Minggu, 01 April 2012

Because I’m Stupid


Because I’m Stupid
****************
“Kyu Jong ayo bangun!!” teriak Youngsaeng hyung tepat di telinga sebelah kiriku. Suaranya terdengar sangat jelas olehku. Namun, tetap saja mata ini malas untuk membuka.
“Aku masih ngantuk, hyung,” jawabku malas. Mata ini memang sulit sekali untuk dibuka. “kau tahu? Ini sudah siang. Ayo cepat bangun!” katanya lagi.
Youngsaeng hyung sebenarnya jarang sekali membangunkanku. Aku lah yang biasanya membangunkannya. karena aku biasanya bangun lebih dulu dari dirinya. Pagi ini aku tidak bisa bangun pagi, karena semalaman aku megerjakan tugas mengarang bahasa Inggris. Sebenarnya tugasnya sudah diberikan satu minggu yang lalu, namun aku baru ingat semalam.
“Kalau kamu tak bangun-bangun juga. Aku akan berangkat sekolah duluan. Dan tugas yang kau kerjakan semalaman akan sia-sia karena kamu akan datang telat dan Mrs Jessy tak akan mengizinkanmu mengikuti pelajarannya,” kata hyungku itu panjang lebar.
Setelah Youngsaeng hyung keluar dari kamarku, aku langsung bangun dan menuju ke kamar mandi. Youngsaeng hyung ada benarnya, percuma saja aku megerjakan tugas bahasa Inggrisku semalaman kalau pagi ini tidak aku kumpulkan.
———-
Namaku Kim Kyu Joong. Aku memiliki seorang kakak yang bernama Heo Young Saeng. Nama marga kami berbeda. Young Saeng hyung bukanlah kakak kandungku. Ia adalah kakak tiriku. ibuku menikah dengan ayahnya.
Youngsaeng hyung telah kehilangan ibunya. Nasibnya hampir sama denganku, bedanya aku telah kehilangan ayah kandungku. Ia meninggal saat aku baru masuk ke SMA. Mungkin karena nasib kami yang sama, jadi ia begitu baik padaku. Tak seperti di dongeng-dongeng yang selalu menceritakan bahwa saudara tiri itu selalu jahat. Appa juga sangat baik padaku. ia tak pernah membedakan antara anak kandungnya dan anak tirinya.
———-
“Nanti kau tunggu saja aku di parkiran. Aku pulangnya akan sedikit telat. kau mau menungguku, kan?” tanya Young Saeng hyung padaku.
“Ne,” jawabku pada Young Saeng hyung sambil berlalui meninggalkannya.
saat sampai di kelas, aku sedikit bingung dengan suasana kelas hari ini. Tak seperti biasanya teman-temanku begitu heboh seperti hari ini. Kudengar akan ada murid baru di sekolah kami. Dan teman-temanku berharap jika murid baru itu akan masuk ke kelas kami.
“Jungmin, apa benar hari ini akan ada murid baru?” tanyaku pada Jungmin, teman dekatku. ia adalah teman yang unik. kadang membuatku terytawa karena tingkahnya, kadang membuatku menangis karena ceritanya yang mengharukan, dan hebatnya dia selalu mengerti keadaanku.
“Sepertinya begitu,” jawabnya sambil menyisir poninya. Kuacak-acak poninya agar kembali berantakan. Dia pasti akan memelototiku, dan berkata ‘Hey, sebagai seorang prince charming sepertiku, aku tidak boleh terlihat berantakan’. namun ternyata dugaanku salah, kali ini ia tidak memelototiku. Ia malah membalasku dengan mengacak-acak rambutku.
Sesaat setelah itu, teman-temanku bergegas menempati meja mereka masing-masing. ternyata Mrs Jessy, guru bahasa inggris yang sekaligus adalah wali kelas kami telah datang. ia datang bersama dengan seorang gadis, yang menurutku ccantik.
“Hari ini kalian akan mendapatkan seorang teman baru, ia pindahan dari Jepang,” kata Mrs Jessy menjelaskan. “Ayo perkenalkan dirimu di depan teman-teaman barumu!” pinta Mrs Jessy pada gadis itu.
“Anyeong haseyo. Park San Ji imnida. Mohon bantuannya,” katanya sambil tersenyum manis. Aku tak bisa berhenti memandangnya. Gadis itu tidak terlalu tinggi, senyumnya manis, dan tatapan matanya yanng tajam namun sangat indah. Aku hanya tersenyum sendiri melihatnya.

“San Ji, mulai hari ini kau resmi masuk di kelas ini. Kamu bisa duduk di samping Hyung joon, ia adalah Murid tertampan di kelas ini,” kata Mrs jessy pada San Ji. Mrs Jessy memang menyukai Hyung Joon, teman sekelasku. Namun, Hyung Joon tak suka padanya. Mrs Jessy terlalu tua untuknya.
———-
Gadis itu cantik sekali. aku belum pernah bertemu dengan gadis secantik dia. Selama pelajaran bahasa inggris aku sama sekali tek bisa berpikir. Aku bingung, kenapa aku malah memikirkan San Ji?
to be continued….
Kring….
Bel pulang sekolah sudah berbunyi. Tapi aku tidak langsung menuju tempat parkir untuk menunggu Young Saeng hyung.
Kulihat SanJi masih berada dikelas. Kudekati dia. “Sanji,” sapaku.
“Kyu Jong. Kenapa belum pulang?” tanya SanJi. Kami memang sudah berkenalan saat istirahat tadi.
“Aku masih menunggu hyungku. Sepertinya dia belum keluar dari kelasnya. Bagaimana denganmu?” tanyaku padanya.
“Hyungmu juga sekolah disini? Em, aku sedang menyelesaikan tugas Lee songsaenim, tanggung,” jawabnya sambil tersenyum.
Senyumnya begitu manis. Belum pernah aku melihat senyum semanis itu. Aku yakin, siapa saja yang melihat senyumnya pasti akan merasa bahagia. Sepertiku sekarang ini.
“Sanji, kalau boleh tahu kenapa kau pindah ke Korea?” tanyaku. Aku saja dari dulu ingin merasakan tinggal di Jepang, batinku.
“Sebenarnya aku pindah kesini untuk mencari seseorang. Sudah 7 tahun kami tidak bertemu,” jawabnya. Ia seperti teringat pada masa lalunya. Sepertinya ia benar-benar ingin bertemu dengan orang yang ia cari.
“Kau pasti ingin sekali bertemu dengannya, ya?” tanyaku ingin tahu. Kali ini SanJi hanya mengangguk sambil memaksakan tersenyum. Terlihat dari senyumnya yang tak semanis tadi.
Aku melihat jam tanganku. , aku terlalu asyik mengobrol dengan Sanji. Aku sampai lupa waktu. Dan sepertinya Young Saeng hyung sudah menungguku.
“Sanji, sepertinya hyungku sudah keluar kelas. Aku pulang dulu, ya,” kataku pada Sanji.
-@-@-
“Hyung, mianhe aku telat,” kataku saat Young Saeng hyung sudah menunggu.
“Aish, kau ini! Hari ini kenapa serba telat? Bangun telat, pulang telat. Tapi tak apa lah. Ayo kita pulang,” kata Young Saeng hyung.
Ini yang aku suka dari Young Saeng hyung. Walaupun aku sering membuat kesalahan, ia selalu mau memaafkanku. Dan ini juga yang membuatku tak bisa marah padanya.
Saat aku membuka pintu mobil, ternyata di dalam mobil sudah ada Hyun Joong hyung, teman sekelas Youngsaeng hyung.
Hyun Joong hyung tersenyum padaku. Aku segera pindah ke belakang.
-@-@-
“Jadi Hyun Joong hyung dan Youngsaeng hyung akan ikut pertukaran pelajar di Amerika?” tanyaku dirumah saat sudah tahu tujuan Hyun Joong hyung datang ke rumah. Mereka ingin mempersiapkan semua yang mereka butuhkan di Amerika.
“Ne, kami akan berangkat lusa,” jawab Hyun Joong hyung.
Tiba-tiba Omma masuk ke kamar Young Saeng hyung. “Hyun Joong, Young Saeng, Kyu Jong, makan dulu ya. Omma sudah menyiapkan makanan untuk kalian,” kata eomma.
“Ne, ahjumma. Kamsahamnida,” jawab Hyun Joong Hyung. Kami segera menuju meja makan, untuk menyantap makanan yang dimasak eomma.
-@-@-
“Kenapa kalian tak memberitahuku jika kalian akan ikut pertukaran pelajar?” tanyaku penasaran. “Untuk apa aku memberitahumu? Apa itu penting untukmu?” jawab Youngsaeng hyung sambil mengambil sepiring nasi.
“Apa eomma dan appa sudah kau beri tahu?” tanyaku lagi. “Dasar babo! Mereka sudah tahu sejak dua minggu yang lalu,” jawabnya sambil mengacak-acak rambutku.
“Mwo?”
-@-@-
“Hyung, kapan kau kembali ke Korea?” tanyaku saat mengantar Youngsaeng hyung ke bandara. “Aku akan merindukanmu, hyung” kataku lagi sesaat setelah membayangkan ditinggal oleh Youngsaeng hyung.
“Aku akan berada di Amerika selama 1 tahun. Tapi kalau aku bisa kuliah disana, mungkin sekitar 4 tahun. Kyu, aku pasti juga akan merindukanmu,” katanya sambil tersenyum.
Aku membalas senyumnya. Walau aku sebenarnya sedih harus berpisah dengannya. “Waeyo?” tanya Youngsaeng hyung saat melihatku melamun.
“Ah, aniyo. Hati-hati ya, hyung,” jawabku. Walaupun aku bukan adik kandungnya, tapi aku tak ingin berpisah cukup lama dengannya. Tapi aku juga tak bisa menahannya. Ini sudah menjadi impiannya sejak dulu.
“Younsaeng, kita sudah harus berangkat,” kata Hyun Joong hyung.
“Youngsaeng, jaga dirimu baik. Belajarlah sungguh-sungguh. Jangan pernah melupakan Tuhan,” kata eomma sambil memeluk Youngsaeng hyung.
“Ne, eomma. Aku pasti akan merindukan eomma. Sampaikan salamku untuk appa,” kata Youngsaeng hyung.Eomma mengangguk. Ya, appa memang tidak ikut mengantar Youngsaeng hyung. Appa harus meeting dengan clientnya.
-@-@-
Hm, hari ini aku harus berangkat ke sekolah sendiri. Youngsaeng hyung sudah berangkat ke Amerika kemarin.
“Kyu Jong-ah, dowajuseyo!” kudengar teriakan Hyung Joon saat aku telah sampai di sekolah. Hyung Joon terlihat panik.
“Wae?” tanyaku saat Hyung Joon berhenti tepat didepanku. Ia sedang berusaha mengatur nafasnya yang tersenggal-senggal.
“Dia mendapat sebuah kado istimewa,” kata Jungmin yang kini sudah ikut bergabung bersama kami.
“Kado istimewa? Lalu kenapa kau malah terlihat panik?” tanyaku. Kulihat Jungmin seperti sedang menahan tawa. Pasti ada yang tidak beres.
“Kau tahu dari mana kado itu?” tanya Hyun Joong saat sudah bisa mengatur nafasnya. Aku yang tidak tahu hanya bisa menggeleng pelan.
“Kado itu dari Mrs. Jessy. Dia pikir aku ini siapa? Aku ini haksaeng. Dan aku tak mungkin menjadi namjachingu nya,” katanya panjang lebar.
Aku yang mendengar itu semua, langsung tertawa. Sepertinya Mrs. Jessy tak perna jera untuk mengejar cinta seorang Hyung Joon.
“Sudahlah! Sepertinya kau harus menerima cinta Mrs. Jessy,” ledek Jungmin. Aku langsung merangkul kedua sahabatku itu dan mengajak mereka untuk segera ke kelas.
-@-@-
Saat bel pulang sekolah sudah berbunyi, aku segera memasukkan buku-bukuku kedalam tas. Lalu aku segera menuju ketempat parkir. Kulihat Sanji sedang berjalan menuju pintu gerbang. Aku memanggilnya. “Sanji-ah,” dia menoleh ke arahku. Dia berhenti berjalan. Aku segera menghampirinya.
“Kyu Jong-ah? Ada apa?” tanyanya padaku. Ia menatap mataku. Tuhan, cantik sekali perempuan yang ada didepanku ini.
“Kau mau pulang?” tanyaku. Ia mengangguk sambil tersenyum. “Bagaimana jika aku mengantarmu pulang. Kau pulang sendiri, kan?” pintaku padanya.
“Ne, aku memang pulang sendiri. Tapi bukankah kau harus pulang dengan hyung mu? Seperti biasanya,” jawabnya.
“Mulai hari ini aku akan pulang sendiri. Hyung harus pergi ke Amerika selama beberapa tahun. Jadi, apa kau mau pulang denganku?” ajakku lagi.
“Baiklah kalau begitu. Aku mau pulang denganmu,” jawabnya. Rasanya hari ini begitu menyenangkan. Aku bisa pulang bersama dengan perempuan secantik Sanji.
to be continued….
Berpisah dengan Youngsaeng hyung memang sedikit membuatku sedih. Tapi karena kepergian Youngsaeng hyung, aku bisa menjadi lebih mandiri. Semua hal kukerjakan sendiri. Mudah-mudahan saat Youngsaeng hyung kembali ke Korea nanti aku bisa menunjukkan perubahan sikapku ini.
“Kyu Jong-ah,” Suara yang sangat kukenal memanggilku. “Ne,” jawabku. “Apa kau mau menemaniku untuk menemui teman lamaku?” katanya. Teman lamanya? Apa ini berarti Sanji telah menemukan orang yang selama ini dia cari?
“Mwo? Teman lamamu? Berarti orang yang kau cari itu sudah ketemu?” tanyaku. “Belum. Temanku ini juga temannya. Kami dulu sering bersama. Entah kenapa kami bisa berkumpul di Korea,” jawabnya. Syukurlah. Aku benar-benar tak berharap Sanji akan menemukan orang itu. Kedengarannya memang jahat. Tapi dengan begitu akan ada banyak waktu untuk menunjukkan perasaanku yang sesungguhnya padanya.
“Kyu? Apa kau tak bisa menemaniku? Kalau begitu aku bisa pergi sendiri,” katanya. “Anio. Aku akan menemanimu. Dimana kau akan menemuinya?” tanyaku. “Di Jaksal Chicken,” jawabnya. “Tapi bukan sekarang, kan? Aku masih ada kelas,” tanyaku. “Masuklah dulu. Aku akan memberitahumu kapan kita harus pergi. Gumawo Kyu. Kau memang sahabatku yang paling baik,” katanya lalu pergi. Sahabat? Bisakah kau anggap aku lebih dari itu?
Saat ini aku sudah tidak bersekolah. Aku sudah menjadi mahasiswa di Daegu University. Sesuai dengan keinginanku, aku masuk ke fakultas sastra Korea. Sudah 3 tahun sejak kepergian Youngsaeng hyung. Akhir-akhir ini aku dan Youngsaeng hyung lost contact. Mungkin Youngsaeng hyung sedang sibuk.
“Dimana temanmu itu?” tanyaku saat kami telah sampai di Jaksal Chicken. “Sepertinya dia belum datang. Kita duduk dulu. Kajha,” katanya sambil menarikku ke sebuah meja. “Mudah-mudahan dengan bertemu dengan teman lamaku itu aku bisa mendapatkan sedikit informasi tentangnya. Benarkan Kyu,” katanya bersemangat. Aku hanya mengangguk. Apakah kau akan mengatakan ini padaku jika kau tahu perasaanku padamu?
“Sanji,” sapa seseorang dari arah punggungku. “Yunho oppa? Apa kabar oppa?” tanya Sanji saat mengetahui orang yang menyapanya adalah orang yang dari tadi sudah ditunggunya. “Aku baik-baik saja, bagaimana denganmu?” tanyanya. “Aku juga baik-baik saja. Silakan duduk oppa,” kata Sanji.
Pria ini memang terlihat lebih dewasa dariku. Mungkin ia sebaya dengan Youngsaeng hyung. Dia lalu melihat kearahku yang sedari tadi memang diam saja. Aku lebih memilih bermain game yang ada di ponselku dan mendengarkan pembicaraan mereka.
“Aku sampai lupa. Ini Kyu Jong sahabatku. Dia yang selama ini membantuku mencarinya,” kata Sanji memperkenalkanku. “Kim Kyu Jong,” kataku memperkenalkan diri. “Ne, Jung Yunho,” katanya.
“Oppa, apakah oppa punya sedikit informasi tentangnya? Aku benar-benar ingin bertemu dengannya dan mengulang masa-masa itu. Aku yakin, yang dikatakan teman-teman itu tidak benar. Dia belum meninggal. Aku bisa merasakan semua itu,” kata Sanji dengan mata yang berkaca-kaca.
“Aku tahu kau begitu menyayanginya. Tapi bukti-bukti itu mengatakan kalau dia,” Yunho tak meneruskan kalimatnya. “Oppa percaya padaku! Dia masih hidup oppa. Aku sangat yakin itu,” kata Sanji. Aku benar-benar tak mengerti dengan percakapan mereka. Meninggal? Bukti? Kalau memang orang yang Sanji cari sudah meninggal berarti aku memiliki kesempatan untuk mendekatinya.
—–
“Ya! kenapa melamun?” tanyaku sambil memberilan sebotol minuman. “Kyu, apa yang dikatakan Yunho oppa kemarin itu benar? Apa aku sudah tak bisa menemukannya lagi. Kalau memang seperti itu lebih baik aku kembali ke Jepang. Percuma,” katanya putus asa.
“Ya, dimana Sanji yang aku kenal? Sanji yang aku kenal selalu mengikuti kata hatinya. Tak pernah putus asa seperti ini. Kembalikan yang Sanji yang aku kenal,” kataku. Dia tersenyum. Ia seakan mengerti apa maksud kalimat-kalimat yang keluar dari mulutku tadi.
“Aku akan tetap membantumu mencarinya. Sebelum kau mendapatkan bukti-bukti, jika,” aku tak meneruskan kalimatku. Tak tega rasanya mengucapkan kata itu. “Ne, gumawo Kyu. Entah dengan cara apa aku harus membalas kebaikanmu ini,” katanya.
—–
Lelah sekali. Aktivitasku hari ini memang sangat melelahkan. Dari pagi, aku pergi bersama Sanji untuk mencari orang yang dicarinya. Sakit memang rasanya. Tapi karena aku yakin orang itu sudah meninggal, rasa sakit ini menjadi tak begitu sakit. Sepertinya aku harus cepat-cepat tidur.
“Kyu,” kata seseorang saat aku masuk kedalam kamarku. Suara itu. Aku mengenalnya. Ya, sangat mengenalnya. “Hyung,” Youngsaeng hyung sudah kembali. Aku lalu memeluknya. Melepas semua kerinduanku selama ini padanya. Rasanya, setelah bertemu dengannya semua rasa lelah yang ada pada diriku langsung lenyap.
“Kenapa hyung tak memberitahuku dulu kalau hyung mau pulang?” tanyaku. “Untuk apa aku memberitahumu jika kita pasti bertemu?” katanya. Ia tak berubah, masih sama seperti dulu. “Terserah kau lah,” kataku akhirnya.
—–
“Kyu, bagaimana dengan gadis yang kau ceritakan padaku waktu itu? Apa kau sudah memacarinya?” tanya Youngsaeng hyung. “Belum hyung. Aku belum mengatakan perasaanku padanya,” jawabku. “Kenapa kau belum mengatakannya? Katakan saja! Aku yakin dia akan menerimamu. Siapa sih yang bisa menolak dongsaengku ini?” katanya. Hyung kau masih Youngsaeng hyung yang dulu. Yang selalu memberiku semangat.
“Sudah lama kita tidak jalan-jalan berdua. Kita jalan-jalan yuk. Apa hyung tidak merindukan suasana kota Seoul?” tanyaku mengajaknya jalan-jalan. “Aish, bilang saja kau rindu padaku dan kau ingin berjalan-jalan denganku. Kajha,” katanya. Hyung kau memang benar. Aku ingin sekali berjalan-jalan denganmu.
—–
Tak ada yang lebih menyenangkan dari hari ini. Taman Yeouido menjadi tujuan kami. Dulu saat pulang sekolah kami sering sekali datang kesini. Hanya sekedar menunggu waktu sore tiba.
“Kyu, kau tak mengajakku kesana? Bukankah tempat itu adalah tempatmu untuk mengamati setiap perempuan yang lewat?” tanya Youngsaeng hyung. Namun aku hanya tersenyum. Aku sudah menemukan orang yang sudah mengisi hatiku hyung.
“Ya. Aku mau membeli bakso ikan disana. Apa kau mau? Biar aku belikan,” kata Youngsaeng hyung bersemangat. Mungkin dia sudah merindukan makanan-makanan korea. Tiga tahun memang bukan waktu yang singkat. “Jangan lama-lama hyung,” kataku.
“Kyu?” panggil seseorang. “Sanji?” kataku setelah membalikkan badanku dan mengetahui siapa yang memanggilku. “Apa yang kau lakukan disini?” tanyanya padaku. “Aku menemani hyung jalan-jalan. Apa kau mau bertemu dengannya? Tunggulah sebentar, ia sedang membeli bakso ikan,” kataku. “Mianhae Kyu. Aku sedang buru-buru. Aku pergi dulu, ya. Annyeong,” katanya sambil berlalu pergi. “Ne, annyeong,” kataku.
“Ya, Kyu,” panggil Youngsaeng hyung. Ia lalu memberikan beberapa tusuk bakso ikan padaku. “Hyung, kau lama sekali. Kau tahu? Gadis yang aku ceritakan padamu itu tadi ada disini,” kataku mengeluh. Youngsaeng hyung malah tersenyum. Padahal aku benar-benar ingin Youngsaeng hyung bertemu dengan Sanji. Supaya Youngsaeng hyung tahu betapa cantiknya dia.
“Jadi karena itu kau menganggapku terlalu lama? Kyu, lain kali kan aku masih bisa bertemu dengannya,” katanya. Youngsaeng hyung memang benar. Lain kali mereka masih bisa bertemu.
—–
“Kyu, kira-kira dimana aku harus mencarinya?” tanya Sanji saat kami pulang kuliah. “Sanji, bagaimana aku bisa membantumu mencari orang itu kalau aku belum melihat fotonya. Kau punya fotonya?” tanyaku. “Disitu masalahnya Kyu. Foto-fotonya telah hilang terbakar saat kami mengalami kecelakaan,” katanya dengan mata yang berkaca-kaca. Aish, sepertinya aku telah melakukan hal yang salah. “Mian Sanji. Aku tak bermaksud membuatmu sedih,” kataku meminta maaf. “Gwechana Kyu. Aku akan mencoba mencari fotonya. Mungkin saja aku masih memilikinya,” katanya.
—–
“Kyu. Aku punya,” teriak Sanji sambil memelukku saat aku sedang sendiri di taman dekat kampus. “Punya apa? Ya Sanji, kau memelukku apa mau membunuhku?” kataku saat aku benar-benar tak bisa bernapas. Sanji memelukku terlalu erat.
“Aku punya foto itu. Aku menemukannya, Kyu,” katanya bersemangat. Aku hanya tersenyum. Ini semua tak sesuai dengan apa yang aku inginkan. Aku malah berharap ia tak menemukan foto itu. Aku tak mau jika Sanji telah menemukan orang yang dicarinya ia akan berpaling dariku.
“Sincha? Coba aku lihat. Seperti apa sih laki-laki itu sampai membuat sahabatku jadi seperti ini?” ia lalu memberikan foto itu. Mataku terbelalak saat melihat foto itu. Ini tidak mungkin. Ya, ini tidak mungkin. “Foto itu memang sedikit rusak. Tapi kau masih bisa melihatnya kan?” katanya. “Sa.. Sanji boleh aku tahu siapa namanya?” tanyaku. “Young Saeng. Heo Young Saeng.”
Rasanya seperti berhenti detak jantungku. Rasanya darah ini sudah tak mau mengalir ditubuhku. Jadi orang yang selama ini aku cintai, ternyata mencintai hyungku sendiri? Benar-benar tak bisa kupercaya. Tidak. Aku tak boleh mempertemukannya dengan Youngsaeng hyung. Aku mencintainya. Aku tak mau dia dimiliki orang lain.
“Kyu? Kau kenapa? Apa kau mengenalnya?” tanyanya yang mungkin telah menyadari perubahan sikapku. “A.. Anio. Aku tak mengenalnya. Sanji, mianhae. Aku lupa. Aku ada janji dengan temanku. Aku pergi dulu, ya,” kataku yang langsung pergi meninggalkannya. Mianhae Sanji. Mianhae aku telah berbohong padamu. Aku benar-benar tak ingin kehilanganmu. Aku tak ingin melihatmu bersama orang lain. Apalagi melihatmu bersama hyungku sendiri.
Taman Yeouido. Setiap aku ada masalah, aku pasti ketempat ini. Sungguh ini semua belum bisa kupercaya. Kuputuskan untuk tetap berada disini beberapa saat. Kupejamkan mataku. Dan tanpa terasa, aku terlelap.
Kubuka mataku. Suasana disekitarku telah gelap. Mungkin sudah lama aku tidur disini. Aku lalu bangkit. Sebenarnya aku tak ingin pulang. Aku sedang tak ingin bertemu dengan Youngsaeng hyung. Tapi aku tak ingin membuat eomma dan appa khawatir.
Kuparkirgan mobilku di garasi. Aku lalu masuk, tanpa mengucap salam. “Kyu dari mana saja kau? Kenapa jam segini baru pulang?” tanya Youngsaeng hyung “Kyu, kau tahu ini sudah jam berapa? Tengah malam seperti kau baru pulang?” tambah eomma. Aku hanya diam. Aku ingin segera masuk ke kamarku. “Kyu, eomma-mu sedang berbicara. Dengarkan dulu. Jangan masuk kamar sebelum eomma selesai berbicara,” sekarang appa. Tapi aku tak peduli. Aku langsung masuk kemar. Samar-samar kudengar percakapan mereka. Mereka pasti sedang membicarakanku.
“Kyu, boleh aku masuk?” tanya Youngsaeng hyung. Diam. Aku tak menjawabnya. Aku sekarang memang sedang tak peduli dengan siapapun. “Kyu, apa kau sedang ada masalah? Ceritakan saja padaku,” Youngsaeng hyung tetap membujukku. “Mianhae hyung aku sedang ingin sendiri,” kataku akhirnya.
—–
Hari ini sudah satu minggu setelah aku tahu siapa laki-laki yang dicari Sanji. Aku masih merahasiakan semua ini. Aku benar-benar tak tahu apa keputusanku ini benar atau salah. Yang jelas saat ini aku sedang ingin bersamanya.
“Kyu, apa aku sudah tak bisa bertemunya lagi? Padahal aku ingin sekali bertemu dengannya. Aku ingin menjawab pertanyaannya,” katanya. Dia sepertinya sedih. Apa yang kulakukan ini benar? Apa membuatnya semakin bersedih itu benar?
“Kyu?” suara itu. Andwe. Hyung kumohon jangan kemari. “Kyu, sedang apa kau disini?” tanya Youngsaeng hyung. “O..o..oppa?” kata Sanji saat melihat Youngsaeng hyung. “Sa..sa..sanji? Benarkah ini kau?” kata Youngsaeng hyung. Aku hanya bisa melihat mereka melepas kerinduan. Apa yang harus kulakukan sekarang. Bagaimana reaksi Sanji terhadapku?
“Oppa, kemana saja kau selama ini? Aku mencarimu. Kecelakaan itu. Maafkan aku, karena aku kau mengalami kecelakaan itu,” kata Sanji sambil menitikkan air matanya. “Anio Sanji. Ini bukan salahmu. Kecelakaan itu tak ada sangkut pautnya denganmu. Mianhae, aku tak memberitahumu saat aku pergi. Setelah kecelakaan itu appa langsung mengajakku kesini. Aku harus menjalani terapi disini,” jawab Youngsaeng hyung.
“Tunggu sebentar, oppa. Oppa kenal dengan Kyu Jong?” Sanji mulai bertanya-tanya tentangku. Saat ini aku hanya bisa diam. “Tentu saja, dia adik tiriku,” jawab Youngsaeng hyung.
“Kyu? Jadi selama ini kau telah membohongiku? Kau bilang kau tak mengenal Youngsaeng oppa. Tapi kenyataannya Youngsaeng oppa adalah kakak tirimu. Kenapa kau membohongiku? Kau jahat Kyu. Kau jahat,” kata Sanji marah. Aku tak bisa melihatnya. Tak bisa melihatnya menangis.
“Kyu, jawab aku! Kenapa kau membohongiku? Kenapa?!” Sanji benar-benar marah padaku. Mianhae Sanji. Mianhae. “Kyu, sebenarnya apa yang terjadi?” tanya Youngsaeng hyung. Diam. Memang hanya diam yang bisa kulakukan. Ini semua memang salahku. Semua ini terjadi karena aku bodoh. Benar-benar bodoh.
“Kukira kau adalah sahabatku yang paling baik. Ternyata kau tak lebih baik dari seorang penjahat kelas kakap,” aku tak boleh hanya diam. Sanji harus tahu alasanku kenapa aku melakukan semua ini. “Cukup Sanji. Aku memang jahat. Aku memang telah membohongimu. Dan asal kau tahu saja, aku melakukan semua ini karena aku mencintaimu. Aku tak ingin melihatmu bersama orang lain. Apalagi melihatmu bersama Youngsaeng hyung. Mianhae Sanji,” kataku yang lalu pergi.
Kyu kau memang bodoh. Bodoh sekali. Kau tahu Sanji mencintai Youngsaeng hyung. Tapi kenapa kau menghalanginya? Sekarang lihat! Sanji membencimu karena kebodohanmu. Dan kau belum tahu bagaimana reaksi Youngsaeng hyung.
Hari ini kuputuskan untuk tidak pulang. Aku malu dengan Youngsaeng hyung. Aku malu bertemu dengannya. Kulajukan mobilku menuju sebuah tempat yang biasa kutuju saat aku memiliki banyak masalah. Malam ini akan kuhabiskan waktuku disini.
Pagi ini memang sejuk. Tapi aku tak bisa merasakannya. Aku mati rasa karena kebodohan yang kubuat sendiri. Melihat orang yang berlalu lalang disekitarku tak membuatku merasa lebih baik.
“Kyu,” seseorang memanggilku dan mengetuk pintu mobilku. Ia lalu masuk dan menepuk bahuku. “Kenapa semalam kau tak pulang? Eomma dan appa sangat khawatir dengan keadaanmu,” katanya lagi. “Aku malu padamu hyung,” kataku sambil menahan air mataku.
“Malu? Kenapa kau harus malu? Aku tahu bagaimana perasaanmu. Kau berhak mencintai siapapun. Sekalipun itu Sanji. Kyu, walaupun aku mencintainya. Kau boleh memilikinya. Ini juga salahku karena aku telah meningakan Sanji,” kata Youngsaeng hyung.
Anio hyung. Aku memang mencintainya. Tapi Sanji tak mencintaiku. Ia hanya mencintaimu. Dan Sanji pasti sekarang sudah membenciku,” kataku. “Kau salah. Sanji bukanlah orang yang seperti itu. Kalau kau minta maaf dan menjelaskan semuanya, ia pasti akan memaafkanmu. Minta maaflah padanya,” Youngsaeng hyung menasehatiku.
Hyung ini yang membuatku malu. Kau tak pernah marah walaupun aku melakukan kesalahan. “Mianhae hyung.”
—–
“Sanji, Mianhae. Kau boleh membenciku. Aku memang bodoh. Seharusnya aku tak membohongimu. Kau mencintai Youngsaeng hyung. Begitu pula dengan Youngsaeng hyung. Kau pasti akan bahagia dengannya,” kataku pada Sanji.
“Kyu, aku tak bisa membencimu. Selama ini kau yang telah menghiburku saat aku bersedih. Kumohon jangan ulangi perbuatanmu itu pada orang lain. Kau teman terbaikku,” kata Sanji padaku.
“Bukannya begini lebih baik? Aku senang melihat kalian seperti ini,” kata Youngsaeng hyung yang entah sejak kapan berada dibelakangku.
“Akan lebih baik lagi jika aku melihat kalian bersama,” kataku sambil menyatukan tangan mereka. Benar apa yang dikatakan banyak orang, cinta memang tak harus memiliki. Dan mencintai seseorang akan merasa senang jika melihat orang yang dicintai bahagia.
END

Tidak ada komentar: