
“Jira-ya kau sudah bangun?” tanyaku.
“Kyu, kaukah itu?”
“Ne, kau bisa buka matamu? Kau bisa
melihatku?”
“Hm, samar-samar.”
“Sebentar aku panggilkan dokter.”
Aku pergi keluar ruangan. Didepan pintu aku bertemu dengan Donghae.
“Dia sudah sadar, aku panggilkan
dokter dan kau jaga dia” kataku padanya.
“Ne.” Donghae masuk ke dalam ruangan
tempat Jira dirawat, sedangkan aku berlari kearah meja perawat untuk memanggil
dokter.
***
Jira’s pov
“Donghae Oppa?” tanyaku saat kulihat
Donghae masuk kedalam kamarku.
“Syukurlah kau sudah sadar. Apakah
dadamu masih sakit? Nafasmu masih sesak?”
Aku menggelengkan kepalaku.
“Ani, aku tidak merasakn sakit lagi,
dan nafasku juga sudah tidak terasa sesak.”
“Ternyata keputusanku benar.”
Donghae menggenggam tanganku dan menciumnya.
“Oppa? Oppa tidak mengambil
jantungku kan?” tanyaku sambil menatap tajam matanya.
“Ah, ani. Kau belum sempat menjalani
operasi. Ternyata memang benar hanya Kyuhyun yang mampu membuatmu sembuh.”
Ucapnya dengan senyum tersunggih diwajah tampannya, tapi anehnya aku menemukan
raut kesedihan disana.
“Kyuhyun? Mianhae Oppa, aku.. aku
sudah..”
“Diamlah, kau tidak usah
memikirkanku, yang penting kau selamat dan aku masih melihatmu tersenyum.”
“Oppa.” Aku memeluk tubuh Donghae
erat-erat dan menangis di bahunya. Aku benar-benar merasa bersalah padanya.
Suara pintu terbuka membuatku reflex
melepaskan pelukanku pada Donghae. Kulihat Kyuhyun masuk bersama beberapa
Dokter dan perawat.
Dokter-dokter itu sibuk dengan
berbagai peralatannya untuk memeriksa keadaanku. Sedangkan Kyuhyun dan Donghae
menunggu di luar. Setelah 30 menit berselang Donghae dan Kyuhyun masuk kembali
bersama-sama.
“Kami masih harus melakukan beberapa
observasi lagi, tapi dari hasil sementara saat ini benar-benar membuat kami
terkejut. Jantung hasil transplantasi itu bekerja dengan baik. Nona Kim masih
harus dirawat sampai beberapa hari kedepan.” Kata Dokter itu.
“Terima kasih Dokter.” Donghae dan
Kyuhyun bergantian menjabat tangan dokter itu.
***
“Kau pakai ini.” Donghae memasangkan
sebuah kain untuk menutupi mataku.
“Ya! Oppa, kau mau bermain petak
umpet denganku.”
“Hahaha. Kau diam saja dan ikuti
perintahku.”
“Lalu bagaimana aku bisa berjalan
kalau mataku kau tutup?” ucapku. Wajahku camberut karena Donghae bermain
rahasia denganku. Hari ini aku diijinkan pulang dari rumah sakit, dan hari ini
pula bertepatan dengan hari rencana pernikahanku dengan Oppa. Tentu saja Appa
membatalkan rencana itu karena kondisiku yang tidak sehat.
“Kau tidak akan berjalan.” Kata
Donghae. Dia mengangkat tubuhku kedalam gendongannya.
“Oppa! Kau sudah gila! Hentikan
permainanmu.”
Donghae hanya tertawa terbahak-bahak
dan terus berjalan keluar dari rumah sakit sambil menggendongku.
“Awas kepalamu.” Ucapnya saat
memasukanku kedalam mobil. “Jangan kau buka penutup matanya.” Donghae
memasangkan sabuk pengaman ke dalam tubuhku.
Kemana sebenarnya dia akan membawaku
pergi? Sepanjang perjalanan Donghae Oppa tidak berbicara sepatah katapun, aku
juga diam membisu.
“Kita sampai.” Ucap Donghae. Dia
membuka sabuk pengamanku. Dia turun dari mobil dan membukakan pintu mobil
untukku. Dia menggandeng tanganku dan membimbingku berjalan.
“Sekarang kau boleh membuka penutup
matamu.” Ucapnya.
Aku membuka penutup mataku. Dan..
“Surprise.” Semua orang berteriak
kepadaku.
Didepanku tampak ada Appa, Ryeowook,
Sungmin dan semua karyawan Kona Beans. Aku menoleh ke arah Donghae.
“Kona Beans?” tanyaku.
Donghae hanya mengangguk. dia lalu
menyuruhku melihat ke arah depan.
Kulihat Kyuhyun berdiri dengan
membawa sebuah buket bunga mawar merah besar. Dia berjalan mendekatiku lalu
berlutut didepanku.
“Saranghae Kim Jira, maukah kau
mendampingiku selamanya? Menjadi satu-satunya kekasihku, satu-satunya istriku,
dan satu-satunya ibu dari anak-anakku?” ucapnya.
Aku menoleh kepada Donghae,
bagaimanapun juga dia masih menjadi tunanganku sampai saat ini. Donghae belum
pernah sekalipun mengatakan kata berpisah padaku.
Donghae mengangguk sambil tersenyum
dengan senyaum khasnya yang membuat hatiku menjadi lega. Sekarang dia sudah
bisa merelakanku untuk menjadi milik Kyuhyun.
Aku menatap Kyuhyun lekat-lekat dan
mengangguk dengan perlahan. Bersamaan dengan anggukan kepalaku seluruh orang di
café itu bertepuk tangan dan menyiuli kami berdua.
Kyuhyun bangkit dari posisi
berlututnya dan memelukku dengan erat.
“Aku mencintaimu Jira, mulai saat
ini dan seterusnya aku yang akan menjagamu.” Bisiknya di telingaku.
Aku tidak bisa menahan air mata
kebahagianku yang mulai mengalir dipipiku. Gamsahamnida Haneul, karena
jantungmu aku mencintai Kyuhyun, Gamsahamnida Kona Beans karena mu aku mengenal
Kyuhyun.
---END---
Tidak ada komentar:
Posting Komentar