Minggu, 01 April 2012

LOVE IS DESTINY (PART 3)


LOVE IS DESTINY (PART 3)


Type                : Multi-chapter
Author             : Istrinya Kyuhyun
Main Cast       : Cho Kyuhyun, Hong Hae Jin, Yoo Ae Jong
Supporting Cast : Nari, Tuan Cho
Rating             : All Ages
Theme             : Romance



Review last chapter

Ponselku berbunyi nyaring sekali dari bawah bantal sofa. Ternyata aku meninggalkannya disana. Pantas dari tadi aku cari tidak ada.

“Yeoboseo”

“Yeoboseo, apakah ini Nyonya Yoo Ae Jong, istri dari tuan Cho Kyuhyun?”

“Ne, maaf dengan siapa saya berbicara?”

“Kami dari Wooridul Spine Hospital”

Hatiku mencelos saat kudengar bahwa sebuah rumah sakit menghubungiku. Ada apa dengan Kyuhyun?

Aku lebih syok saat kudengar ucapan mereka selanjutnya. Badanku lemas. Ponselku jatuh kelantai bersamaan dengan tubuhku. Lututku seakan tak mampu lagi menopang tubuhku.

Kyuhyun, Kyuhyun,Kyuhun, hanya kata-kata itu yang terlintas di pikiranku dan terlontar dari bibirku.

***

Ae Jong’s pov

Aku berlari di sepanjang lorong rumah sakit mencari ruang UGD. Seorang perawat menunjukan padaku dimana ruang UGD.

“Saya Yoo Ae Jong, istri dari Cho Kyuhyun, dimana dia sekarang?” tanyaku pada perawat di meja resepsionis.

“Tuan Cho ada di bilik no 3” katanya.

Aku langsung masuk ke dalam bilik. 2 orang dokter tampak sedang menjahit luka-luka di badan Kyu, para perawat sibuk membuang kapas dan perban yang telah berlumuran darah. Kulihat darah segar masih mengucur dari kepala Kyu, wajahnya pucat dan penuh memar. Kakinya tampak digantung dan bergips. Aku hanya bisa terpaku melihat keadaanya, air mata meleleh di pipiku.

“Denyut jantungnya melemah dokter” Kata seorang perawat sambil menunjuk monitor detak jantung.

“Tambah kadar oksigennya. Sepertinya dia kekurangan darah. Cari keluarganya” Kata dokter itu.

“Saya keluarganya” kataku.

Seorang dokter menghampiriku dan mengajakku menjauh dari ranjang tempat Kyu berada.

“Anda keluarganya?” Tanya dokter itu.

“Saya istrinya. Bagaimana keadaannya?”

“Tidak baik. Lukanya sangat parah. Kakinya patah dan dia kehilangan banyak darah. Apa ada anggota keluarga yang bisa mendonorkan darahnya? Golongan darahnya A”

“Kebetulan saya bergolongan darah A, anda bisa mengambil darah saya dokter.”

“Baik, kalau begitu perawat akan membantu anda”

Seorang perawat mendekatiku dan mengajakku ke laboratorium. Dia segera menyiapkan peralatan donor darah. Saat aku sedang berbaring untuk mendonorkan darahku seorang perawat lain mendekatiku.

“Nyonya, ini barang-barang tuan Cho yang ditemukan di dekat tubuhnya saat kecelakaan itu terjadi.”

Perawat itu menyerahkan ponsel dan dompet Kyu padaku. Ponselnya tidak rusak dan masih bisa digunakan. Dengan satu tangan aku buka daftar panggilaan terakhir di ponsel itu. Tertera nama Na Ri disana. Siapa Na Ri? Aku putuskan untuk menghubungi nomor dengan nama Na Ri itu.

“Ya! Kau! Kenapa lama sekali? Aku sudah tidak bisa mencegahnya pergi lagi. Dia sudah terbang ke Jepang” Ucap seorang wanita dari seberang telepon.

“Yeoboseo” Kataku.

“Eh? Yeoboseo. Ini bukan Kyuhyun ternyata.” Katanya.

“Saya Yoo Ae Jong, istrinya.”

“Mianhae, bukan maksud saya..”

“Siapa kamu?” kataku

“Saya teman Kyuhyun. Bisa saya bicara dengan Kyuhyun sebentar?”

“Tidak bisa, dia tidak bisa bicara”

“Eh? Wae?”

“Dia mengalami kecelakan dan sekarang ada dirumah sakit”

“Mwo!! Bagaimana keadaannya?”

“Buruk”

“Kalau begitu aku segera kesana” katanya

“Tunggu..”

Tut tut tut, sebelum aku selesai berbicara dia sudah menutup teleponnya

***.

Setelah perawat selesai mengambil darahku, aku kembali berjalan ke ruang UGD. Kulihat dokter sudah tidak mengelilingi Kyu lagi.

“Kau yang bernama Ae Jong?” seoarang yeoja berambut pendek berdiri di hadapanku.

“Ne. “

“Na Ri imnida. Bagaimana keadaan Kyu?”

Aku tidak menjawab, hanya menunjuk tubuh Kyu yang terbaring di ranjang dengan berbagai alat bantu tertempel di tubuhnya.

“Ini salahku. Harusnya aku tidak menyuruhnya datang” Katanya denga mata berkaca-kaca. Siapa dia sebenarnya, mungkinkah Kyu berselingkuh dengannya? Apa dia Yeoja yang selama ini Kyu cintai?

“Apa maksudmu? Datang kemana? Dan siapa kau sebenarnya? Siapa orang yang kau maksud sudah pergi di telepon tadi”

Dia tidak menjawab, hanya menundukan kepalanya.

“Keadaannya sudah stabil nyonya. Donor darah dari nyonya sudah menyelamatkan nyawa tuan Cho. Dia akan segera di pindahkan ke ruang rawat” Kata dokter yang keluar dari ruang UGD padaku.

“Kau mendonorkan darahmu padanya?” Tanya Na Ri

“Kebetulan golongan darah kami sama”

Pintu UGD kembali terbuka, kulihat beberapa perawat laki-laki mendorong ranajang tempat Kyu terbaring. Aku dan Na Ri mengikuti dalam diam.

Setelah perawat keluar dari ruang rawat, aku dekati tubuh Kyu, dan kugenggam tangannya, kubelai kepalanya yang penuh luka.

“Tolong kau ceritakan kepadaku Na Ri-ssi, apa yang sebenarnya terjadi. Kenapa Kyu bisa pagi-pagi buta pergi menemuimu?”

“Mianhae,tidak ada yang bisa aku ceritakan”

Mendengar kata-katanya, seketika emosiku meningkat.

“Kau lihat dia, kau lihat Kyuhyun! Dia hampir mati gara-gara kau memintanya menemuinya. Sekarang aku mohon katakan padaku apa yang sebenarnya terjadi!”

“Tidak ada sangkut pautnya denganmu, dan bukan urusanmu” ucapnya sambil memandangku dengan berani.

“Aku istrinya, istri sahnya!” teriakku padanya.

“Kau hanya istri sementaranya, posisimu sebentar lagi akan diganti oleh orang lain, yang memang sudah ditakdirkan untuk Kyu.”

“Kau berselingkuh dengan Kyu?”

“Aku? Hahahaha. Ani, Kyu tidak memiliki perasaan apapun padaku, begitu pula aku, tapi kami memiliki orang sama yang sangat berarti di kehidupan kami. Dan karena kau, dia menghilang. Tak sadarkah kau, bahwa kau muncul di tengah-tengah dua orang yang saling mencintai.”

Kata-katanya membuat hatiku sakit. Aku ingin sekali menamparnya. Tapi sebelum tanganku sampai di mukanya. Aku mendengar suara rintihan Kyu.

“Hae Jin, Hae Jin”

“Kyu, kau sudah sadar?” kataku sambil mendekatinya dan menggenggam tangannya. Hae Jin? Siapa dia?

Kulihat mata Kyu sedikit bergerak lalu pelan-pelan terbuka.

“Kyu kau bisa melihatku? Kau bisa mendengar suaraku?”

“Kau? Kenapa kau ada disini? Dimana aku?” tanyanya.

“Kau kecelakaan Kyu, sekarang kau ada dirumah sakit”

“Aku kecelakaan? Aku.. aku harus ke incheon, aku harus menemuinya” katanya dengan panik dan berusaha untuk bangun.

“Tidak Kyu, kau harus istirahat” kata Na Ri yang sudah mendekati kami.

“Na Ri? Kenapa kau ada disini? Bagaimana dengan..” Ucapan Kyu terhenti saat Kyu menatapku.

“Kau keluarlah, tinggalkan aku dan Na Ri disini” ucapnya.

“Ani, kau harus istirahat” Kataku ngotot.

“Aku bilang keluar! Keluar sekarang!” bentaknya.

Sebenarnya ada apa dengan mereka berdua? Dengan hati bertanya-tanya aku keluar dari kamar rawat Kyu.

***
Kyuhyun’s pov

“Dimana Hae Jin?” tanyaku pada Na Ri

“Dia sudah pergi ke Jepang”

“Aku harus menyusulnya” kataku sambil mencoba bangkit, tapi sakit di kaki dan tulang rusukku menjadi semakin hebat.

“Aww, ah” rintihku.

“Kau jangan banyak bergerak dulu. Kakimu patah”

“Kakiku patah?”

“Ne”

“Aku tidak bisa berjalan lagi?”

“Ani, kau masih bisa berjalan, tapi harus menjalani perawatan sekitar 2 bulan”

“Itu terlalu lama. Aku tidak bisa menunggu selama itu untuk bisa bertemu Hae Jin”

“Ya! Kau! Lupakan saja dia, lupakan saja Hae Jin!”

“Mwo? Wae? Bukankah kemarin kamu sangat mendukungku untuk mencari Hae Jin, kenapa sekarang berubah?” Aku benar-benar heran dengan perubahan sikapnya itu.

“Setelah melihat keadaanmu sekarang, setelah melihat pengorbanan Ae Jong, aku rasa kita telah melakukan kesalahan, aku, kamu dan Hae Jin”

“Kenapa kau menyalahkan Hae Jin? Dia sama sekali tidak bersalah!”

“Ne, dia bersalah! Seandainya dia tidak terlalu kekanak-kanakan dan pergi menghindarimu, keadaannya pasti tidak seperti ini!” teriaknya penuh emosi padaku.

“Dia tidak bersalah! Akulah yang bersalah! Aku yang mengkhianatinya dengan menikahi Ae Jong!”

“Kau dengarkan aku Cho Kyuhyun! Camkan ini baik-baik di ingatan dan hatimu! Kalau bukan karena darah sumbangan dari Ae Jong, mungkin kau sudah berada di akhirat sekarang, dan tidak akan pernah bisa bertemu Hae Jin lagi. Darahmu dan darah Ae Jong sudah bersatu sekarang. Jadi aku mohon padamu, lupakan Hae Jin! Berbalas budilah pada Ae Jong.” Ucapnya sambil menatap kedua mataku lekat-lekat.

Mendengar ucapannya rasanya sama seperti tersambar petir. Ae Jong mendonorkan darahnya untukku? Jadi sekantong darah yang tregantung di tiang infus itu darah Ae Jong? Darah yang sedang mengalir ke tubuhku ini darah Ae Jong?

“Kenapa dia lakukan itu?” tanyaku dengan raut wajah yang shock.

“Karena dia mencintaimu, dia sudah jatuh cinta padamu.”

“Bagaimana bisa dia jatuh cinta padaku? Aku selalu bersikap buruk padanya.”

“Itulah takdir, cinta adalah takdir. Kita tidak akan pernah tau kapan cinta itu datang, dan kapan cinta itu harus berakhir. Aku mohon pertimbangkan lagi semua yang sudah aku ucapkan padamu. Hae Jin sudah bukan jodohmu lagi” ucapnya sambil berjalan menuju pintu dan keluar.

Aku hanya bisa tertegun mendengar kata-katanya. Apa benar Ae Jong sudah jatuh cinta padaku? Tapi aku masih sangat mencintai Hae Jin, aku masih belum bisa melupakannya. Ottokhe.

***
Setelah seminggu di rawat di rumah sakit, dokter mengijinkanku pulang. Gips di kakiku belum dibuka, sehingga dengan terpaksa aku bergantung pada kursi roda.

Ae Jong mendorong kursi rodaku keluar dari rumah sakit. Di lobby rumah sakit Appa sudah menunggu dengan supirnya. Dengan dibantu Appa dan supirnya aku masuk ke dalam mobil. Aku benci harus bergantung kepada orang lain seperti ini.
Aku tidak pernah lagi berhubungan denagn Na Ri. Mungkin lebih tepatnya dia tidak mau menjawab teleponku.

Ae Jong duduk di kursi di sebelahku, dan menawariku minuman. Aku hanya menggeleng. Dia lalu menawariku makan, sejak pagi memang aku belum makan apa-apa. Makanan rumah sakit sungguh membuatku muak. Aku pun hanya menggeleng. Aku masih bingung, bagaimana sikapku yang seharusnya kepadanya. Di satu sisi aku masih belum bisa menerimanya menjad istriku, disisi lain aku merasa berhutang budi padanya, sama seperti yang diakatakan Na Ri tempo hari.

Ae Jong masih terus memaksaku untuk makan. Aku tidak bisa membentaknya di depan Appa. Aku hanya bisa melotot padanya, memandannya dengan pandangan “Jangan paksa aku”.

Selama aku masih dalam masa perawatan, appa memintaku tinggal dengannya. Aku sadar sebenarnya dia merasa kesepian. Setelah Omma meninggal praktis dia hanya tinggal dengan pengurus rumah tangga dan supirnya.

***
Aku benci dengan keadaanku sekarang. Aku tidak bisa bebas bergerak kesana kemari. Bahkan saat aku ingin minm aku harus minta tolong. Aku lebih sering minta tolong kepada pengurus rumah tanggaku daripada kepada Ae Jong. Aku masih terlalu gengsi padanya. Walau aku sadar sikapku kini sedikit berubah padanya. Aku tidak mudah membentaknya lagi. Bagaimanapun juga dia sudah menyelamatkan nyawaku.

***
Ae Jong’s pov

Praang! Kudengar suara pecahan kaca dari arah dapur. Aku segera berlari kesana. Kulihat pembantuku sedang memunguti pecahan gelas di dekat kursi roda Kyu.

“Ada apa ini?” tanyaku.

“Aku memecahkan gelas. Aku berusaha untuk mengambilnya, tapi ternyata tidak bisa”

“Kenapa kau tidak minta tolong padaku saja?”

Dia tidak menjawab, namun segera memutar roda kursi rodanya, dan menjauhiku. Aku mengejarnya dan menghadangnya dari depan.

“Kenapa kau seperti ini? Apa susahnya minta tolong padaku? Aku istrimu kyu, sudah seharusnya kau minta tolong padaku, dan aku akan melayanimu”

“Kau bukan istriku” ucapnya pendek tanpa memandangku sedikitpun.

“Kau masih belum menerimaku?”

“Aku tau kau sudah menolongku, hajiman, mianhae aku belum bisa menerimamu sebagai istriku. Sekarang kau minggir, aku mau lewat.”

Aku benar-benar terluka mendengar kata-katanya itu. Mungkinkah tidak ada harapan lagi bagiku untuk bisa dia terima? Aku akui aku memang sudah jatuh cinta padanya, walaupun aku selalu tidak pernah dianggap olehnya, namun naluriku sebagai istri membuatku jaatuh cinta padanya.

Lebih baik aku kembali ke rumahku, kembali kepada orangtuaku, mereka lebih membutuhkan aku daripada Kyu.

Aku masuk ke kamar, aku lihat Kyu sedang duduk di kursi rodanya di beranda kamar kami. Aku ambil koperku dan aku masukan semua baju-bajuku kedalamnya.

“Kau mau kemana?” Tanya Kyu.

“Aku rasa aku tidak dibutuhkan lagi disini Kyu. Aku mau pulang, orang tuaku lebih membutuhkanku.”

“Kau mau meninggalkanku saat aku lumpuh begini? Kau bilang kau ingin jadi istri yang baik”

“Aku sudah berusaha menjadi istrimu yang baik, tapi kau tidak pernah menganggapnya. Jadi tidak ada gunanya lagi aku disini”

“Ne, kau benar. Pergilah, dan jangan kembali lagi, aku tunggu gugatan ceraimu” ucapnya dan lagi-lagi tidak sambil memandang wajahku.

“Aku pergi, jaga dirimu”

Aku pergi dengan membawa koper berisi baju-bajuku. Air mataku sudah mengalir membasahi pipi. Aku ingin dia mencegahku, tapi kurasa itu mustahil. Pembantu dan supirku hanya bisa menatap kepergianku.

Aku sebenarnya berbohong kepada mereka. Aku tidak mungkin tega kembali ke rumah orangtuaku dan membuat mereka sadar bahwa pernikahan anak gadisnya tidak berakhir dengan bahagia. Aku juga yakin ayah Kyuhyun tidak akan pernah mau ikut campur dalam permasalahan kami, beliau tidak akan memintaku pulang namun menyuruh Kyuhyun sendiri yang melakukannya. Aku kembali ke apartemen yang telah diberikan almarhum omma padaku dan Kyu. aku ingin menyendiri untuk sementara waktu.

***
Kyuhyun’s pov

Sudah satu minggu dia pergi. Tidak ada kabar, dan akupun tidak pernah menghubunginya sama sekali. Kenapa sejak dia pergi duniaku terasa sepi? Tidak ada lagi bentakan keluar dari mulutku, tidak kulihat lagi wajah sedihnya. Apa aku merindukannya?

Andwe! Aku tidak boleh merindukannya apalagi sampai mencitainya. Yang aku cintai hanya Hae Jin seorang.

Aku tatap ranjang di depanku. Tidak ada lagi sosok Hae Jin tdur disana. Sosok yang selama satu tahun ini menemaniku, merawatku dan menjagaku, walaupun aku selalu kasar padanya, walaupun aku selalu membuatnya meneteskan air mata.

Aigo! Perasaan apa ini? Aku tidak mau jatuh cinta padanya. Kenapa sekarang aku selemah ini. Kenapa?

***
“Kau merindukannya?” Appa tiba-tiba sudah berdiri di sebelahku.

“Siapa?”

“Istrimu”
“Ani. Appa tau sendiri perasaanku yang sebenarnya seperti apa”

“Perasaanmu yang mana? Yang dulu? Yang kemarin? Atau yang detik ini?”

“Aku benar-benar tidak mengerti apa yang Appa maksud”

“Perasaanmu sudah berubah Kyu. Kau tidak perlu berbohong lagi pada Appa. Kau merindukannya, kau merindukan Ae Jong. Appa jauh lebih tua darimu. Appa tau dari semua sikapmu. Walaupun kamu masih sering berkata kasar padanya, tapi pancaran matamu berkata lain”

“Mollaso. Aku benar-benar bingung dengan perasaanku sekarang Appa”

“Telepon dia, minta dia kembali, sebelum kau menyesal Kyu”

Aku hanya diam saja mendengar kata-kata Appa. Aku masih belum yakin kalau aku memang mencintainya. Akku rasa nama Hae Jin masih ada dihatiku sekarang.

“Kau tahu kenapa Appa berkeras menjodohkanmu dengan Ae Jong?”

Aku hanya menggeleng sambil memandang Appa. Wajahnya yang sudah penuh dengan kerutan itu terlihat sedih.

***
Author’s pov

Flashback

Seorang laki-laki berjaket hitam tampak berjalan bersama beberapa rekannya menuju sebuah rumah, mereka semua membawa senjata lengkap.

“Hati-hati Cho, mungkin mereka sudah bersiap menyambut kedatangan kita” kata seorang temannya sambil menepuk bahunya.

Setelah semua rekannya membentuk formasi mengelilingi rumah itu. Dia menendang pintu sambil mengarahkan ujung pistolnya kedalam rumah itu.

Sepi, seperti tidak ada satupun kehidupan disana. Semua rekannya masuk ke rumah itu. Rumah itu seperti telah ditinggalkan oleh pemiliknya.

Tiba-tiba terdengar bunyi tembakan, sebuah peluru tepat mengenai sebuah cermin di belakangnya. Suara kaca pecah terdengar bersamaan dengn bunyi tembakan dari rekannya menuju satu arah, menuju sebuah kamar. Segerombolan pria berbaju hitam merangsek ke dalam kamar dan meringkus 2 orang pemuda.

Suara tembakan kembali terdengar menuju ke arah Cho. Beruntung pria itu bisa menghindar dan tembakan itu meleset mengenai sebuah guci. Dia segera membalas dengan menembak tepat mengenai kepala si penembak misterius itu.

Tiba-tiba dia mendengar suara gemerisik dibawah meja kayu berukir. Meja yang sangat bagus menurutnya. Yang biasanya dipakai oleh direktur-direktu kaya raya. Diatasnya tergeletak beberapa buku dan sebah pena.

Sebuah tangan laki-laki tiba-tiba terulur dari bawah meja itu.

“Berdiri dan angkat tanganmu di atas kepala” Kata Cho.

“Saya tidak bersalah” ucap laki-laki dari bawah meja itu.

“Kau pemilik rumah ini?”

“Ne, tapi saya benar-benar tidak tahu kalau tukang kebun saya menyembunyikan heroin disini”

“Kau jangan berbohong!”

Tiba-tiba pria itu menunduk seperti hendak mengambil senjata di bawah meja. Segera suara tembakan terdengar menggema di seluruh ruangan itu. Pria itu terjungkal dan menghantap lemari penuh buku belakang meja itu.

“Appa!” seorang gadis kecil berusia 4 tahun berteriak dan muncul dari bawah meja.

“Appa!” gadis itu terus memanggil ayahnya, air mata mengalir deras di pipinya, darah tampak mengalir di pelipisnya, sepertinya para penjahat sudah mencelakainya.

“Jangan menangis Ae Jong, katakan pada mereka Appa tidak bersalah. Hiduplah dengan sehat” Ucap pria itu bersamaan dengan nafas terakhirnya.

Inspektur Cho, hanya bisa terpaku mengetahui kesalahannya. Dia telah membunuh orang yang tidak bersalah dan menghancurkan hidup seorang gadis kecil. Rasa bersalah terus menghantuinya, sampai dia beranjak tua.

***

Kyuhyun’s pov

“Lalu apa yang terjadi dengan gadis itu?”

“Dia dibawa ke panti asuhan, 6 bulan setelah itu dia diadopsi oleh keluarga Yoo”

“Keluarga Yoo? Apa gadis itu?”

“Ne, dia Ae Jong. Istrimu. Bahkan sampai saat ini Appa selalu terbayang tentang kejadian itu. Rasa bersalah dalam diri Appa sangat besar Kyu. Hanya dengan menikahkannya denganmu dan membiarkannya dijaga olehmu akan mengurangi sedikit rasa bersalah Appa.”

“Jadi karena kejadian itu Appa berhenti jadi polisi?”

“Ne, Appa memilih menjadi pengusaha, karena tidak ingin kejadian yang sama terulang lagi.”

Aku tak pernah mendengar cerita ini sebelumnya, bahkan almarhum omma tidak pernah memberitahuku.

“Sekarang kau hubungi Ae Jong dan ajak dia kembali” kata Appa sambil mengusap air mata di sudut matanya lalu melangkah pergi.

Aku ambil ponsel di saku celanaku. Aku cari nama Ae Jong di daftar ponselku. Hatiku gamang, apa aku harus memintanya kembali ata menuruti egoku sebagai laki-laki?
Lama aku hanya memutar-mutar ponsel dengan tanganku. Tidak ada salahnya aku mencoba memintanya kembali, demi Appa.

“Yeoboseo” kataku.

“Yeoboseo Kyuhyun-ah, ada apa?” kata Ae Jong dari seberang telepon.

“Kau dimana?”

“Kenapa sekarang kau peduli sekali dengan keadaanku?” katanya menyindirku.

“Aku hanya menuruti perintah Appa untuk menghubungimu dan memintamu kembali. Akupun sebenarnya tidak ingin kau kembali, tapi tampaknya Appa merindukanmu sampai menangis, jadi kau kembalilah.”

“Mianhae, aku tidak bisa.”

“Kau tidak kasihan kepada Appa? Dia kesepian.”

“Dia Appamu, bukan Appaku. Orangtuaku disini juga sangat membutuhkanku.”

“Baiklah kalau begitu, tidak usah kembali!” kataku padanya. Aku kesal harga diriku seperti di injak-injak olehnya.

“Ne”

Tut tut tut. Dia mematikan telepon begitu saja. Sekarang dia sudah berani padaku, suaminya.

Tunggu! Kenapa sekarang aku bisa menyebut diriku ini suaminya? Sejak kapan aku mengakuinya sebagai istriku? Aigo!! Apa yang terjadi padaku? Aku benar-benar merindukannya sekarang. Perasaanku benar-benar sudah berubah.

***
“Boram!! Tolong bantu aku!” teriakku dari dalam kamar memanggil pembantu rumah tanggaku.

Hening. Tidak ada jawaban sama sekali.

“Appa! Bisa aku minta tolong?” teriakku memanggil Appa.

Hening. Kembali tidak ada jawaban.

“Boram! Appa! Adakah yang bisa menolongku?”

Kemana orang-orang rumah ini. kenapa tidak ada satupun yang menjawab? Kataku dalam hati.

Aku berusaha menggapai kaos dan celana yang tergantung di dalam lemari, tapi ternyata tanganku tidak bisa mencapainya dalam posisi duduk di kursi roda seperti ini. sampai kapan aku harus seperti ini? Aku benar-benar sudah tidak betah dengan keadaan seperti ini.

“Kau mau memakai kaos yang berwarna putih?” tiba-tiba sebuah tangan terulur diatas kepalaku dan mengambilkan kaos yang aku inginkan.

“Ae jong?”

“Mau aku ambilkan yang mana lagi?” tanyanya.

“Kau kembali?” ucapku sambil memandang wajah yang aku rindukan itu.

“Kau mau mandi ya? Sudah ada yang menyiapkanmu air hangat?”

“Kau benar-benar kembali?”

“Aku siapkan air hangat ya” katanya tanpa menghiraukan pertanyaanku dan hendak melangkah ke kamar mandi.

Aku pegang tangannya dan kutarik tubuhnya kepelukanku.

“Jangan tinggalkan aku lagi” ucapku padanya.

***
Ae Jong’s pov

“Jangan tinggalkan aku lagi” ucapnya lirih di telingaku. “Bogoshippo”.

Hatiku benar-benar tersentuh dengan kata-katanya. Sekarang perasaanku tidak bertepuk sebelah tangan lagi.Kyu memeluk erat tubuhku dan membelai kepalaku. Air mataku mengalir membasahi pipi dan bahu Kyu. Kubalas dekapannya, dan kutumpahkan semua rasa rinduku padanya.

Lama kami berpelukan seperti ini, menumpahkan segala emosi yang telah terpendam sekian lama. Saat dia melepaskan peukannya, dia belai pipiku dengan lembut. Baru kali ini aku merasakan tangannya yang halus membelai pipiku. Rasanya sangat nyaman, bahkan lebih nyaman dari yang selama ini bisa aku bayangkan.Perlahan dia mendekatkan wajahnya padaku, dan menciumku dengan lembut, sangat lembut. Sekarang aku merasa telah memiliki Kyuhyun seutuhnya.

***
Sudah 3 bulan Kyu menjali terapi fisik. Selama itu aku selalu membantunya untuk kembali bisa berjalan. Setelah lama menggunakan kursi roda dan kaki yang terbalut gips, dia harus menyesuaikan diri saat kembali diijinkan berjalan.

Kehidupanku sekarang berubah, tidak ada lagi makian atau kata-kata kasar terucap dari mulut Kyu, yang ada hanya ucapan sayang dan kecupan mesra darinya. Aku benar-benar merasa menjadi wanita yang paling beruntung.

Tapi saat ini Kyu belum pernah sekalipun menyentuhku di ranjang. Walaupun kami sudah tidur bersama dalam satu ranjang. Mungkin masih ada sedikit keraguan di hatinya. Aku akan tetap menunggu sampai dia siap.

Appa juga sudah menceritakan alasan dia menjodohkanku dengan Kyuhyun. Aku menghargai kejujurannya, dan tidak marah. Aku sudah menganggapnya seperti ayahku sendiri.

***
Kyuhyun’s pov

“Untuk kesehatan Kyuhyun, cheers” Ucap Appa. Kami sedang makan malam bersama merayakan kesembuhanku. Akhirnya aku bisa berjalan lagi sekarang. Selama ini Ae Jong selalu sabar merawatku, dia benar-benar istri yang baik, aku sangat beruntung mendapatkannya menjadi istriku.

“Kau mau aku ambilkan daging?” Tanya Ae Jong.

“Ne, tolong ya” kataku sambil tersenyum.

“Appa senang melihat kalian sepeti ini. tampaknya sebentar lagi Appa akan punya cucu”

“Uhuk uhuk” daging yang sedang aku telan, terasa tersangkut di tenggorokan.

“Gwenchanayo Kyuhyun?” Tanya Ae Jong sambil menepuk-nepuk punggungku lembut.

“Ne, gwenchana” aku ambil gelas dan aku minum isinya sebanyak mungkin. Kata-kata Appa benar-benar mengagetkanku.

Sampai sekarang aku belum pernah menyentuh Ae Jong di atas Rajang. Entahlah, sepertinya aku masih sedikit ragu dan terkadang aku masih teringat wajah Hae Jin yang menangis.

“Appa ingin cucu laki-laki, biar Appa bisa bermain sepak bola dengannya, andai saja Omma masih ada, dia pasti menginginkan cucu perempuan, agar bisa dia ajari memasak.”

Tiba-tiba aku teringat ucapan Hae Jin dahulu.

“Anak laki-laki kita bisa bermain sepak bola bersamamu, dan anak perempuan kita akan aku ajari memasak.”

Aku tidak menanggapi ucapan Appa, aku terus sibuk mengunyah makananku sambil memikirkan banyak hal. Hanya Ae Jong yang menanggapi ucapan Appa, bahkan mereka sudah merencanakan nama calon bayi-bayi kami. Kenanganku dengan Hae Jin kembali berputa-putar di otakku.

“kalau laki-laki aku mau memberinya nama Cho Gi Hyeon, artinya laki-laki tampan yang berani dan bijaksana. Kalau perempuan Cho Hye Min artinya perempuan cantik yang anggun dan cerdas,”

“Haaah” kuhembuskan nafas berat. ”Bisakah kalian berhenti berbicara tentang anak?”

“Wae? Apa kau keberatan?” Tanya Appa.

“Bukan begitu Appa, tapi biarkan aku dan Ae jong berusaha terlebih dahulu. Kalau memang sudah ada calon bayinya, baru kalian bisa merencanakan segala angan-angan kalian tentang bayi tadi” Kataku.

“Ah, ne ne, Appa mengerti. Kalian berusahalah. Cepat berikan Appa cucu.”

Mungkinkah sekarang saatnya aku menyerahkan semuanya?

***
Aku teguk kembali soju yang ada dihadapanku. Sudah 3 botol soju aku teguk. Memang sudah menjadi tradisi keluarga kami, pada setiap perayaan selalu tersedia soju. Appa sudah pergi tidur sejak tadi, Ae Jong pun sudah lama pergi masuk ke kamar.

Sambil menenggak soju, aku kembali mengenang hari-hariku dengan Hae Jin. Aku bertekad inilah saat terakhir aku mengingatnya kembali. Aku benar-benar ingin melupakannya dan memulai hidup baruku dengan Ae Jong.

Aku melangkah ke dalam kamarku dengan sebotol soju masih kugenggam. Kubuka perlahan pintu kamarku dan kulihat Ae Jong sedang berdiri di beranda kamar kami sambil mendongak memandang bintang.

Aku letakan botol soju di atas meja rias milik Ae Jong, dan kudekati tubuhnya. Aku sedikit mengagetkannya saat ku peluk tubuhnya dari belakang.

“A… apa yang kau lakukan Kyu?” katanya terbata.

“Shht.. diamlah.. aku hanya ingin memelukmu”

“Kau mabuk?”

“Ani, aku masih sadar”

Kubalikan badannya sehingga dia berdiri menghadapku. Kuusap pipinya, lalu perlahan kucium bibirnya. Kurasakan tangannya memeluk tubuhku erat-erat.

Saat kulepaskan ciumanku padanya dan menatap wajahnya, aku sedikit tersentak, karena yang kulihat adalah wajah Hae Jin. Benar-benar Hae Jin yang sedang tersenyum manis padaku. Kenapa Hae Jin ada disini? Aku pejamkan kedua mataku sejenak, apa mungkin aku mabuk?

Tapi saat aku membuka mataku lagi, yang ada didepanku memang Hae Jin, Hae Jin yang aku rindukan. Aku kembali memeluknya.

“Bogoshipoyo. Kemana saja kau selama ini? Aku tidak bisa hidup tanpamu”

“Aku tidak kemana-kemana Kyu, aku selalu ada dihatimu. Aku juga merindukanmu” ucapnya tepat ditelingaku sambil mencium pipiku.

“Jangan pernah pergi lagi”

“Tidak akan Kyu, aku akan selalu ada di hatimu, karena aku adalah hidupmu”

Aku lepaskan pelukanku dan kembali mencium lembut bibirnya. Kuangkat tubuhnya yang ringan dengan kedua tanganku. Dia hanya tersenyum dengan wajah sedikit memerah malu.

“Kenapa sekarang kau menjadi ringan sekali? Apa kau kurang makan setelah berpisah denganku?”

“Mana bisa aku makan sedangkan pikiranku selalu tertuju padamu” ucapannya kembali terngiang ditelingaku.

Kuletakan tubuhnya di atas ranjang. Dia hanya tertawa. Tawa yang telah lama aku rindukan.

Kurebahkan tubuhku disampingnya. Melihat wajah cantik Hae Jin dari samping seperti ini membuat hatiku semakin berdebar. Kumatikan lampu di atas meja kecil di samping tempat tidur, lalu kutarik selimut menutupi tubuh kami berdua.

***
Ae Jong’s pov


“A… apa yang kau lakukan Kyu?” kataku terbata. Aku benar-benar terkejut dia tiba-tiba memelukku dari belakang.

“Shht.. diamlah.. aku hanya ingin memelukmu”

“Kau mabuk?”

“Ani, aku masih sadar”

Dia membalikan badanku sehingga aku berdiri menghadapnya. Dia usap pipiku, lalu perlahan dia mencium bibirku. Merasakan bibirnya yang lembut dan hangat membuatku memeluknya erat-erat.

 “Bogoshipoyo. Kemana saja kau selama ini? Aku tidak bisa hidup tanpamu” ucapnya saat menatapku setelah selesai menciumku.

“Apa maksudmu Kyu? aku selalu disini. Aku tidak pernah kemana-mana.” Tanyaku heran.

“Jangan pernah pergi lagi” ucapnya sambil memeluk tubuhku kembali.

“Aku benar-benar tidak mengerti dengan apa yang kau katakan, kau mabuk Kyu”

Dia lepaskan pelukannya dan kembali mencium lembut bibirku. Tiba-tiba dia mengangkat tubuhku dan menggendongku sambil melangkah menuju tempat tidur kami.

“Kenapa sekarang kau menjadi ringan sekali? Apa kau kurang makan setelah berpisah denganku?”

“Hentikan Kyu, kau mabuk. Sadarlah.” Kataku sambil menepuk wajahnya pelan.

Dia letakan tubuhku di atas ranjang sambil ikut merebahkan diri disampingku. Dia terus memandangi wajahku dari samping. Tiba-tiba dia mematika lampu dan menarik selimut menutupi tubuh kami berdua.

***

Kyuhyun’s pov

“Bangun Kyu” kudengar sebuah suara lembut di telingaku, kurasakan juga sebuah kecupan pelan di pipi.

“Ngg. Aku masih mengantuk” rengekku pelan sambil sedikit membuka mata. Kulihat sosok Ae Jong sedang duduk di tepi tempat tidur dan membelai kepalaku.

“Ayo bangun, sudah siang.” Ucapnya.

Kurasakan kepalaku yang terasa berat dan pusing. Akupun merasakan kedinginan yang amat sangat, seakan aku ini tidak memakai baju barang sehelaipun. Tunggu! Tidak memakai baju? Aku buka sedikit selimut yang menutupi tubuhku dan mendapati bahawa memang benar aku tidak memakai baju barang sehelaipun. Bagaimana bisa? Apa yang sudah aku lakukan semalam? Apa aku sudah…?
Kutatap wajah Ae Jong yang tampak tersenyum malu.

“Terima kasih yang semalam. Aku menyukainya” Ucapnya sambil kembali mencium pipiku dan beranjak pergi.

Bukankah semalam Hae Jin yang menemaniku tidur? Atau jangan-jangan Hae Jin yang aku lihat hanya ilusi saja, dan yang sebenarnya bersamaku semalam adalah Ae Jong? Ottokhe! Apa yang sudah aku lakukan!

***
“Yeoboseo” kata seseorang dari seberang telepon.

“Yeoboseo Na Ri-ya”

“Kyuhyun-ah, ada apa?”

“Bisakah aku bertemu kembali denganmu? Ada yang ingin aku bicarakan soal Hae Jin”

“Untuk apa lagi kita membahas soal Hae Jin? Bukankah dulu sudah aku bilang kau harus melupakannya”

“Ne, aku tahu. Dan aku janji ini untuk terakhir kalinya. Aku sudah bisa menerima Ae Jong sebagai istriku sekarang.”

“Lalu untuk apa lagi kita membahas Hae Jin kalau sekarang kau sudah bisa menerima Ae Jong.”

“Aku mohon Na Ri, ada sesuatu yang ingin aku katakan.”

“Baiklah, ditempat biasa ya”

“Ara”

***
“Jadi kau dan Ae Jong sudah..” kata Na Ri dengan ekspresi kaget setelah mendengar semua ceritaku.

“Ne, sejak 3 bulan yang lalu, dan sekarang Ae Jong sedang mengandung bayiku” kataku.

“Chukae. Berapa usianya?”

“7 minggu. Dan aku rasa sekarang benar-benar saatnya aku melupakan Hae Jin”

“Ne, kau benar, dan kau harus melakukannya. Ikatanmu dan Ae Jong sudah tidak dapat terpisahkan lagi sekarang. Diantara kalian akan hadir seorang bayi. Jujur sebenarnya beberapa hari yang lalu Hae Jin menghubungiku.” Ucapnya sambil meminum jus buah pesanannya.

“Mwo? Lalu?”

“Dia menanyakan keadaanmu.”

“Apa menurutmu dia masih mencintaiku?”

“Aku rasa tidak, dia berkata bahwa dia sudah memiliki kekasih yang baru, putra teman ibunya. Dia sudah kembali ke Paris.”

“Haah” Kuhembuskan nafas panjang. “Syukurlah kalau dia bahagia sekarang. Sudah saatnya kita saling melupakan sekarang” kataku sambil mengaduk-aduk mocachino di cangkir hitamku.

“Ne, aku benar-benar tidak menyangka kisah cinta kalian akan berakhir seperti ini. Dua tahun yang lalu semua teman-teman kampus Hae Jin menyebut kalian Romeo & Juliet era milineum di korea. Andaikan mereka semua tahu keadaan kalian saat ini, pasti mereka tidak akan percaya.”

“Itulah yang namanya takdir. Seperti katamu cinta adalah takdir kita tidak tahu kapan cinta datang dan kapan cinta harus pergi.”

“Ae Jong tahu kau menemuiku?”

“Ne, dia tahu. Dia tahu kau temanku. Dia juga meminta maaf atas kejadian tempo hari di rumah sakit.”

“Dia tahu soal Hae Jin?”

“Ani, aku tidak akan memberitahunya sampai kapanpun. Hae Jin adalah masa laluku, dan Ae Jong adalah masa depanku. Aku mohon kau pun menjaga rahasia ini”

“Ne”

Aku minum mocachinoku sambil menatap langit biru dengan awan putih seperti kapas yang berjalan berarak.

Selamat tinggal Hae Jin. Segala kenangan tentangmu akan selalu aku simpan. Kataku dalam hati.

***
Ae Jong’s pov

“Cepatlah kau lahir. Appa sudah tidak sabar ingin bermain bersamamu” Kata Kyu sambil mengusap perutku.

“Apa dia bisa mendengarku?” tanyanya sambil mendongak menatap wajahku.

“Ehm, mungkin. Dia masih kecil Kyu”

“Hei kau, Cho Kyuhyun kecil, sedang apa kau didalam? Bisakah kau dengar suara Appa?” katanya sambil menempelkan telinganya ke perutku dengan ekspresi seperi anak kecil.

“Hahahaha. Kau ini seperti anak kecil”

“Berapa lama lagi dia didalam sana?”

“6 bulan lagi”

“Aish, itu terlalu lama”

“Hahaha. Bersabarlah. 6 bulan itu waktu yang sebentar”
“Kau harus sehat Ae Jong. Ada anakku didalam tubuhmu. Jangan sampai kau menyakitinya. Arraso!” katanya dengan senyum manja terpasangn di wajahnya.

“Ne, tuan Cho Kyuhyun yang tampan. Aku akan selalu menjaga calon anak kita”

“Gomawo Ae Jong” ucapnya lalu memelukku.

Semoga saja kau selalu sehat nak. Appamu sangat mengharapkan kehadiramu. Batinku dengan sedih. Aku takut aku mengecewakan Kyuhyun.

***
Author’s pov

Seorang yeoja berjalan keluar dari bandara Incheon bersama seorang namja tampan dan tinggi yang mendorong troli berisi koper mereka. Semua orang yang mereka lewati memandang kearah namja itu dengan pandangan takjub.

“Hentikan Siwon! Kau benar-benar membuatku malu” Kata yeoja itu sambil memukul pelan lengan namja bernama Siwon.

“Mwo? Aku hanya tersenyum kepada mereka”

“Dan senyummu itu bisa membuat mereka mati seketika” ucap yeoja berjaket kulit hitam itu.

“Begitukah? Kenapa kau tidak mati padahal aku selalu tersenyum padamu setiap saat.”

“Karena aku adikmu! Aku kebal dengan senyummu”

“Kita hanya adik tiri” ucap Siwon dengan muka cemberut.

“Lalu kenapa? Yang penting ayahmu dan ibuku sudah menikah. Kita bersaudara.”

Mendengar ucapan adiknya itu Siwon hanya mencibir kesal.

“Ah, kota yang aku rindukan, tidak berubah sejak kutinggalkan setahun yang lalu.”

“Yang kau rindukan kota ini atau dia yang ada di kota ini, Hae Jin?” ucap Siwon sambil sedikit menyikut adiknya dan tersenyum menggoda.

Hae Jin hanya meloto pada kakak tirinya itu.

--TBC—

Tidak ada komentar: