15
Oktober
Judul
: 15 Oktober
Author
: Admin Kirha
Main
Cast: Lee Donghae, Song Soneul, Min Hara/Lee Haera
Summary:
selalu ada kejutan yang selalu membuatku ingin selalu menunggu tanggal 15
OKTOBER
Warning:
OOC(Out Of Character), mungkin sedikit gaje, dipenuhi dengan khayalan author.
Don’t like Don’t Read.
……………………..HAPPY READ……………………….
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
15
OKTOBER 2003
Hujan
mengguyur sebuah kota di Korea Selatan. Seorang namja yang sedang basah kuyup
duduk sambil menggigil kedinginan di dalam Halte. Bukan, dia bukan sedang
menunggu bus ataupun kendaraan umum lainnya. Melainkan dia menunggu seorang
yeoja yang sudah hampir sejam tak kunjung datang menemuinya. Tapi namja
tersebut tidak ingin meninggalkan tempat itu. Karena dia yakin yeoja itu pasti
datang, walaupun dia harus mati kedinginan di tempat itu asal dia bisa
mendengar jawaban yang sangat di tunggu dari yeoja tersebut.
Tiba-tiba
seorang yeoja sedang berlari ke arah halte yang menjadi tempat berteduhnya
namja tersebut. Apakah yeoja tersebut yang dia tunggu? Tentu saja iya. Begitu
sampai di hadapan namja tersebut yeoja itu langsung mengatakan.
“pabo,
dasar ikan pabo. Kenapa kau masih menungguku di sini? kenapa kau tidak pulang
saja?”
“aku
sudah janji padamu, dan aku ingin menepati janjiku. Dan kau, kau juga harus
menepati janjimu sekarang juga” kata namja itu susah payah sambil menahan
dingin dan bibirnya gemetaran.
“segitu
besarkah kau mencintaiku sampai kau rela menungguku di sini sambil menahan
dingin?”
“tentu
saja, kau fikir aku hanya main-main hah?” namja itu bangkit dari duduknya dan
menatap yeoja tersebut. Tapi namja tersebut hampir saja jatuh kalau saja yeoja
tersebut tidak segera menahannya.
“mianhae
Donghae, aku tidak mengira kalau kau sangat mencintaiku. Aku baru menyadarinya
begitu melihat pengorbananmu sekarang. Aku hanya tidak ingin kecewa lagi
makanya aku tidak mempercayaimu. Tapi sekarang aku percaya, aku mau menjadi
yeojachingu mu. Menjadi wanita nya Lee Donghae” mata yeoja tersebut meneteskan
air bening yang mengalir ke pipinya, dia lalu memeluk namja yang di panggil
Donghae itu dengan erat. Sangat erat, berusaha membuat Donghae menjadi hangat.
“saranghaeyo
Soneul” kata Donghae pelan sebelum akhirnya dia pingsan di pelukan Soneul.
“nado
saranghaeyo, chagi” balas yeoja yang bernama Soneul tersebut sambil mencium
kening Donghae yang sudah tidak sadarkan diri itu.
Hadiah
ulang tahun ku yang pertama darimu.
Kata
SARANGHAEYO yang terucap dari mulutmu, lebih dari sebuah hadiah ulang tahunku.
SARANGHAEYO
Song Soneul
15
OKTOBER 2004
Donghae
duduk gelisah dalam perpustakaan, kampusnya sudah sepi. Ternyata hari sudah
malam, dan Donghae masih saja berada dalam perpustakaan itu. Dalam hatinya
berkecamuk, ada perasaan kesal, dan juga marah. Dan di pikirannya di penuhi
dengan Soneul, yeoja chingu nya itu.
“sudah
beberapa hari ini dia tidak menghubungiku, bahkan di kampus juga tidak
kelihatan. bisa-bisa nya dia lupa dengan anniversary hubungan ini, dan lebih
parahnya dia lupa ulang tahunku yang juga hari ini. Soneul, awas kau ya!” kata
Donghae sambil berdiri dan pergi meninggalkan perpustakaan dan kampusnya itu.
Pulang ke apartemennya dengan perasaan masih di penuhi dengan kekesalan.
Setibanya
di apartemennya dia dikejutkan oleh lampu apartemennya yang sudah menyala dan
bau masakan dari dapur. Dengan penuh penasaran Donghae mendekati dapurnya
dengan perlahan-lahan dan begitu sampai di dapurnya dia dikejutkan kembali
dengan kehadiran seorang yeoja yang sangat di kenalnya.
‘Song
Soneul!! Ternyata dia ada di sini, dan dia sedang. Memasak!! Sejak kapan dia
bisa memasak’ batin Donghae.
Dengan
masih di penuhi rasa penasaran Donghae pun memanggil yeoja tersebut sambil
mendekatinya.
“Soneul”
panggil Donghae membuat orang yang di sebut namanya menoleh ke asal suara yang
memanggilnya itu.
“eh,
kau sudah pulang ya chagi” jawab Soneul.
“kau
sedang apa?”
“pabo!!
Memangnya kau lihat aku sedang apa sampai kau harus bertanya lagi. Tentu saja
aku sedang memasak”
“ohh,
aku pikir sedang meracik obat” canda Donghae disertai dengan tawa cekikikan
Donghae di susul dengan jitakan lembut dari Soneul.
“mian..
mian.. ehehe.. memangnya sejak kapan kau bisa memasak”
“selesai!!”
teriak Soneul tiba-tiba.
“hidangan
utamanya akhirnya selesai juga” sambungnya lagi sambil meletakkan makanan yang
baru masak itu di atas meja makan.
“nah,
sekarang ayo kau duduk dulu lalu kau cicipi.” Kata Soneul sambil menyuruh
Donghae duduk.
Dengan
ragu-ragu Donghae memasukkan sesuap masakan Soneul ke dalam mulutnya dengan
cara perlahan-lahan.
“kenapa
lama sekali hanya menyendokkan satu suapan saja dalam mulutmu, dan wajahmu
kenapa seperti itu. Kau takut aku akan membunuhmu hah? Aku tidak mungkin
membunuhmu chagiya” gerutu Soneul.
“aku
takut kalau masakan ini….” Kata-kata Donghae terputus.
“masakan
ini kenapa?” tanya Soneul penasaran.
“ah,
tidak. Aku akan memakannya kok” kata Donghae sambil langsung memasukkan sendok
yang sudah berisi masakan Soneul.
Setelah
mengunyahnya secara perlahan, tiba-tiba Donghae seperti terkejut lagi.
“chagi,
masakanmu… enak sekali” kata Donghae sambil menatap wajah yeojachingu nya itu.
“jinjja?”
“ne,
kau pintar memasak rupanya” kata Donghae sambil menggenggam tangan Soneul.
Tetapi tangan Donghae merasakan sesuatu yang mestinya tidak di rasakannya pada
saat memegang tangan Soneul. Begitu dia melihatnya ternyata tangan Soneul
banyak luka-luka sayatan.
“chagi,
kenapa tanganmu jadi begini?”
“ini
lah tanda yang ku dapat dari pelajaran memasakku” kata Soneul sambil tersenyum.
“chagi,
padahal kau tidak perlu seperti ini”
“ani
chagi, aku hanya ingin melakukan sesuatu di hari yang sangat special ini. Lagi
pula aku ingin membalas pengorbanan mu hanya untuk mendengar jawabanku tepat di
tanggal dan bulan yang sama dengan hari ini. Dan hari ini adalah Hari di mana
satu tahun yang lalu kita menjadi sepasang kekasih dan dimana hari ini adalah
hari ulang tahunmu juga. Saengil chukkae hamnida chagiya” kata Soneul sambil
memeluk Donghae.
“gomawo
chagi, saranghaeyo” kata Donghae seraya mengecup bibir Soneul lembut.
Kau
membuatku merasa kesal pada awalnya, tapi dengan alasan ingin membalas
pengorbananku tanganmu yang indah dan halus itu harus penuh dengan luka hanya
karena ingin membuat ku memuji masakanmu.
Ini
menjadi salah satu hadiah ulang tahunku darimu yang takkan pernah terlupakan
15
OKTOBER 2006
‘dia
kembali tidak menghubungiku pada hari ini, kenapa sih yeoja itu selalu
menghilang pada saat special seperti hari ini’ gerutu seorang Lee Donghae dalam
hati.
Donghae
yang sedang kesal itu pun lalu membaringkan tubuhnya di tempat tidur dan mulai
menutup matanya. Pada saat dia sudah mulai memasuki alam bawah sadarnya (kyak
dihipnotis :P) tiba-tiba sebuah ketukan di pintu apartemennya memaksa dia untuk
membuka matanya dan juga membuka pintu.
“siapa
sih ganggu aja” kata Donghae begitu membukakan pintu.
“hai
chagiya, tampaknya kau sedang tidur ya? Mian kalau aku mengganggumu. Ayo ikut
denganku.” Kata Soneul sambil menyeret Donghae dan seolah tak memberi ijin
untuk Donghae menjawab pertanyaannya.
Ternyata
Donghae di bawa Soneul ke sebuah danau, mereka lalu naik sebuah perahu dan
berhenti di tengah-tengah danau tersebut.
“untuk
apa kita di sini?” tanya Donghae.
“nanti
juga kau akan tau” kata Soneul sambil seperti memberi aba-aba dan tiba-tiba dia
atas kepala mereka sudah di penuhi lampu yang berwarna warni dan bertuliskan
SAENGIL CHUKKAE HAMNIDA LEE DONGHAE.
Donghae
yang melihat semua itu hanya bisa terkejut dan tak percaya, dia lalu menatap
Soneul dengan tatapan tidak percaya juga.
“kau
yang membuat semuanya?”
“tentu
saja tidak, mana mungkin yeoja seperti ku mampu membuat yang seperti ini. Aku
di bantu oleh beberapa temanku. Mian ya chagi kalau tidak romantis seperti pada
saat ulang tahunku bulan kemarin”
“ani,
ini sangat indah. Dan akan lebih romantis kalau di tambah ini” kata Donghae
sambil mencium lembut bibir Soneul.
“saranghaeyo
chagi”
Kau
selalu berusaha membalas setiap kejutan yang aku buat di ulang tahunmu. Balasan
darimu bahkan kadang-kadang lebih daripada yang aku buat padamu. Aku menjadi
tidak sabar untuk selalu menantikan tanggal 15 Oktober. Menantikan kejutan
apalagi yang akan kau berikan padaku.
15
OKTOBER 2008
Dengan
langkah gontai Donghae berjalan menuju apartemennya, seharian ini dia tidak
mendapatkan satu kejutan apapun dari Soneul. Bahkan Soneul bersikap biasa saja.
Seolah-olah hari itu tidak ada apa-apa.
Pada
saat Donghae memasuki apartemennya tiba-tiba..
“SURPRISE!!!”
teman-temannya yang entah sejak kapan ada di dalam apartemennya meneriakkan
kata ‘kejutan’ yang membuat Donghae terkejut. Setelah berterima kasih pada
semua teman-temannya Donghae mencari-cari sosok yeojachingunya, tapi dia tidak
mendapatkannya.
Lalu
dia menanyakan Soneul pada teman dekatnya, dan temannya tersebut mengatakan
bahwa Soneul tidak bisa datang dan hanya bisa menitipkan hadiah yang besar yang
sekarang terletak di atas tempat tidurnya.
Tadinya
Donghae akan membukanya begitu teman-temannya pulang tapi dia di paksa oleh
teman-temannya untuk segera membuka isi kado tersebut. Dan pada saat dia
membukanya.
“SAENGIL
CHUKKAE HAMNIDA NAE YEOBO!!” seorang yeoja yang tak lain dan tak bukan adalah
Song Soneul keluar dari dalam hadiah tersebut sambil membawa kue dan langsung
mencium dan memeluk Lee Donghae.
Bahkan
kali ini kau yang menjadi hadiahnya. Kau memang luar biasa.
15
OKTOBER 2009
Donghae
sedang menunggu dengan gelisah di dalam sebuah restoran mewah. Dia menunggu
siapa lagi kalau bukan Song Soneul. Di tangannya sudah ada sebuah cincin yang
kemarin pernah di berikan pada Soneul di ulang tahunnya tanggal 19 September
tapi cincin itu sempat di tepis oleh Soneul. Entah kenapa Soneul kembali
menelponnya dan mengatakan bahwa dia akan memberikan jawaban yang sebenarnya
mengenai lamaran Donghae itu.
Setelah
menunggu beberapa lama Soneul pun muncul dengan gaun yang indah namun tidak
mewah. Dia datang dengan wajah yang sangat pucat. Tubuhnya pun sudah mulai terlihat
kurus, karena sakit yang di deritanya. Donghae tau itu dan dia memakluminya.
“chagi,
mian membuatmu menunggu lama” kata Soneul begitu duduk di kursi yang berhadapan
dengan Donghae.
“gwaenchanayo”
jawab Donghae singkat sambil tersenyum ke arah Soneul.
Setelah
menyantap makanan yang mereka pesan, tibalah saat di mana Soneul harus menjawab
lamaran Donghae yang mengajaknya untuk melangsungkan pertunangan.
“chagi,”
panggil Soneul pelan.
“ne”
“kau
tau kan dengan penyakitku ini”
“aku
tau”
“lalu
kenapa kau masih saja memilihku. Di luar sana kan masih banyak yang lebih baik
dariku, dan pastinya lebih sehat dariku”
“itu
karena hatiku ada padamu, hatiku dan hatimu tidak akan pernah bisa jauh. Kau
adalah sumber kebahagianku”
“tapi,
umurku..”
“sssttt..
aku tau itu. Biarlah itu menjadi konsekuensi yang aku dapatkan” kata Donghae
sambil menggenggam tangan Soneul lembut.
“baiklah
kalau memang itu maumu, aku bersedia menjadi tunanganmu” kata Soneul sambil
mencoba tersenyum.
Senyuman
lemah itu mengakhiri kata-kata persetujuamu untuk menjadi tunanganku.
Walaupun
tahun ini di ulang tahunku tidak ada kejutan darimu tapi itu semua sudah lebih
dari cukup.
15
OKTOBER 2010
Seorang
yeoja terbaring lemas di tempat tidur rumah sakit, dan seorang namja setia
menunggunya dari awal yeoja itu masuk ke rumah sakit.
Mereka
adalah Donghae dan Soneul. Donghae terlihat seperti pangeran yang sedang
menunggu putrinya sadar dari tidur panjangnya.
Donghae
tau ini akan terjadi, cepat atau lambat dia akan melihat Soneul terbaring lemah
tak berdaya seperti saat ini.
“Donghae”
tiba-tiba Soneul terbangun dan memanggil Donghae yang sedang duduk di
sampingnya.
“ne
chagi, kau sudah bangun. Mau ku ambilkan minum?”
“ani
chagi,”
“oh,
arasseo”
“chagi,
mian sudah menyita waktumu berbulan-bulan karena menjagaku. Kau memang namja
yang keras kepala, sudah ku bilang jangan pedulikan aku. Masih banyak yeoja
yang sehat di luar sana, tapi kau masih saja memilih yeoja yang berumur pendek
sepertiku.”
“aku
juga sudah bilang padamu kan. Hatiku ada padamu, kau lah sumber kebahagiaanku.
Aku belum tentu bisa bahagia dengan yeoja lain sedangkan hatiku hanya untukmu,
hanya padamu.”
“tapi,
bagaimana kalau aku akan pergi sekarang? Bagaimana dengan pernikahan kita?”
“kalau
begitu akan aku lakukan sekarang”
“mwo?
Chagi?”
“tunggu
sebentar ya chagi” kata Donghae sambil meninggalkan ruangan tersebut setelah
mencium kening Soneul lembut.
.
.
.
.
“Lee
Donghae, apa kau bersedia mencintai Song Soneul dalam suka maupun duka?,
menerima dia apa adanya, dan akan selalu bersamanya?” kata seorang pastor dalam
sebuah acara pernikahan dadakan dalam sebuah kamar rumah sakit yang di gunakan
oleh Song Soneul.
“aku
bersedia” jawab Donghae mantap
“Song
Soneul, apa kau bersedia mencintai Lee Donghae dalam suka maupun duka?,
menerima dia apa adanya, dan akan selalu bersamanya?” lanjut sang pastoor.
“aku…
bersedia” jawab Soneul lemah.
Setelah
mendengar perkataan dari Soneul pastor itu pun membacakan sebuah doa untuk
pasangan pengantin baru itu. Sedangkan pengantinnya hanya saling menatap,
mengeratkan pegangan tangan satu sama lain.
Tiba-tiba
alat yang menggambarkan detak jantung Soneul memperlihatkan hal yang aneh. Alat
itu seperti menggambarkan bahwa detak jantung Soneul makin melemah. Dokter yang
memang sudah di situ sedari tadi pun segera memeriksa keadaan Soneul. Tapi…
Tiiiiiiiiiiiiiiiiiiiittttttttt..
Sebuah
bunyi yang memekakan telinga keluar dari alat tersebut, menandakan bahwa Soneul
telah pergi dengan tenang. Dia pergi setelah membisikan sesuatu pada Donghae
yang membuat Donghae tersenyum dalam tangisnya. Soneul pergi dengan tenang dan
damai, senyum masih tergambar di wajahnya walaupun rohnya sudah meninggalkan
jasadnya.
Aku
tau ini akan terjadi, makanya aku segera melangsungkan pernikahan denganmu.
Mengikatmu menjadi seorang nyonya Lee Donghae sebelum kau kembali ke surga. Dan
aku yakin kita akan bertemu kembali di surga menjalani kehidupan kedua kita
yang damai tanpa di hantui rasa takut akan perpisahan.
15
OKTOBER 2011
“Hari
ini tepat setahun kau meninggalkanku, tidak ada lagi kejutan yang ku tunggu
darimu. Karena kau telah tiada. Aku masih menikmati kesendirianku dengan
menganggap kau ada di sampingku, selalu menemaniku. Dan aku yakin kau sedang
mengawasiku dari surga.” Kata Donghae sambil memandang foto Song Soneul yang
terpajang dalam kamarnya.
Foto
yang ukurannya sangat besar tertempel pada dinding kamarnya.
Tiba-tiba
bel pintu berbunyi menandakan ada tamu, Donghae pun segera menuju pintu depan
dan membuka pintu apartemennya tersebut. Dan ternyata tamu nya itu adalah ibu
mertuanya yang membawa seorang anak kecil.
“Donghae,
apa aku mengganggumu?” tanya Ibu mertuanya begitu di persilahkan masuk oleh
Donghae.
“Ani
umma, aku sedang tidak melakukan apa-apa”
“oh
iya, sebelumnya umma mau mengucapkan selamat ulang tahun untukmu”
“ne,
gomawo umma” kata Donghae sambil tersenyum ke arah ibu mertuanya itu.
“umma
datang ke sini ingin memberikan hadiah ulang tahun dari Soneul untukmu”
“dari
Soneul?”
“ne.
Anak ini hadiahnya. Dia adalah anak yatim piatu yang menerima donor Hati dari
Soneul, dan Soneul sudah meminta kepada pihak panti asuhan untuk mengangkatnya
menjadi anak. Dan dia ingin kau merawatnya seperti anakmu sendiri, seperti anak
yang keluar dari rahim Soneul. Dan umma pun berharap begitu, kau mau menerima
anak ini” kata ibu mertuanya sambil mengelus anak kecil disampingnya.
Donghae
yang mendengar penjelasan ibu mertuanya langsung menatap anak kecil itu lama,
dan entah kenapa dia seperti melihat wajah Soneul melekat pada anak tersebut.
Donghae pun bangkit dan mendekati anak tersebut, anak tersebut tersenyum ke
arahnya.
“hey
cantik, siapa namamu?”
“Min
Hara imnida” kata anak yang bernama Hara tersebut sambil tersenyum.
“mulai
sekarang panggil aku appa, arasseo?”
“arasseo
appa” kata Hara dengan senyumannya kembali.
“namamu
sekarang sudah bukan Min Hara lagi, tetapi Lee Haera. Apa kau bersedia memakai
nama pemberian appa?”
“tentu
saja appa, nama yang sangat bagus. Ghamsahamnida appa” Hara yang sekarang
namanya sudah menjadi Haera itupun langsung memeluk Donghae.
“ne,
cheonma chagi”
“tampaknya
kalian langsung akrab ya, ini berarti kalian memang di takdirkan menjadi anak
dan ayah” kata Ibu mertuanya yang di sambut oleh senyuman dari Donghae.
Takdir
yang mungkin di ciptakan olehmu dari surga sana. Bahkan saat kau sudah tiada di
dunia ini lagi kau masih memberikan kejutan padaku. Kali ini hadiahnya adalah
anak yang sangat cantik untuk menemani hidupku yang sendirian ini.
Ghamsahamnida
Song Soneul, kau selalu membuatku merasa lebih bahagia pada tanggal 15
OKTOBER
-THE
END-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar