Because
I’m Stupid
****************
“Kyu Jong ayo bangun!!” teriak Youngsaeng hyung tepat di
telinga sebelah kiriku. Suaranya terdengar sangat jelas olehku. Namun, tetap
saja mata ini malas untuk membuka.
“Aku masih ngantuk, hyung,” jawabku malas. Mata ini memang
sulit sekali untuk dibuka. “kau tahu? Ini sudah siang. Ayo cepat bangun!”
katanya lagi.
Youngsaeng hyung sebenarnya jarang sekali membangunkanku.
Aku lah yang biasanya membangunkannya. karena aku biasanya bangun lebih dulu
dari dirinya. Pagi ini aku tidak bisa bangun pagi, karena semalaman aku
megerjakan tugas mengarang bahasa Inggris. Sebenarnya tugasnya sudah diberikan
satu minggu yang lalu, namun aku baru ingat semalam.
“Kalau kamu tak bangun-bangun juga. Aku akan berangkat
sekolah duluan. Dan tugas yang kau kerjakan semalaman akan sia-sia karena kamu
akan datang telat dan Mrs Jessy tak akan mengizinkanmu mengikuti pelajarannya,”
kata hyungku itu panjang lebar.
Setelah Youngsaeng hyung keluar dari kamarku, aku langsung
bangun dan menuju ke kamar mandi. Youngsaeng hyung ada benarnya, percuma saja
aku megerjakan tugas bahasa Inggrisku semalaman kalau pagi ini tidak aku
kumpulkan.
———-
Namaku Kim Kyu Joong. Aku memiliki seorang kakak yang
bernama Heo Young Saeng. Nama marga kami berbeda. Young Saeng hyung bukanlah
kakak kandungku. Ia adalah kakak tiriku. ibuku menikah dengan ayahnya.
Youngsaeng hyung telah kehilangan ibunya. Nasibnya hampir
sama denganku, bedanya aku telah kehilangan ayah kandungku. Ia meninggal saat
aku baru masuk ke SMA. Mungkin karena nasib kami yang sama, jadi ia begitu baik
padaku. Tak seperti di dongeng-dongeng yang selalu menceritakan bahwa saudara
tiri itu selalu jahat. Appa juga sangat baik padaku. ia tak pernah membedakan
antara anak kandungnya dan anak tirinya.
———-
“Nanti kau tunggu saja aku di parkiran. Aku pulangnya akan
sedikit telat. kau mau menungguku, kan?” tanya Young Saeng hyung padaku.
“Ne,” jawabku pada Young Saeng hyung sambil berlalui
meninggalkannya.
saat sampai di kelas, aku sedikit bingung dengan suasana kelas
hari ini. Tak seperti biasanya teman-temanku begitu heboh seperti hari ini.
Kudengar akan ada murid baru di sekolah kami. Dan teman-temanku berharap jika
murid baru itu akan masuk ke kelas kami.
“Jungmin, apa benar hari ini akan ada murid baru?” tanyaku
pada Jungmin, teman dekatku. ia adalah teman yang unik. kadang membuatku
terytawa karena tingkahnya, kadang membuatku menangis karena ceritanya yang
mengharukan, dan hebatnya dia selalu mengerti keadaanku.
“Sepertinya begitu,” jawabnya sambil menyisir poninya.
Kuacak-acak poninya agar kembali berantakan. Dia pasti akan memelototiku, dan
berkata ‘Hey, sebagai seorang prince charming sepertiku, aku tidak boleh
terlihat berantakan’. namun ternyata dugaanku salah, kali ini ia tidak
memelototiku. Ia malah membalasku dengan mengacak-acak rambutku.
Sesaat setelah itu, teman-temanku bergegas menempati meja
mereka masing-masing. ternyata Mrs Jessy, guru bahasa inggris yang sekaligus
adalah wali kelas kami telah datang. ia datang bersama dengan seorang gadis,
yang menurutku ccantik.
“Hari ini kalian akan mendapatkan seorang teman baru, ia
pindahan dari Jepang,” kata Mrs Jessy menjelaskan. “Ayo perkenalkan dirimu di
depan teman-teaman barumu!” pinta Mrs Jessy pada gadis itu.
“Anyeong haseyo. Park San Ji imnida. Mohon bantuannya,”
katanya sambil tersenyum manis. Aku tak bisa berhenti memandangnya. Gadis itu
tidak terlalu tinggi, senyumnya manis, dan tatapan matanya yanng tajam namun
sangat indah. Aku hanya tersenyum sendiri melihatnya.
“San Ji, mulai hari ini kau resmi masuk di kelas ini. Kamu
bisa duduk di samping Hyung joon, ia adalah Murid tertampan di kelas ini,” kata
Mrs jessy pada San Ji. Mrs Jessy memang menyukai Hyung Joon, teman sekelasku.
Namun, Hyung Joon tak suka padanya. Mrs Jessy terlalu tua untuknya.
———-
Gadis itu cantik sekali. aku belum pernah bertemu dengan
gadis secantik dia. Selama pelajaran bahasa inggris aku sama sekali tek bisa
berpikir. Aku bingung, kenapa aku malah memikirkan San Ji?
to be
continued….
Kring….
Bel
pulang sekolah sudah berbunyi. Tapi aku tidak langsung menuju tempat parkir
untuk menunggu Young Saeng hyung.
Kulihat
SanJi masih berada dikelas. Kudekati dia. “Sanji,” sapaku.
“Kyu
Jong. Kenapa belum pulang?” tanya SanJi. Kami memang sudah berkenalan saat
istirahat tadi.
“Aku
masih menunggu hyungku. Sepertinya dia belum keluar dari kelasnya. Bagaimana
denganmu?” tanyaku padanya.
“Hyungmu
juga sekolah disini? Em, aku sedang menyelesaikan tugas Lee songsaenim,
tanggung,” jawabnya sambil tersenyum.
Senyumnya
begitu manis. Belum pernah aku melihat senyum semanis itu. Aku yakin, siapa
saja yang melihat senyumnya pasti akan merasa bahagia. Sepertiku sekarang ini.
“Sanji,
kalau boleh tahu kenapa kau pindah ke Korea?” tanyaku. Aku saja dari dulu ingin
merasakan tinggal di Jepang, batinku.
“Sebenarnya
aku pindah kesini untuk mencari seseorang. Sudah 7 tahun kami tidak bertemu,”
jawabnya. Ia seperti teringat pada masa lalunya. Sepertinya ia benar-benar
ingin bertemu dengan orang yang ia cari.
“Kau
pasti ingin sekali bertemu dengannya, ya?” tanyaku ingin tahu. Kali ini SanJi
hanya mengangguk sambil memaksakan tersenyum. Terlihat dari senyumnya yang tak
semanis tadi.
Aku
melihat jam tanganku. , aku terlalu asyik mengobrol dengan Sanji. Aku sampai
lupa waktu. Dan sepertinya Young Saeng hyung sudah menungguku.
“Sanji,
sepertinya hyungku sudah keluar kelas. Aku pulang dulu, ya,” kataku pada Sanji.
-@-@-
“Hyung,
mianhe aku telat,” kataku saat Young Saeng hyung sudah menunggu.
“Aish,
kau ini! Hari ini kenapa serba telat? Bangun telat, pulang telat. Tapi tak apa
lah. Ayo kita pulang,” kata Young Saeng hyung.
Ini
yang aku suka dari Young Saeng hyung. Walaupun aku sering membuat kesalahan, ia
selalu mau memaafkanku. Dan ini juga yang membuatku tak bisa marah padanya.
Saat
aku membuka pintu mobil, ternyata di dalam mobil sudah ada Hyun Joong hyung,
teman sekelas Youngsaeng hyung.
Hyun
Joong hyung tersenyum padaku. Aku segera pindah ke belakang.
-@-@-
“Jadi
Hyun Joong hyung dan Youngsaeng hyung akan ikut pertukaran pelajar di Amerika?”
tanyaku dirumah saat sudah tahu tujuan Hyun Joong hyung datang ke rumah. Mereka
ingin mempersiapkan semua yang mereka butuhkan di Amerika.
“Ne,
kami akan berangkat lusa,” jawab Hyun Joong hyung.
Tiba-tiba
Omma masuk ke kamar Young Saeng hyung. “Hyun Joong, Young Saeng, Kyu Jong, makan
dulu ya. Omma sudah menyiapkan makanan untuk kalian,” kata eomma.
“Ne,
ahjumma. Kamsahamnida,” jawab Hyun Joong Hyung. Kami segera menuju meja makan,
untuk menyantap makanan yang dimasak eomma.
-@-@-
“Kenapa
kalian tak memberitahuku jika kalian akan ikut pertukaran pelajar?” tanyaku
penasaran. “Untuk apa aku memberitahumu? Apa itu penting untukmu?” jawab
Youngsaeng hyung sambil mengambil sepiring nasi.
“Apa
eomma dan appa sudah kau beri tahu?” tanyaku lagi. “Dasar babo! Mereka sudah
tahu sejak dua minggu yang lalu,” jawabnya sambil mengacak-acak rambutku.
“Mwo?”
-@-@-
“Hyung,
kapan kau kembali ke Korea?” tanyaku saat mengantar Youngsaeng hyung ke
bandara. “Aku akan merindukanmu, hyung” kataku lagi sesaat setelah membayangkan
ditinggal oleh Youngsaeng hyung.
“Aku
akan berada di Amerika selama 1 tahun. Tapi kalau aku bisa kuliah disana,
mungkin sekitar 4 tahun. Kyu, aku pasti juga akan merindukanmu,” katanya sambil
tersenyum.
Aku
membalas senyumnya. Walau aku sebenarnya sedih harus berpisah dengannya. “Waeyo?”
tanya Youngsaeng hyung saat melihatku melamun.
“Ah,
aniyo. Hati-hati ya, hyung,” jawabku. Walaupun aku bukan adik kandungnya, tapi
aku tak ingin berpisah cukup lama dengannya. Tapi aku juga tak bisa menahannya.
Ini sudah menjadi impiannya sejak dulu.
“Younsaeng,
kita sudah harus berangkat,” kata Hyun Joong hyung.
“Youngsaeng,
jaga dirimu baik. Belajarlah sungguh-sungguh. Jangan pernah melupakan Tuhan,”
kata eomma sambil memeluk Youngsaeng hyung.
“Ne,
eomma. Aku pasti akan merindukan eomma. Sampaikan salamku untuk appa,” kata
Youngsaeng hyung.Eomma mengangguk. Ya, appa memang tidak ikut mengantar
Youngsaeng hyung. Appa harus meeting dengan clientnya.
-@-@-
Hm,
hari ini aku harus berangkat ke sekolah sendiri. Youngsaeng hyung sudah
berangkat ke Amerika kemarin.
“Kyu
Jong-ah, dowajuseyo!” kudengar teriakan Hyung Joon saat aku telah sampai di
sekolah. Hyung Joon terlihat panik.
“Wae?”
tanyaku saat Hyung Joon berhenti tepat didepanku. Ia sedang berusaha mengatur
nafasnya yang tersenggal-senggal.
“Dia
mendapat sebuah kado istimewa,” kata Jungmin yang kini sudah ikut bergabung
bersama kami.
“Kado
istimewa? Lalu kenapa kau malah terlihat panik?” tanyaku. Kulihat Jungmin
seperti sedang menahan tawa. Pasti ada yang tidak beres.
“Kau
tahu dari mana kado itu?” tanya Hyun Joong saat sudah bisa mengatur nafasnya.
Aku yang tidak tahu hanya bisa menggeleng pelan.
“Kado
itu dari Mrs. Jessy. Dia pikir aku ini siapa? Aku ini haksaeng. Dan aku tak
mungkin menjadi namjachingu nya,” katanya panjang lebar.
Aku
yang mendengar itu semua, langsung tertawa. Sepertinya Mrs. Jessy tak perna
jera untuk mengejar cinta seorang Hyung Joon.
“Sudahlah!
Sepertinya kau harus menerima cinta Mrs. Jessy,” ledek Jungmin. Aku langsung
merangkul kedua sahabatku itu dan mengajak mereka untuk segera ke kelas.
-@-@-
Saat
bel pulang sekolah sudah berbunyi, aku segera memasukkan buku-bukuku kedalam
tas. Lalu aku segera menuju ketempat parkir. Kulihat Sanji sedang berjalan
menuju pintu gerbang. Aku memanggilnya. “Sanji-ah,” dia menoleh ke arahku. Dia
berhenti berjalan. Aku segera menghampirinya.
“Kyu
Jong-ah? Ada apa?” tanyanya padaku. Ia menatap mataku. Tuhan, cantik sekali
perempuan yang ada didepanku ini.
“Kau
mau pulang?” tanyaku. Ia mengangguk sambil tersenyum. “Bagaimana jika aku
mengantarmu pulang. Kau pulang sendiri, kan?” pintaku padanya.
“Ne,
aku memang pulang sendiri. Tapi bukankah kau harus pulang dengan hyung mu?
Seperti biasanya,” jawabnya.
“Mulai
hari ini aku akan pulang sendiri. Hyung harus pergi ke Amerika selama beberapa
tahun. Jadi, apa kau mau pulang denganku?” ajakku lagi.
“Baiklah
kalau begitu. Aku mau pulang denganmu,” jawabnya. Rasanya hari ini begitu
menyenangkan. Aku bisa pulang bersama dengan perempuan secantik Sanji.
to be continued….
Berpisah
dengan Youngsaeng hyung memang sedikit membuatku sedih. Tapi karena kepergian
Youngsaeng hyung, aku bisa menjadi lebih mandiri. Semua hal kukerjakan sendiri.
Mudah-mudahan saat Youngsaeng hyung kembali ke Korea nanti aku bisa menunjukkan
perubahan sikapku ini.
“Kyu
Jong-ah,” Suara yang sangat kukenal memanggilku. “Ne,” jawabku. “Apa kau mau menemaniku untuk menemui
teman lamaku?” katanya. Teman lamanya? Apa ini berarti Sanji telah menemukan
orang yang selama ini dia cari?
“Mwo? Teman lamamu? Berarti orang yang
kau cari itu sudah ketemu?” tanyaku. “Belum. Temanku ini juga temannya. Kami
dulu sering bersama. Entah kenapa kami bisa berkumpul di Korea,” jawabnya.
Syukurlah. Aku benar-benar tak berharap Sanji akan menemukan orang itu.
Kedengarannya memang jahat. Tapi dengan begitu akan ada banyak waktu untuk
menunjukkan perasaanku yang sesungguhnya padanya.
“Kyu?
Apa kau tak bisa menemaniku? Kalau begitu aku bisa pergi sendiri,” katanya. “Anio. Aku akan menemanimu.
Dimana kau akan menemuinya?” tanyaku. “Di Jaksal Chicken,” jawabnya. “Tapi
bukan sekarang, kan? Aku masih ada kelas,” tanyaku. “Masuklah dulu. Aku akan
memberitahumu kapan kita harus pergi. Gumawo
Kyu. Kau memang sahabatku yang paling baik,” katanya lalu pergi. Sahabat?
Bisakah kau anggap aku lebih dari itu?
Saat
ini aku sudah tidak bersekolah. Aku sudah menjadi mahasiswa di Daegu
University. Sesuai dengan keinginanku, aku masuk ke fakultas sastra Korea.
Sudah 3 tahun sejak kepergian Youngsaeng hyung. Akhir-akhir ini aku dan
Youngsaeng hyung lost contact. Mungkin Youngsaeng hyung sedang sibuk.
“Dimana
temanmu itu?” tanyaku saat kami telah sampai di Jaksal Chicken. “Sepertinya dia
belum datang. Kita duduk dulu. Kajha,”
katanya sambil menarikku ke sebuah meja. “Mudah-mudahan dengan bertemu dengan
teman lamaku itu aku bisa mendapatkan sedikit informasi tentangnya. Benarkan
Kyu,” katanya bersemangat. Aku hanya mengangguk. Apakah kau akan mengatakan ini
padaku jika kau tahu perasaanku padamu?
“Sanji,”
sapa seseorang dari arah punggungku. “Yunho oppa? Apa kabar oppa?” tanya Sanji
saat mengetahui orang yang menyapanya adalah orang yang dari tadi sudah
ditunggunya. “Aku baik-baik saja, bagaimana denganmu?” tanyanya. “Aku juga
baik-baik saja. Silakan duduk oppa,” kata Sanji.
Pria
ini memang terlihat lebih dewasa dariku. Mungkin ia sebaya dengan Youngsaeng
hyung. Dia lalu melihat kearahku yang sedari tadi memang diam saja. Aku lebih
memilih bermain game yang ada di ponselku dan mendengarkan pembicaraan mereka.
“Aku
sampai lupa. Ini Kyu Jong sahabatku. Dia yang selama ini membantuku
mencarinya,” kata Sanji memperkenalkanku. “Kim Kyu Jong,” kataku memperkenalkan
diri. “Ne, Jung Yunho,” katanya.
“Oppa,
apakah oppa punya sedikit informasi tentangnya? Aku benar-benar ingin bertemu
dengannya dan mengulang masa-masa itu. Aku yakin, yang dikatakan teman-teman
itu tidak benar. Dia belum meninggal. Aku bisa merasakan semua itu,” kata Sanji
dengan mata yang berkaca-kaca.
“Aku
tahu kau begitu menyayanginya. Tapi bukti-bukti itu mengatakan kalau dia,”
Yunho tak meneruskan kalimatnya. “Oppa percaya padaku! Dia masih hidup oppa.
Aku sangat yakin itu,” kata Sanji. Aku benar-benar tak mengerti dengan
percakapan mereka. Meninggal? Bukti? Kalau memang orang yang Sanji cari sudah
meninggal berarti aku memiliki kesempatan untuk mendekatinya.
—–
“Ya!
kenapa melamun?”
tanyaku sambil memberilan sebotol minuman. “Kyu, apa yang dikatakan Yunho oppa
kemarin itu benar? Apa aku sudah tak bisa menemukannya lagi. Kalau memang
seperti itu lebih baik aku kembali ke Jepang. Percuma,” katanya putus asa.
“Ya, dimana Sanji yang aku kenal? Sanji
yang aku kenal selalu mengikuti kata hatinya. Tak pernah putus asa seperti ini.
Kembalikan yang Sanji yang aku kenal,” kataku. Dia tersenyum. Ia seakan
mengerti apa maksud kalimat-kalimat yang keluar dari mulutku tadi.
“Aku
akan tetap membantumu mencarinya. Sebelum kau mendapatkan bukti-bukti, jika,”
aku tak meneruskan kalimatku. Tak tega rasanya mengucapkan kata itu. “Ne, gumawo Kyu. Entah dengan cara apa
aku harus membalas kebaikanmu ini,” katanya.
—–
Lelah
sekali. Aktivitasku hari ini memang sangat melelahkan. Dari pagi, aku pergi
bersama Sanji untuk mencari orang yang dicarinya. Sakit memang rasanya. Tapi
karena aku yakin orang itu sudah meninggal, rasa sakit ini menjadi tak begitu
sakit. Sepertinya aku harus cepat-cepat tidur.
“Kyu,”
kata seseorang saat aku masuk kedalam kamarku. Suara itu. Aku mengenalnya. Ya,
sangat mengenalnya. “Hyung,” Youngsaeng hyung sudah kembali. Aku lalu
memeluknya. Melepas semua kerinduanku selama ini padanya. Rasanya, setelah
bertemu dengannya semua rasa lelah yang ada pada diriku langsung lenyap.
“Kenapa
hyung tak memberitahuku dulu kalau hyung mau pulang?” tanyaku. “Untuk apa aku
memberitahumu jika kita pasti bertemu?” katanya. Ia tak berubah, masih sama
seperti dulu. “Terserah kau lah,” kataku akhirnya.
—–
“Kyu,
bagaimana dengan gadis yang kau ceritakan padaku waktu itu? Apa kau sudah
memacarinya?” tanya Youngsaeng hyung. “Belum hyung. Aku belum mengatakan
perasaanku padanya,” jawabku. “Kenapa kau belum mengatakannya? Katakan saja!
Aku yakin dia akan menerimamu. Siapa sih yang bisa menolak dongsaengku ini?” katanya. Hyung
kau masih Youngsaeng hyung yang dulu. Yang selalu memberiku semangat.
“Sudah
lama kita tidak jalan-jalan berdua. Kita jalan-jalan yuk. Apa hyung tidak
merindukan suasana kota Seoul?” tanyaku mengajaknya jalan-jalan. “Aish, bilang saja kau rindu
padaku dan kau ingin berjalan-jalan denganku. Kajha,” katanya. Hyung kau memang benar. Aku ingin
sekali berjalan-jalan denganmu.
—–
Tak
ada yang lebih menyenangkan dari hari ini. Taman Yeouido menjadi tujuan kami.
Dulu saat pulang sekolah kami sering sekali datang kesini. Hanya sekedar
menunggu waktu sore tiba.
“Kyu,
kau tak mengajakku kesana? Bukankah tempat itu adalah tempatmu untuk mengamati
setiap perempuan yang lewat?” tanya Youngsaeng hyung. Namun aku hanya tersenyum.
Aku sudah menemukan orang yang sudah mengisi hatiku hyung.
“Ya. Aku mau membeli bakso ikan
disana. Apa kau mau? Biar aku belikan,” kata Youngsaeng hyung bersemangat.
Mungkin dia sudah merindukan makanan-makanan korea. Tiga tahun memang bukan
waktu yang singkat. “Jangan lama-lama hyung,” kataku.
“Kyu?”
panggil seseorang. “Sanji?” kataku setelah membalikkan badanku dan mengetahui
siapa yang memanggilku. “Apa yang kau lakukan disini?” tanyanya padaku. “Aku
menemani hyung jalan-jalan. Apa kau mau bertemu dengannya? Tunggulah sebentar,
ia sedang membeli bakso ikan,” kataku. “Mianhae Kyu. Aku sedang buru-buru. Aku
pergi dulu, ya. Annyeong,”
katanya sambil berlalu pergi. “Ne,
annyeong,” kataku.
“Ya, Kyu,” panggil Youngsaeng hyung.
Ia lalu memberikan beberapa tusuk bakso ikan padaku. “Hyung, kau lama sekali.
Kau tahu? Gadis yang aku ceritakan padamu itu tadi ada disini,” kataku
mengeluh. Youngsaeng hyung malah tersenyum. Padahal aku benar-benar ingin
Youngsaeng hyung bertemu dengan Sanji. Supaya Youngsaeng hyung tahu betapa
cantiknya dia.
“Jadi
karena itu kau menganggapku terlalu lama? Kyu, lain kali kan aku masih bisa
bertemu dengannya,” katanya. Youngsaeng hyung memang benar. Lain kali mereka
masih bisa bertemu.
—–
“Kyu,
kira-kira dimana aku harus mencarinya?” tanya Sanji saat kami pulang kuliah.
“Sanji, bagaimana aku bisa membantumu mencari orang itu kalau aku belum melihat
fotonya. Kau punya fotonya?” tanyaku. “Disitu masalahnya Kyu. Foto-fotonya
telah hilang terbakar saat kami mengalami kecelakaan,” katanya dengan mata yang
berkaca-kaca. Aish, sepertinya aku telah melakukan hal yang salah. “Mian Sanji. Aku tak bermaksud
membuatmu sedih,” kataku meminta maaf.
“Gwechana Kyu. Aku akan mencoba mencari fotonya. Mungkin saja aku
masih memilikinya,” katanya.
—–
“Kyu.
Aku punya,” teriak Sanji sambil memelukku saat aku sedang sendiri di taman
dekat kampus. “Punya apa? Ya Sanji, kau memelukku apa mau membunuhku?” kataku
saat aku benar-benar tak bisa bernapas. Sanji memelukku terlalu erat.
“Aku
punya foto itu. Aku menemukannya, Kyu,” katanya bersemangat. Aku hanya
tersenyum. Ini semua tak sesuai dengan apa yang aku inginkan. Aku malah
berharap ia tak menemukan foto itu. Aku tak mau jika Sanji telah menemukan
orang yang dicarinya ia akan berpaling dariku.
“Sincha? Coba aku lihat. Seperti apa sih
laki-laki itu sampai membuat sahabatku jadi seperti ini?” ia lalu memberikan
foto itu. Mataku terbelalak saat melihat foto itu. Ini tidak mungkin. Ya, ini
tidak mungkin. “Foto itu memang sedikit rusak. Tapi kau masih bisa melihatnya
kan?” katanya. “Sa.. Sanji boleh aku tahu siapa namanya?” tanyaku. “Young
Saeng. Heo Young Saeng.”
Rasanya
seperti berhenti detak jantungku. Rasanya darah ini sudah tak mau mengalir
ditubuhku. Jadi orang yang selama ini aku cintai, ternyata mencintai hyungku
sendiri? Benar-benar tak bisa kupercaya. Tidak. Aku tak boleh mempertemukannya
dengan Youngsaeng hyung. Aku mencintainya. Aku tak mau dia dimiliki orang lain.
“Kyu?
Kau kenapa? Apa kau mengenalnya?” tanyanya yang mungkin telah menyadari
perubahan sikapku. “A.. Anio. Aku
tak mengenalnya. Sanji, mianhae.
Aku lupa. Aku ada janji dengan temanku. Aku pergi dulu, ya,” kataku yang
langsung pergi meninggalkannya. Mianhae
Sanji. Mianhae aku
telah berbohong padamu. Aku benar-benar tak ingin kehilanganmu. Aku tak ingin
melihatmu bersama orang lain. Apalagi melihatmu bersama hyungku sendiri.
Taman
Yeouido. Setiap aku ada masalah, aku pasti ketempat ini. Sungguh ini semua
belum bisa kupercaya. Kuputuskan untuk tetap berada disini beberapa saat.
Kupejamkan mataku. Dan tanpa terasa, aku terlelap.
Kubuka
mataku. Suasana disekitarku telah gelap. Mungkin sudah lama aku tidur disini.
Aku lalu bangkit. Sebenarnya aku tak ingin pulang. Aku sedang tak ingin bertemu
dengan Youngsaeng hyung. Tapi aku tak ingin membuat eomma dan appa khawatir.
Kuparkirgan
mobilku di garasi. Aku lalu masuk, tanpa mengucap salam. “Kyu dari mana saja
kau? Kenapa jam segini baru pulang?” tanya Youngsaeng hyung “Kyu, kau tahu ini
sudah jam berapa? Tengah malam seperti kau baru pulang?” tambah eomma. Aku
hanya diam. Aku ingin segera masuk ke kamarku. “Kyu, eomma-mu sedang berbicara.
Dengarkan dulu. Jangan masuk kamar sebelum eomma selesai berbicara,” sekarang
appa. Tapi aku tak peduli. Aku langsung masuk kemar. Samar-samar kudengar
percakapan mereka. Mereka pasti sedang membicarakanku.
“Kyu,
boleh aku masuk?” tanya Youngsaeng hyung. Diam. Aku tak menjawabnya. Aku
sekarang memang sedang tak peduli dengan siapapun. “Kyu, apa kau sedang ada
masalah? Ceritakan saja padaku,” Youngsaeng hyung tetap membujukku. “Mianhae
hyung aku sedang ingin sendiri,” kataku akhirnya.
—–
Hari
ini sudah satu minggu setelah aku tahu siapa laki-laki yang dicari Sanji. Aku
masih merahasiakan semua ini. Aku benar-benar tak tahu apa keputusanku ini
benar atau salah. Yang jelas saat ini aku sedang ingin bersamanya.
“Kyu,
apa aku sudah tak bisa bertemunya lagi? Padahal aku ingin sekali bertemu
dengannya. Aku ingin menjawab pertanyaannya,” katanya. Dia sepertinya sedih.
Apa yang kulakukan ini benar? Apa membuatnya semakin bersedih itu benar?
“Kyu?”
suara itu. Andwe. Hyung
kumohon jangan kemari. “Kyu, sedang apa kau disini?” tanya Youngsaeng hyung.
“O..o..oppa?” kata Sanji saat melihat Youngsaeng hyung. “Sa..sa..sanji?
Benarkah ini kau?” kata Youngsaeng hyung. Aku hanya bisa melihat mereka melepas
kerinduan. Apa yang harus kulakukan sekarang. Bagaimana reaksi Sanji
terhadapku?
“Oppa,
kemana saja kau selama ini? Aku mencarimu. Kecelakaan itu. Maafkan aku, karena
aku kau mengalami kecelakaan itu,” kata Sanji sambil menitikkan air matanya. “Anio Sanji. Ini bukan salahmu.
Kecelakaan itu tak ada sangkut pautnya denganmu. Mianhae, aku tak memberitahumu
saat aku pergi. Setelah kecelakaan itu appa langsung mengajakku kesini. Aku
harus menjalani terapi disini,” jawab Youngsaeng hyung.
“Tunggu
sebentar, oppa. Oppa kenal dengan Kyu Jong?” Sanji mulai bertanya-tanya
tentangku. Saat ini aku hanya bisa diam. “Tentu saja, dia adik tiriku,” jawab
Youngsaeng hyung.
“Kyu?
Jadi selama ini kau telah membohongiku? Kau bilang kau tak mengenal Youngsaeng
oppa. Tapi kenyataannya Youngsaeng oppa adalah kakak tirimu. Kenapa kau
membohongiku? Kau jahat Kyu. Kau jahat,” kata Sanji marah. Aku tak bisa
melihatnya. Tak bisa melihatnya menangis.
“Kyu,
jawab aku! Kenapa kau membohongiku? Kenapa?!” Sanji benar-benar marah padaku. Mianhae Sanji. Mianhae. “Kyu, sebenarnya apa
yang terjadi?” tanya Youngsaeng hyung. Diam. Memang hanya diam yang bisa
kulakukan. Ini semua memang salahku. Semua ini terjadi karena aku bodoh.
Benar-benar bodoh.
“Kukira
kau adalah sahabatku yang paling baik. Ternyata kau tak lebih baik dari seorang
penjahat kelas kakap,” aku tak boleh hanya diam. Sanji harus tahu alasanku
kenapa aku melakukan semua ini. “Cukup Sanji. Aku memang jahat. Aku memang
telah membohongimu. Dan asal kau tahu saja, aku melakukan semua ini karena aku
mencintaimu. Aku tak ingin melihatmu bersama orang lain. Apalagi melihatmu
bersama Youngsaeng hyung. Mianhae
Sanji,” kataku yang lalu pergi.
Kyu
kau memang bodoh. Bodoh sekali. Kau tahu Sanji mencintai Youngsaeng hyung. Tapi
kenapa kau menghalanginya? Sekarang lihat! Sanji membencimu karena kebodohanmu.
Dan kau belum tahu bagaimana reaksi Youngsaeng hyung.
Hari
ini kuputuskan untuk tidak pulang. Aku malu dengan Youngsaeng hyung. Aku malu
bertemu dengannya. Kulajukan mobilku menuju sebuah tempat yang biasa kutuju
saat aku memiliki banyak masalah. Malam ini akan kuhabiskan waktuku disini.
Pagi
ini memang sejuk. Tapi aku tak bisa merasakannya. Aku mati rasa karena
kebodohan yang kubuat sendiri. Melihat orang yang berlalu lalang disekitarku
tak membuatku merasa lebih baik.
“Kyu,”
seseorang memanggilku dan mengetuk pintu mobilku. Ia lalu masuk dan menepuk
bahuku. “Kenapa semalam kau tak pulang? Eomma dan appa sangat khawatir dengan
keadaanmu,” katanya lagi. “Aku malu padamu hyung,” kataku sambil menahan air
mataku.
“Malu?
Kenapa kau harus malu? Aku tahu bagaimana perasaanmu. Kau berhak mencintai
siapapun. Sekalipun itu Sanji. Kyu, walaupun aku mencintainya. Kau boleh
memilikinya. Ini juga salahku karena aku telah meningakan Sanji,” kata
Youngsaeng hyung.
“Anio hyung. Aku memang
mencintainya. Tapi Sanji tak mencintaiku. Ia hanya mencintaimu. Dan Sanji pasti
sekarang sudah membenciku,” kataku. “Kau salah. Sanji bukanlah orang yang
seperti itu. Kalau kau minta maaf dan menjelaskan semuanya, ia pasti akan
memaafkanmu. Minta maaflah padanya,” Youngsaeng hyung menasehatiku.
Hyung
ini yang membuatku malu. Kau tak pernah marah walaupun aku melakukan kesalahan.
“Mianhae hyung.”
—–
“Sanji,
Mianhae. Kau boleh membenciku.
Aku memang bodoh. Seharusnya aku tak membohongimu. Kau mencintai Youngsaeng
hyung. Begitu pula dengan Youngsaeng hyung. Kau pasti akan bahagia dengannya,”
kataku pada Sanji.
“Kyu,
aku tak bisa membencimu. Selama ini kau yang telah menghiburku saat aku
bersedih. Kumohon jangan ulangi perbuatanmu itu pada orang lain. Kau teman
terbaikku,” kata Sanji padaku.
“Bukannya
begini lebih baik? Aku senang melihat kalian seperti ini,” kata Youngsaeng
hyung yang entah sejak kapan berada dibelakangku.
“Akan
lebih baik lagi jika aku melihat kalian bersama,” kataku sambil menyatukan
tangan mereka. Benar apa yang dikatakan banyak orang, cinta memang tak harus
memiliki. Dan mencintai seseorang akan merasa senang jika melihat orang yang
dicintai bahagia.
END
Tidak ada komentar:
Posting Komentar