Minggu, 01 April 2012

KONA BEANS (bagian 2)


KONA BEANS (bagian 2)
·
Jira’s pov

Semalam Kyuhyun menghubungiku dan menanyakan keadaanku, mendengar suaranya rasa takut kehilangannya didalam diriku semakin menjadi besar, aku sebenarnya bingung dengan apa yang aku rasakan saat ini. siapa yang sebenarnya takut kehilangan Kyuhyun, aku atau jantung milik Haneul ini?

Aku sudah berdiri didepan rumah dan menunggu Kyuhyun seperti biasanya. Hari ini aku memberanikan diri untuk kembali masuk ke bekerja di Kona Beans, tadi pagi-pagi sekali Kyuhyun menghubungiku dan bertanya apa aku masuk kerja hari ini atau mau beristirahat lebih lama dulu.

“Hai, kau sudah sehat?” tanya Kyuhyun saat dia sudah sampai dihadapanku.

“Ne sudah.”

“Ayo masuk, cuaca hari ini sangat indah, aku akan membawamu kesuatu tempat.”

“Jadi hari ini aku kembali bolos kerja?” kataku sambil masuk kedalam mobilnya.

“Tidak apa-apa. Lagipula hari ini café tutup.”

“Eh? Wae?”

“Tidak apa-apa, aku ingin memberikan satu hari special untuk semua karyawanku, jadi mereka semua aku liburkan.” Katanya sambil memutar kunci mobil dan menyalakan mesin mobilnya.

Sepanjang jalan Kyuhyun bercerita bagaimana semua karyawan Kona Beans tampak kesepian karena tidak ada aku. Mereka bahkan sampai menempelkan fotoku pada dinding dibelakang mesin kasir, sehingga mereka merasa aku berada disana. Aku hanya tertawa mendengar ceritanya.

Lama kami berada dijalan sampa-sampai aku tertidur. Aku bangun saat Kyuhyun menepuk bahuku lembut dan berkata kalau kita sudah sampai.

“Kita dimana?” tanyaku pada Kyuhyun. Aku memandang sekelilingku, banyak pohon besar berdaun orange tumbuh disitu. Didekat kami tampak sebuah jalur sepeda kecil yang menuju ke arah dalam hutan.

“Disebuah tempat yang indah. Kalau kita mengikuti jalur itu kita akan sampai disebuah danau.” Katanya sambil membuka pintu mobil dan turun dari mobil. Kyuhyun lalu membukakan pintu mobil disebelahku.

“Kita jalan kaki? Sepertinya danaunya masih jauh.” Kataku sambil menatap jalan kecil itu.

“Bisa patah kaki kita kalau jalan kaki Jira. Kita memakai ini.” Kyuhyun membuka bagasi mobilnya dan mengeluarkan sebuah sepeda lipat 26” Dahon Cardenza.

“Sepeda? Kok cuma satu?” tanya ku sambil melongok kedalam bagasi mobil Kyuhyun, disana hanya ada sebuah tas pancing besar.

“Memang kenapa kalau satu?”

“Jadi kau naik sepeda dan aku jalan kaki? Owh, hebat sekali.” Ucapku sambil mencibir pada Kyuhyun yang sedang membuka sepeda lipat itu menjadi sepeda normal.

“Tidak, kau duduk di top tube*) ini.” ucapnya sambil menunjuk top tube sepeda

Aku hanya memandang Kyuhyun dengan pandangan ragu. Kyuhyun mengambil tas pancingnya dan menggendongnya di punggung. Dia lalu menaiki sepedanya yang berwarna hitam itu.

“Kau mau memancing disana?”

“Ne, disana tempat memancing yang bagus. Ayo cepat naik.”

Aku masih memandanginya dengan ragu.

“Ayolah Jira. Hari semakin siang.”

Aku lalu duduk di top tube sepeda Kyuhyun. Tangan Kyuhyun yang memegang handle tampak seperti memelukku. Aku sedikit menyandarkan badanku pada dada Kyuhyun dan merasakan debaran jantungnya.

“Menyenangkan bukan mengendarai sepeda seperti ini?” tanya Kyuhyun padaku.

“Heem.”

“Wae? Kau takut?”

“Ani, ani, aku sedang menikmati pemandangan didepan itu, cantik sekali.”

Sebenarnya aku tidak sedang menikmati pemandangan, tetapi sedang berusaha untuk mengatur detak jantungku maksudku detak jantung Haneul, atau detak jantungku? Ah entahlah intinya detak jantung yang aku rasakan ini agar tidak berdebar semakin keras. Kurasakan sebuah sentuhan di puncak kepalaku. Tangan Kyu tidak mungkin menyentuh kepalaku, apa mungkin, Kyuhyun.. Kyuhyun menciumku? Ah apa yang aku pikirkan, mungkin tadi tidak sengaja dia melakukannya. Kami bersepeda hampir 30 menit. Udara di hutan itu sangat sejuk.

“Kita sampai.” Kata Kyuhyun. Dia menghentikan laju sepedanya tepat ditepi danau.

Danau itu sangat indah. Dikelilingi hutan dengan daun berdaun orange, air yang jernih, dan pasir putih. Aku turun dari sepeda dan berjalan sampai ke batas air dan pasir. Aku lepaskan sepatuku dan memasukan kakiku ke air.

“Airnya sejuk Kyu.” Teriakku pada Kyuhyun.

Kyuhyun tampak sedang mempersiapkan alat pancingnya. Aku tidak mempedulikan dia dan terus bermain air.

“Sudah main airnya, nanti kamu sakit. Kita memancing saja sekarang.” Kyuhyun mendekatiku sambil membawa sebuah joran pancing. Aku mencipratinya dengan air danau.

“Ya! Kim Jira! Usil sekali kau. Kau ingat aku ini bos mu di café.”

“Owh. Jadi sekarang kau sudah mulai sombong huh? Kau sudah menganggapku sebagai karyawanmu? Bagus sekali.” Aku menedang air ke arahnya yang menyebabkan bajunya basah.

“Ya! Kau! Berani-beraninya kau!” Kyuhyun melemparkan joran pancingnya ke arah pasir ditepi danau dan berlari menghampiriku.

“Kyaa.. Mau apa kau?” jeritku.

“Kau sudah membuatku basah, maka kau harus basah.” Kyuhyun mencipratkan air padaku.

“Sudah, cukup Kyuhyun!”

“Menyerah juga kau huh?” Kyuhyun menarik tanganku dan merangkul bahuku. “Ayo kita memancing.”

Kami berjalan menuju tepi danau. Kyuhyun mengambil joran pancingnya dan mulai memasang umpan. Dia melemparkan joran kail berisi umpan ke tengah danau lalu menancapkan pangkal jorangnya ke pasir.

“Sekarang kita tunggu sampai ada ikan yang terpancing.”

5 menit kemudian kail pancing Kyuhyun tampak bergerak.

“Kyuhyun, itu bergerak.”

“Wah strike, coba kamu tarik.” Kyuhyun mengambil jorannya dan menyerahkannya padaku.

Aku terus memutar reel untuk menggulur senar pancing sambil sesekali mengangkat joran. Ya tuhan! Ternyata memancing itu susah.

“Be..ra.. rat.” Kataku terbata. Kyuhyun yang berdiri disebelahku hanya tertawa terbahak-bahak. Huh! Memang dia pikir ini lucu?

Tiba-tiba Kyuhyun berdiri dibelakangku dan membantuku mengangkat joran sedangkan aku menggulung reelnya. Jantungku berdetak kencang.

“Ya! Jangan pelan seperti itu menggulungnya. Pakai tenagamu.” Teriak Kyu tepat di telingaku.

“Jangan berteriak ditelingaku, lama-lama aku bisa tuli kalau kau terus begitu.”

Kyuhyun hanya tertawa sambil terus menaik turunkan joran, terkadang dia membantuku menggulung reel. Saat tangannya menyentuhku badanku seperti teraliri listrik.

“Sebentar lagi kita berhasil, gulung lebih cepat Jira.” Ucap Kyuhyun bersemangat sekali.

Beberapa saat kemudia Kyuhyun mengangkat menarik jorannya dan sebuah ikan berukuran besar tergantung diujung pancing.

“Kita berhasil!” teriakku lalu kami saling berhighfive.

“Aku akan bersihkan ikan ini lalu kita bakar. Didalam tas pancing juga ada bekal makanan.”

Aku membuka tas pancingnya dan megeluarkan luch box berwarna silver. Aku buka lunch box itu, ternyata penuh dengan gimbab. Kyuhyun ternyata sudah selesai membersihkan ikan dan sedang menyusun kayu bakar.

“Kau membawa gimbab?”

“Ne, kau pasti lapar.”

Kyuhyun mulai membakar ikan itu diatas api. 20 menit kemudian ikan itu tampak sudah matang. Kami makan ikan bakar itu bersama-sama dengan gimbab. Setelah selesai makan kami bersiap untuk pulang. Entah kenapa saat aku sedang membersihkan bekas api pembakaran kami Kyuhyun menarik tanganku dan menyeretku masuk ke dalam air danau kembali.

“Kau lihat awan itu Jira? Kita tidak bisa melihat awan dengan latar belakang langit yang sangat biru seperti itu di tengah kota Seoul. Sangat indah bukan.”

“Ne, sangat indah.”

“Airnya juga berbeda dengan air di Seoul.”

Kyuhyun memutar badannya hingga menghadapku. Dia menatap mataku lekat . Tatapannya padaku sungguh berbeda dari biasanya. Dia sentuh pipiku, lalu perlahan dia dekatkan wajahnya padaku. Aku rasakan bibirnya yang hangat menempel di bibirku. Dia kecup lembut namun mampu membuatku lemas, membuat jantungku berdebar kencang sekali. Kyuhyun menciumku? Saat itu wajah Donghae Oppa melintas dikepalaku. Aku mendorong tubuh Kyuhyun.

Plaaak. Aku tampar pipi Kyuhyun saat dia sudah berhenti menciumku karena aku dorong tubuhnya.

“Mianhae Jira. Aku.. aku sudah tidak bisa menahannya lagi.” ucapnya sambil menggenggam tanganku.

“Lepaskan aku Kyuhyun. Kenapa kau lakukan itu?” nafasku naik turun tidak beraturan antara menahan emosi dan menyesal karena sudah menampar Kyuhyun.

“Saranghae Kim Jira. Aku mencintaimu.” Ucapnya sambil memegang kedua bahuku.

“Siapa yang kau cintai? Aku? Aku rasa tidak! Yang kau cintai itu Haneul dan jantungnya yang sekarang berdetak didadaku. Kau tidak mencintaiku Cho Kyuhyun.”

Kyuhyun menatapku dengan pandangan terkejut.

“Kau sudah..”

“Ne, aku sudah tahu. Haneul yang mendonorkan jantungnya padaku. Dan karena itu aku merasa familiar dengan Kona Beans, karena itu aku merasa dekat denganmu, dan karena itu pula jantungku selalu berdebar kencang saat didekatmu.”

Kyuhyun tidak berkata apa-apa lagi. dia hanya diam dan menunduk.

“Aku mau pulang.”

“Ha?”

“Antar aku pulang sekarang.”

Aku berjalan mendahului Kyuhyun. Di belakang Kyuhyun terus berteriak memintaku berhenti dan menaiki sepeda bersamanya. Awalnya aku menolak, tapi saat kurasakan dadaku terasa nyeri dan nafasku mulai sesak aku memutuskan untuk menuruti ucapan Kyuhyun.

Kami sampai di Seoul saat hari sudah malam. Sepanjang jalan aku berusaha menyembunyikan tangisku. Tapi tidak bisa, air mataku terus mengalir, untuk menyembunyikannya aku terus memandang ke arah jendela mobil sehingga Kyuhyun tidak bisa melihat air mataku.

Aku bingung, aku senang Kyuhyun berkata bahwa dia mencintaiku, tapi aku juga ragu padanya siapa yang sebenarnya dia cinta? Aku atau jantung Haneul ini? lagipula wajah Donghae Oppa terus berkelebat di otakku. Aku menikmati ciumannya tadi, sekaligus merasa bersalah pada Donghae.

“Gamsahamnida sudah menemaniku selama ini. dan mulai besok aku tidak akan bekerja di cafemu lagi. mianhae sudah menamparmu tadi.” Kataku. Aku segera keluar dari mobil dan masuk ke dalam rumah.

“Jira.” Kudengar Kyuhyun memanggilku. Tapi aku mengacuhkannya.

***
Aku masuk ke dalam rumah dan sesorang menyambutku di ruang keluarga.

“Jira-ya, bogoshipoyo.” Donghae segera memelukku saat melihat kemunculanku dipintu depan.

“Oppa. Kau..”

“Aku sudah pulang. Kebetulan aku bisa menyelesaikan pekerjaan lebih cepat, dan Appaku mengerti bahwa aku sudah sangat merindukanmu.” Donghae memelukku erat-erat.

“Kenapa kau tidak memberitahuku?”

“Surprise.”

Aku memeluk Donghae erat berharap aku bisa menghilangkan kesedihanku atas kejadian bersama Kyuhyun tadi, namun rasanya berbeda dengan dulu. Aku tidak merasakan lagi kehangatan pelukan Oppa.

“Jira-ya, gwenchana?” tanyanya padaku.

“Ne Oppa. Aku hanya sedikit capek.”

“Kau darimana?”

“Bersepeda bersama Hyena.”

“Kau kan belum terlalu pulih, kau tidak boleh melakukan hal berat seperti bersepeda terlebih dahulu.”

“Mianhae.”

Kudengar dia meghela nafas berat. “Kau sudah makan?”

Aku menggeleng.

“Kebetulan aku membawakanmu jajangmyeon, kau mandi dulu, setelah itu kita makan bersama.”

“Baiklah Oppa.”

Aku masuk kedalam kamarku dan mulai mandi. Di kamar mandi aku menumpahkan segala kesedihanku. Aku menangis, mengeluarkan semua persedian air mataku. Kenapa rasanya begini sakit? Kyuhyun baru aku kenal 6 bulan ini, tetapi kenapa rasa sakit saat berpisah dengannya begini hebat? Apakah jika aku berpisah dengan Donghae Oppa akan sesakit ini?

“Jira-ya? Apa kau sudah selesai mandi?” suara Donghae mengetuk pintu kamarku membuatku tersadar dari tangisku.

“Ne Oppa sebentar lagi.” jawabku. Aku bergegas mandi. Setelah berdandan sedikit untuk menyamarkan mata sembabku aku keluar dari kamar dan mendekati Donghae yang sudah duduk diberanda.

“Oppa bogoshipoyo.” Aku menghambur ke pelukan Donghae.

“Aku juga merindukanmu. Sekarang kau makan dulu.” Donghae menyuapiku jajangmyeon. Bagaimana bisa aku tega mengkhianati Donghae Oppa yang begitu menyayangiku.

Setelah makan aku menyandarkan kepalaku ke dada Donghae.

“Gwenchana?” tanyanya.

“Hehm.. aku Cuma lelah.”

“Kalau begitu saatnya tidur.” Donghae mengangkat tubuhku dan menggendongku ke kamar. Donghae meletakanku di atas ranjang, memasangkan selimut dan menyecup bibirku lembut.

“Selamat tidur, jaljayo.”

Aku menutup mataku dan berharap aku bisa melupakan semua yang terjadi antara aku dan Kyuhyun.

***
Hari ini Donghae mengajakku berkeliling Seoul. Katanya dia merindukan kota ini. Kami pergi ke berbagai tempat. Tapi aku sama sekai tidak merasa senang. Pikiranku melayang-layang kepada Kyuhyun. Aku tidak bisa melupakannya.

“Kau lapar Jira?” tanya Donghae padaku.

“Ne, Oppa juga pasti sudah lapar.”

“Aku mendengar didekat sini ada sebuah café yang makanannya enak.”

“Oh ya? Dimana?”

“Kalau tidak salah.. ah itu tempatnya.” Donghae menghentikan mobilnya tepat di sebuah café, café yan sangat familiar untukku.

“Katanya di Kona Beans ini makanannya enak.”

Aku diam membisu tanpa menatap wajah Donghae. Kenapa dia mengajakku kesini? Dia dengar darimana café ini masakannya enak?

“Kau sudah pernah kesini sebelumnya?”

Aku hanya menggeleng.

“Ayo kita masuk.” Donghae menggandeng tanganku masuk ke dalam Kona Beans. Ryeowook tampak berdiri di dekat pintu. Kulihat wajahnya menganga kaget melihatku masuk bersama Donghae. Aku hanya melemparkan sedikit senyum padanya. Kulihat Kyuhyun berdiri di belakang mesin kasir sambil menatapku tajam.

Donghae memilih sebuah meja disudut ruangan. Dia mengangkat tangannya tanda memanggil pelayan. Siapa yang akan datang? Sungminkah? Ryeowook kah? Aku berharap Ryeowook yang datang, Sungmin terkadang tidak bisa menjaga rahasia, bisa-bisa Donghae tahu aku pernah bekerja disini.

“Anda mau pesan apa tuan?” kudengar suara Kyuhyun dari arah sampingku. Aku menoleh padanya dan melihat Kyuhyun sudah berada di sebelahku.

“Aku pesan chiken doritang, dan air putih saja. Kau mau pesan apa jagiya?”

“Aku? Hmm.. aku pesan..”

“Bulgogi, cheese cake dan espresso.” Kyuhyun memotong ucapanku.

Aku menoleh dan menatap Kyuhyun dengan kaget. Kenapa dia harus berkata seperti itu, Donghae bisa curiga.

“Ne, itu, aku memesan itu.”

“Baiklah, tunggu sebentar, pesanan anda segera diantar.” Kyuhyun pergi menjauhi kami.

“Kenapa dia bisa tahu pesananmu?” Donghae bertanya padaku dengan wajah mengernyit heran.

“Mollaso. Mungkin itu makanan special disini.”

“Kau yakin belum pernah kesini?”

“Ne.”

15 menit kemudian Kyuhyun kembali menghampiri kami lagi sambil membawa makanan pesanan kami. Kami sempat saling bertatapan untuk beberapa saat sampai aku membuang muka. Aku tidak bisa makan dengan tenang. Kyuhyun terus mengawasiku, begitu juga Donghae, dia berkali-kali menatapku. Ya tuhan! Bagaimana bisa aku berada di keadaan seperti ini?

“Aku permisi ke toilet dulu Oppa.” Kataku pada Donghae. Dia hanya mengangguk kecil sambil terus melahap makanannya.

Aku bergegas masuk kedalam toilet wanita. Didalam toilet aku mencoba mengatur nafasku yang mejadi sedikit sesak didepan kaca. Ya tuhan! Beri aku kekuatan. Yang aku cintai hanya Lee Donghae, Kyuhyun tidak pernah mencintaiku, dia hanya mencintai Haenul, dia seperti itu karena jantung Haneul ada padaku, sadarlah Jira. Aku menepuk-nepuk pipiku dan menarik nafas dalam-dalam.

“Siapa dia?” sebuah suara berat dan dalam terdengar dari belakangku membuatku sedikit terlonjak kaget.

“Kyuhyun? Sedang apa kau disini? Ini toilet wanita.”  Aku menoleh padanya dan melihatnya sedang menatapku dengan pandangan garang.

“Siapa dia? Siapa laki-laki itu?”

“Dia, dia, Lee Donghae, tunanganku, calon suamiku.” Aku menunduk tidak berani menatapnya. Kenapa aku jadi merasa takut seperti ini?

“Jadi dia sudah kembali?”

“Iya memang kenapa? Ada masalah?” aku menatap matanya mencoba menyembunyikan ketakutanku.

“Aniyo.” Ucapnya. Kudengar dia menghela nafas panjang lalu berbalik keluar dari toilet sambil membanting pintunya.

Aku hanya menghela nafas melihat tingkahnya itu. Aku keluar dari toilet dan langsung mengajak Donghae pulang. Di depan kasir Donghae terus menggenggam tanganku sedangkan aku bersembunyi dari tatapan Kyuhyun di belakang tubuh Donghae. Kulihat Ryeowook menatapku dengan sedih. Astaga, aku benar-benar ingin cepat keluar adri sini.

***
Kami sampai dirumah saat malam sudah tiba. Donghae langsung menuju beranda, sedangkan aku masuk ke kamar untuk berganti baju lalu ke dapur membuatkan Donghae minuman.

“Jira-ya,” Donghae memanggilku saat aku sedang menyajikan air minum didepannya.

“Hm.” Aku duduk disebelahnya dan menyenderkan kepalaku di bahunya.

“Kenapa aku masih memikirkan si penjaga kasir di café kona beans tadi ya?”

“Maksudmu?”

“Dia bisa tahu makanan apa yang kau pesan, lalu tatapan matanya padamu saat kita membayar. Kau benar-benar belum pernah kesana dan bertemu dengannya kan?”

Ya Tuhan! Aku harus menjawab apa?

“Aniyo, jagiya, apa kau tidak percaya padaku?”

“Aku percaya padamu, hanya aku takut kehilanganmu.” Dia memelukku erat.

Hatiku sakit mendengarnya berkata seperti itu. Aku sudah mengkhianatinya. Bagaimanpun juga aku akui aku menikmati sejenak ciuman Kyuhyun kemarin, dan pikirankupun tidak bisa lari dari Kyuhyun. Aku sudah tidak merasakan kehangatan ketika berada disamping Donghae, hatiku sudah berpaling, mianhae Oppa.

Donghae mendekatkan wajahnya padaku dan mencium bibirku lembut. Aku hanya diam dengan kaku, sama sekali tidak bisa menikmati ciumannya. Pikiranku malah melayang mengingat ciuman Kyuhyun kemarin.

“Gwenchana jagiya?” Donghae melepaskan ciumannya dan menatap mataku.

“Ne,”

“Kenapa kau tidak membalas ciumanku? Hari ini kau aneh sekali, tidak bahkan dari kemarin. Apakah ada yang salah?”

“Aniyo Oppa, Cuma aku memang sedang tidak enak badan dari kemarin.”

“Kalau begitu, aku pulang saja sekarang, dan kau istirahat.” Donghae bangkit dari duduknya.

“Ne, hati-hati dijalan.”
“Besok Appa akan mengadakan pesta, aku jemput kau jam 7 ya.”

“Ne,”

Donghae pergi meninggalkanku yang masih duduk diberanda. Perasaanku kacau sekarang. Aku benar-benar mencintai Kyuhyun, bukan karena jantung Haneul, ini benar-benar perasaanku yang sebenarnya.

***
Pagi-pagi aku terbangun karena ponselku berbunyi nyaring. Siapa orang gila yang membangunkanku sepagi ini.

“Yeoboseo.” Sapaku dengan suara serak.

“Jira-ya.” Sebuah suara yang sedikit familiar terdengar diseberang sana.

“Ne, siapa ya?”

“Ryeowook.”

“Ah, Wookie Oppa, ada apa?”

“Kyuhyun, sesuatu yang buruk sudah menimpanya.”

“Eh? Maksudmu apa?”

“Kyuhyun ditemukan pingsan bersimbah darah pagi ini didekat Kona Beans, dia sepertinya habis dipukuli orang.”

“Mwo!” aku terlonjak bangun dari tempat tidurku.

“Kamu jangan bercanda Oppa.”

“Aku tidak sedang bercanda, dia masih belum sadarkan diri, sekarang dia masih ada dirumah sakit.”

“Baik aku kesana sekarang.”

Aku bangkit dari tempat tidur, mencuci mukaku dan mengganti piyamaku. Aku meminta tolong kepada supirku untuk mengantarkanku. Appa bertanya heran saat melihatku pergi pagi-pagi, tapi aku hanya bilang bahwa temanku kecelakaan dan harus segera aku tengok.

“Jangan lupa nanti malam ada pesta yang diadakan keluarga Lee.” Kata Appa padaku.

“Ne, aku akan kembali sebelum siang.”

Aku menyuruh supirku untuk membawa mobil kami dengan kencang. Aku benar-benar khawatir sekarang. Bagaimana bisa Kyuhyun dipukuli orang? Siapa yang menaruh dendam padanya? Jangan-jangan… tidak mungkin, Donghae tidak mungkin melakukan itu.

20 menit kemudian aku sampai di rumah sakit. Aku langsung berlari menuju ruang perawatan Kyuhyun yang sempat Ryeowook beri tahu lewat sms.

“Bagaimana keadaannya?” tanyaku pada Ryeowook yang menunggu diluar ruangan, sepertinya dia menungguku.

“Kau lihat saja sendiri didalam.”

Aku masuk ke dalam kamar rawat Kyuhyun. Kulihat dia berbaring diam di ranjang. Kepalanya dibalut perban, disampingnya Sungmin duduk menjaganya.

“Bagaimana keadaannya?”

“Gegar otak ringan. Kepalanya dipukuli dengan tongkat” Kata Sungmin.

“Siapa yang melakukan ini?”

“Entahlah aku tidak tahu. Jira-ya, apakah laki-laki kemarin tunanganmu?”

“Ne, memangnya kenapa?”

“Sebenarnya kemarin.”

***
Author’s pov

Flashback

Setelah Jira bangkit dari kursinya dan pergi ke toilet, Donghae menghentikan langkah Sungmin yang sedang mengantarkan makanan.

“Tunggu sebentar, aku mau bertanya.”

“Ne, ada yang bisa saya bantu tuan.”

“Kau tahu yeoja yang duduk bersamaku?”

“Ne, Kim Jira, memang ada apa tuan?”

“Dia pernah kesini?”

“Tentu saja, dia sering disini, bahkan dia dekat sekali dengan Kyuhyun.”

“Kyuhyun? “

“Pemilik café ini, yang berdiri di kasir itu.”

“Baiklah kalau begitu, gamsahamnida.”

“Ne,”

Sungmin pergi menjauh dari Donghae. Donghae menatap Kyuhyun diam-diam dan melihatnya masuk ke dalam toilet wanita. Hatinya bergemuruh menahan amarah, dia tahu ada yang tidak beres dengan sikap Jira sejak dia pulang kemarin.

***
Jira’s pov

“Mianhae Jira-ya. Aku benar-benar tidak tahu kalau dia tunanganmu. Mianhae aku tidak bisa menjaga rahasia.” Sungmin berkali-kali meminta maaf sambil menggenggam tanganku.
Jadi benar Donghae yang melakukannya, dia sudah tahu semuanya.

“Jira.” Kyuhyun memanggil namaku.

“Kyuhyun? Kau sudah sadar?” aku menghampiri Kyuhyun dan menggenggam tangannya.

“Hm”

“Apa yang kau rasakan? Sakit? Dimana?” tanyaku

Kyuhyun hanya menunjuk dadanya.

“Dadamu sakit? Dadamu juga dipukuli?” dia menggeleng dan menatapku dengan sedih.

“Ani, hatiku sakit.”

“Wae?”

“Melihatmu bersama Lee Donghae kemarin.”

“Kenapa kau harus merasa sakit? Aku bukan kekasihmu, kita hanya berteman.”

“Saranghae Kim Jira.”

Aku lepaskan genggaman tangannya.

“Kau tidak mencintaiku Kyuhyun, yang kau cintai Haneul, dan asal kau tahu aku dan Haneul adalah orang yang berbeda walau jantung kita sama.”

“Ani, aku tahu siapa yang aku cintai. Aku mencintaimu dan itu bukan karena jantung Haneul.”

“Cukup Kyuhyun, hajiman, mianhae, aku sudah memiliki calon suami. Aku rasa keadaanmu sudah membaik, sudah saatnya aku pulang.”

Aku berjalan keluar dari ruang rawat.

“Jira, jangan pergi.” Kudengar Kyuhyun memanggilku tapi aku mengacuhkannya.

Diluar ruangan Ryeowook mengahadangku.

“Dia tidak bohong Jira-ya, dan aku mohon kau juga jangan membohongi dirimu sendiri.” katanya

Aku hanya tersenyum padanya lalu segera berlalu dari hadapn Ryeowook.

***
Author’s pov

Flashback sehari sebelumnya.

Kyuhyun tampak berdiri dihadapan sebuah makam. Pada nisan makam itu tertulis nama Kang Haneul.

“Apa yag harus aku lakukan Haneul?” Gumamnya.

“Apa benar aku mencintainya? Atau itu hanya karena jantungmu ada padanya?”

“Aku bingung Haneul, jika memang aku tulus mencintainya, aku takut kau marah padaku.”

Kyuhyun menunduk dan meneteskan air matanya.

“Aku tidak ingin melupakanmu Haneul, namun perasaan itu tumbuh begitu saja, tolong maafkan aku.”

“Tolong beri aku jawaban Haneul, beri aku petunjuk atas apa yang harus aku lakukan.”

Kyuhyun meletakan setangkai mawar merah didekat nisan Haneul.

“Mawar ini melambangkan kisah cinta kita, jika memang menurutmu aku mencintainya dengan tulus, kau buat kelopak bunganya menjadi gugur.”

Kyuhyun berjalan mundur sedikit menjauh dari nisan Haneul. dia terus menatap mawar itu. Sebuah angin bertiup sedikit kencang dari arah samping tubuh Kyuhyun menerpa mawar itu dan membuat semua kelopaknya gugur.

“Terimakasih sudah memberiku jawaban. Aku tidak akan pernah melupakanmu, aku akan hidup bahagia disini, agar kau juga bahagia disana. Saranghae Haneul.”

Kyuhyun berjalan menjauhi makam. Dia sudah memantapkan hatinya sekarang. Jira lah pilihan hatinya, dan dia akan terus memperjuangkan cintanya itu.

***
Jira’s pov

Aku dan Donghae sedang dalam perjalanan menuju tempat pesta keluarganya diadakan. Sepanjang perjalanan dia tidak berkata sepatah katapun. Aku juga hanya diam membisu, aku memikirkan keadaan Kyuhyun sekarang.

Saat kami sampai disana, kedua orang tua Donghae menyambut kami. Appa sudah berada disana, beliau memang berangkat lebih dulu sendiri. kami duduk bersama mengelilingi meja bundar. Tiba-tiba Donghae berbisik padaku, dia berpamitan ke toilet.

5 menit kemudian tiba-tiba seluruh lampu ruangan itu mati dan membuat banyak orang bergumam panic.

“Sekarang kami tempilkan persembahan special dari putra semata wayang pengusaha Lee, Lee Donghae.”

Sinar lampu sorot menerpa tubuh Donghae, dia duduk didepan sebuah piano. Denting piano mulai terdengar indah saat jari Donghae memainkannya. Dia memainkan sebuah lagu berjudul Lost Your Love

If I should lose your love girl
Shame on me
I was just too stubborn
Too blind to see
That I would lose your love, girl
Just tell me how to get you back
Cause I could never lose your love
Don't wanna lose your love

I remember the moment I first looked in your eyes
And seen nothin looking back at me
It was then I realized
that even though you were there
Your heart was long gone
An I knew right then how lost I'd be
Before you move on


Before its final, before you close the door
I am asking you, please can we try this once more
Just hold me tight, don't ever let go
And if never comes around I want you to know
I want you, I need you, can't lose you tonight
I won't do nothing to lose you
I won't lose this fight
I'm going to make it right

Tepuk tangan menggema diseluruh ruangan saat dia selesai menyanyi. Aku hanya diam tidak bergerak. Aku tahu lagu itu adalah sindiran untukku yang telah mengkhianatinya.

“Kenapa dia menyanyikan lagu menyedihkan seperti itu?” Nyonya Lee berkata padaku.

Aku hanya tersenyum kecil padanya.

Saat Donghae kembali duduk disebelahku Tuan Lee berjalan ke arah panggung.

“Tuan-tuan dan nyonya-nyonya saya berdiri disini akan menyampaikan sebuah berita yang sangat menggembirakan bagi kami semua. Aku dan Tuan Kim sepakat akan mempercepat pernikahan kedua anak kami Lee Donghae dan Kim Jira 2 minggu yang akan datang.”

Mwo? Aku akan menikah dengan Donghae 2 minggu lagi. badanku lemas seketika saat kudengar ucapan Tuan Lee. Waktuku untuk bersama Kyuhyun tinggal 2 minggu. Aniyo, apa yang harus aku lakukan sekarang.

Donghae menggenggam tanganku dan mengajakku berdiri. Semua orang diruangan itu bertepuk tangan untuk kami. Kepalaku terasa pening. Dadaku juga terasa nyeri, nyeri yang sama seperti dulu. Aku memegang dadaku, rasa nyerinya menjadi semakin hebat. Nafaskupun semakin sesak. Aku memegang lengan Donghae dengan erat.

“Jira gwenchana?” tanyanya padaku.

Aku terbatuk, darah segar keluar dari mulutku. Tubuhku semakin lemas, nyeri di dadaku semakin tidak bisa aku tahan. Pandangan mataku semakin kabur, dan pada saat aku jatuh ke tanah, semuanya terasa gelap.

***
Aku sedikit membuka mataku, seberkas sinar menyilaukan menerpa mataku. Pandanganku masih sedikit kabur, yang bisa aku lihat hanya ruangan disekelilingku ini serba putih. Aku juga merasakan selang oksigen terpasang di hidungku. Rasa sakit didadaku sudah tidak terasa lagi, tapi aku rasa aku akan sulit bernafas jika oksigen ini dilepas.

“Transplantasi jantungnya gagal. Ternyata tubuh Jira menolak jantung itu. Harus segera dilakukan pengangkatan dan transplantasi baru.” Kudengar suara dokter didekatku.

“Lakukanlah secepatnya.” Sekarang suara Donghae yang terdengar.

Jantungku akan diambil, jantung dari haneul ini. aniyo, ini tidak boleh terjadi.

“An.. ni..yo..” ucapku terbata.

“Jira-ya, kau sudah sadar?.” Donghae menggenggam tangaku.

“Jangan ambil jantungku, aku mohon.”

“Tapi jantung itu bisa membahayakan nyawamu.”

“Aku tidak ingin kehilangan perasaanku pada Kyuhyun. Mianhae Oppa, aku mencintai Kyuhyun.”

“Kau pasti sedang bercanda Jira. Pernikahan kita tinggal 2 minggu lagi.”

“Aku benar-benar mencintai Kyuhyun, Oppa, aku tahu aku bersalah, mianhae.” Air mataku mengalir deras, nafasku masih sering tersengal-sengal.

“Kau akan segera menjalani pengangkatan jantung dan transplantasi yang baru, itu sudah jadi keputusanku dan Appa mu.”

Donghae Oppa bergegas keluar dari ruang rawatku dan meninggalkanku sendiri. aku hanya bisa menangis keras. Aku tidak ingin jantung Haneul diambil. Jantung yang mempertemukanku dengan Kyuhyun, jantung yang membuatku mencintai Kyuhyun. Haneul tolong aku.

***
Donghae’s pov

“Annyeonghaseo.” Sapaku pada seorang pelayan kurus dan beranbut pendek merah yang baru saja mengantarkan pesanan ke meja di bagian luar Kona Beans. Dia menatapku sejenak.

“Annyeonghaseo, ada yang bisa saya bantu.” Ucapnya.

“Bisa saya bertemu dengan Kyuhyun?”

“Hmm, dia ada didalam.” Katanya ragu.

Aku masuk kedalam Kona Beans dan menghampiri Kyuhyun yang sedang duduk di belakang mesin kasir. Kepalanya masih tampak dibalut.

“Annyeonghaseo Kyuhyun.”

“Kau? Mau apa lagi kau kemari?” bentaknya.

“Bisa kita bicara sebentar? Empat mata. Mengenai Kim Jira, perempuan yang kita berdua cintai.”

Dia memandangku lekat sebelum akhirnya menyuruhku duduk disalah satu sudut café.

“Ada apa?” tanyanya saat kami berdua sudah duduk saling berhadapan.

“Jira koma sekarang.”

“Mwo? Bagaimana bisa?”

“Transplantasi jantungnya gagal, tubuhnya menolak jantung itu.”

Kyuhyun hanya terdiam terkejut mendengar ucapanku.

“Mianhae atas perlakuanku padamu tempo hari sehingga kepalamu terluka seperti itu. Aku harap kau mengerti perasaanku saat itu. Aku sangat takut kehilangan Jira, makanya aku berusaha menjauhkanmu darinya.”

Kyuhyun masih diam, sepertinya dia sedang memikirkan sesuatu.

“Dan ada satu hal lagi yang harus kau tahu. Kemarin aku melihat arsip rumah sakit tentang pendonor jantung Jira. Aku mengenali foto yang ada disana, dia adalah yeoja yang aku tabrak dulu. Akulah yang menabarak kekasihmu dulu.”

“Mwo? Kau..” Dia membelalakan matanya padaku. Dari pandangan matanya aku tahu dia sangat murka.

“Mianhae, waktu itu aku terburu-buru dan panik mendengar Jira masuk rumah sakit jadi aku kurang berhati-hati mengendarai mobilku.”

“Kau..”

Buuukk. Kurasakan hantaman kepalan tangannya mendarat dipipiku.

“Kyuhyun. Sudah!” Pelayan yang tadi aku temui memeluk Kyuhyun dari belakang berusaha menjauhkannya dariku dan menahan agar dia tidak kembali memukulku.

“Lepaskan aku Wookie-ya. Aku mau menghajarnya, dia sudah membuat Haneul meniggal.”

“Kau bisa pukuli aku sampai mati, tapi itu tidak akan menyelesaikan masalah. Jira membutuhkanmu. Nyawanya diujung tanduk. Mungkin sekarang sudah saatnya aku melepaskannya untukmu.”

Kyuhyun jatuh terduduk ke kursi. Nafasnya masih memburu menahan emosi.

“Dimana dia sekarang?”

“Dirumah sakit.”

“Kita kesana sekarang.”

Kyuhyun bangkit dan menghampiri beberapa temannya di dekat kasir, sedangkan aku menunggunya di mobil. Beberapa saat kemudian dia mendatangiku dan masuk kedalam mobil.

***
Kyuhyun’s pov

Aku lihat tubuhnya terbaring lemah. Selang oksigen terpasang membantunya bernafas. Wajahnya pucat. Aku duduk dikursi disebelahnya dan menggenggam tangannya.

“Jira-ya, kau bisa dengar aku? Kau harus bangun, aku membutuhkanmu disini. Kau pasti bisa menerima jantung Haneul. aku mohon kau buka matamu.” Aku tidak bisa menahan air mataku lagi. aku tidak ingin kehilangan orang yang aku cintai untuk kedua kalinya.

Haneul aku mohon padamu selamatkan Jira, aku mohon buat tubuh Jira menerima jantungmu. Doaku dalam hati.

“Kyuhyun” Kudengar Jira bergumam.

“Jira-ya kau sudah bangun?” tanyaku.

“Kyu, kaukah itu?”

“Ne, kau bisa buka matamu? Kau bisa melihatku?”

“Hm, samar-samar.”

“Sebentar aku panggilkan dokter.” Aku pergi keluar ruangan. Didepan pintu aku bertemu dengan Donghae.

“Dia sudah sadar, aku panggilkan dokter dan kau jaga dia” kataku padanya.

“Ne.” Donghae masuk ke dalam ruangan tempat Jira dirawat, sedangkan aku berlari kearah meja perawat untuk memanggil dokter.

***
Jira’s pov

“Donghae Oppa?” tanyaku saat kulihat Donghae masuk kedalam kamarku.

“Syukurlah kau sudah sadar. Apakah dadamu masih sakit? Nafasmu masih sesak?”

Aku menggelengkan kepalaku.

“Ani, aku tidak merasakn sakit lagi, dan nafasku juga sudah tidak terasa sesak.”

“Ternyata keputusanku benar.” Donghae menggenggam tanganku dan menciumnya.

“Oppa? Oppa tidak mengambil jantungku kan?” tanyaku sambil menatap tajam matanya.

“Ah, ani. Kau belum sempat menjalani operasi. Ternyata memang benar hanya Kyuhyun yang mampu membuatmu sembuh.” Ucapnya dengan senyum tersunggih diwajah tampannya, tapi anehnya aku menemukan raut kesedihan disana.

“Kyuhyun? Mianhae Oppa, aku.. aku sudah..”

“Diamlah, kau tidak usah memikirkanku, yang penting kau selamat dan aku masih melihatmu tersenyum.”

“Oppa.” Aku memeluk tubuh Donghae erat-erat dan menangis di bahunya. Aku benar-benar merasa bersalah padanya.

Suara pintu terbuka membuatku reflex melepaskan pelukanku pada Donghae. Kulihat Kyuhyun masuk bersama beberapa Dokter dan perawat.

Dokter-dokter itu sibuk dengan berbagai peralatannya untuk memeriksa keadaanku. Sedangkan Kyuhyun dan Donghae menunggu di luar. Setelah 30 menit berselang Donghae dan Kyuhyun masuk kembali bersama-sama.

“Kami masih harus melakukan beberapa observasi lagi, tapi dari hasil sementara saat ini benar-benar membuat kami terkejut. Jantung hasil transplantasi itu bekerja dengan baik. Nona Kim masih harus dirawat sampai beberapa hari kedepan.” Kata Dokter itu.

“Terima kasih Dokter.” Donghae dan Kyuhyun bergantian menjabat tangan dokter itu.

***
“Kau pakai ini.” Donghae memasangkan sebuah kain untuk menutupi mataku.

“Ya! Oppa, kau mau bermain petak umpet denganku.”

“Hahaha. Kau diam saja dan ikuti perintahku.”

“Lalu bagaimana aku bisa berjalan kalau mataku kau tutup?” ucapku. Wajahku camberut karena Donghae bermain rahasia denganku. Hari ini aku diijinkan pulang dari rumah sakit, dan hari ini pula bertepatan dengan hari rencana pernikahanku dengan Oppa. Tentu saja Appa membatalkan rencana itu karena kondisiku yang tidak sehat.

“Kau tidak akan berjalan.” Kata Donghae. Dia mengangkat tubuhku kedalam gendongannya.

“Oppa! Kau sudah gila! Hentikan permainanmu.”

Donghae hanya tertawa terbahak-bahak dan terus berjalan keluar dari rumah sakit sambil menggendongku.

“Awas kepalamu.” Ucapnya saat memasukanku kedalam mobil. “Jangan kau buka penutup matanya.” Donghae memasangkan sabuk pengaman ke dalam tubuhku.

Kemana sebenarnya dia akan membawaku pergi? Sepanjang perjalanan Donghae Oppa tidak berbicara sepatah katapun, aku juga diam membisu.

“Kita sampai.” Ucap Donghae. Dia membuka sabuk pengamanku. Dia turun dari mobil dan membukakan pintu mobil untukku. Dia menggandeng tanganku dan membimbingku berjalan.

“Sekarang kau boleh membuka penutup matamu.” Ucapnya.

Aku membuka penutup mataku. Dan..

“Surprise.” Semua orang berteriak kepadaku.

Didepanku tampak ada Appa, Ryeowook, Sungmin dan semua karyawan Kona Beans. Aku menoleh ke arah Donghae.

“Kona Beans?” tanyaku.

Donghae hanya mengangguk. dia lalu menyuruhku melihat ke arah depan.

Kulihat Kyuhyun berdiri dengan membawa sebuah buket bunga mawar merah besar. Dia berjalan mendekatiku lalu berlutut didepanku.

“Saranghae Kim Jira, maukah kau mendampingiku selamanya? Menjadi satu-satunya kekasihku, satu-satunya istriku, dan satu-satunya ibu dari anak-anakku?” ucapnya.

Aku menoleh kepada Donghae, bagaimanapun juga dia masih menjadi tunanganku sampai saat ini. Donghae belum pernah sekalipun mengatakan kata berpisah padaku.

Donghae mengangguk sambil tersenyum dengan senyaum khasnya yang membuat hatiku menjadi lega. Sekarang dia sudah bisa merelakanku untuk menjadi milik Kyuhyun.

Aku menatap Kyuhyun lekat-lekat dan mengangguk dengan perlahan. Bersamaan dengan anggukan kepalaku seluruh orang di café itu bertepuk tangan dan menyiuli kami berdua.

Kyuhyun bangkit dari posisi berlututnya dan memelukku dengan erat.

“Aku mencintaimu Jira, mulai saat ini dan seterusnya aku yang akan menjagamu.” Bisiknya di telingaku.

Aku tidak bisa menahan air mata kebahagianku yang mulai mengalir dipipiku. Gamsahamnida Haneul, karena jantungmu aku mencintai Kyuhyun, Gamsahamnida Kona Beans karena mu aku mengenal Kyuhyun.

---END---

Tidak ada komentar: