LOVE
IS DESTINY (part 5-END)
Type
: Multi-chapter
Author
: Istrinya Kyuhyun
Main
Cast : Cho Kyuhyun, Hong Hae Jin, Yoo Ae
Jong
Supporting Cast : Choi Siwon, Tuan
Hong, Tuan Cho, Nari, Donghae, Leeteuk, Yesung
Rating
: All Ages
Theme
: Romance
Review last chaper
Pada saat sama dengan pertemua
Kyuhyun dan Hae Jin.
“Tuan, hari ini anda akan bertemu
dengan pengusaha pemenang tender kita di ruang rapat.” Ucap sekretaris Tuan
Cho.
“Baiklah, suruh semua orang keruang
rapat sekarang.”
“Baik tuan.”
Tuan Cho berjalan sendirian ke ruang
rapat. Saat dia masuk ruangan itu masih kosong.
Setelah lima menit menunggu, satu
persatu karyawannya masuk ke dalam ruang rapat.
“Pengusaha itu sudah datang?” Tanya
Tuan Cho kepada sekretarisnya.
“Sudah tuan, dia tadi minta ijin ke
toilet dulu. Mungkin sebentar lagi,, eh itu dia orangnya tuan.” Bisik sang
sekretaris sambil menunjuk ke arah pintu.
Seorang laki-laki tinggi agak gemuk
dan berpenampilan rapi masuk ke dalam ruangan. Penampilannya sungguh berbeda
dengan saat dia diwawancarai di televisi sesaat setelah keluar dari penjara.
“Selamat siang Tuan Cho, perkenalkan
saya Hong Tae Hae, perusahaan saya memenangkan tender anda. Saya harap kita
bisa bekerjasama dengan baik.” Kata Tuan Hong sambil mengulurkan tangan ke arah
Tuan Cho.
Wajah Tuan Cho tampak tercekat. Di
kepalanya kembali berkelebat ingatan saat Kyuhyun membawa Hae Jin kerumah untuk
meminta menikahinya dan mereka malah menghinanya
***
Hae Jin’s
pov
Aku menatap wajah Kyuhyun dengan
pandangan terkejut. Jadi suami Ae Jong adalah Kyuhyun, Cho Kyuhyun ku, dan anak
yang sedang di kandung Ae Jong itu anak Kyu. Aku benar-benar bingung sekarang,
apa yang harus aku lakukan? Menangis? Pergi dari hadapan mereka atau apa?
“Hae Jin, kenalkan dia Cho Kyuhyun
suamiku. Dan Kyu, dia sahabatku Hae Jin. Dia yang selama ini menemaniku.”
Kuulurkan tanganku pada Kyu.
“Annyeonghaseo, Hae Jin Imnida.
Senang bertemu dengan anda.” Ucapku lirih dan sedikit terbata. Aku memakai
bahasa yang formal yang jujur baru pernah aku kugunakan saat berbicara dengan
Kyu. Kyu tampak menatap wajahku dan kulihat matanya sudah mulai memerah.
“Cho Kyuhyun imnida, saya juga
senang bertemu dengan anda.” Ucapnya dengan bahasa formal juga. Lalu dia
genggam tanganku. Kurasakan kehangatan menjalari seluruh tubuhku. Kehangatan
yang aku rindukan. Wajah dan mataku mulai terasa panas. Oh Tuhan beri aku
kekuatan untuk tidak menangis, aku mohon. Sebuah doa aku panjatkan didalam
hati. Kyuhyun terus menggenggam tanganku sepertinya dia tidak ingin melepasnya
sama sepertiku. Dia menatapku seakan berkata bahwa dia merindukanku. Akupun
terus menatap matanya ingin rasanya aku membelai wajahnya seperti dulu,
merasakan hembusan nafasnya di wajahku dan merasakan ciuman hangatnya. Aku
merindukanmu Kyu. Aku tau kau juga merasakan hal yang sama denganku.
“Hae Jin, Kyuhyun, Gwenchana?” tiba-tiba
suara Ae Jong memecahkan komunikasi inverbalku dengan Kyu.
“Ah, gwenchana.” Refleks Kyu
melepaskan genggaman tangannya saat mendengar suara Ae Jong. Kekecewaan segera
menyelimuti hatiku. Aku harus segera pergi dari sini. Kekuatanku untuk menahan
air mata sudah sampai puncaknya, aku tidak mau mereka melihatku menangis.
“Ae Jong aku harus pergi, Siwon
sudah menungguku. Selamat tinggal.” Ucapku dan dengan cepat membungkuk ke arah
mereka berdua lalu dengan terburu-buru melangkah menjauh dari mereka.
Air mataku tumpah seketika, saat aku
keluar dari café itu. Aku menangis sepanjang jalan menuju tempat mobilku
terparkir. Setiap orang yang aku lewati selalu menoleh padaku dengan pandangan
berkerut heran. Aku tidak peduli lagi, aku hanya ingin menumpahkan segala
kesedihan dan kekecewaanku. Kenapa aku harus bertemu Ae Jong? Wae? Tangisku
semakin menjadi di dalam mobil. Aku pukul kemudi mobil yang berada di depanku
dengan keras.
“Kenapa aku harus bertemu lagi
denganmu dalam keadaan seperti ini Kyu? Wae Kyuhyun? Wae?” teriakku
keras-keras.
Aku menangis sambil berteriak di
dalam mobil seperti orang gila.
***
Kyuhyun’s
pov
Jadi Hae Jin yang selama ini menjadi
sahabat Ae Jong. Kenapa kau harus muncul lagi Hae Jin? Walau aku akui aku masih
sangat merindukanmu sampai sekarang. Hangat tangannya dalam genggamanku
membuatku tidak mampu untuk melepasnya. Aku merindukan genggaman tangan ini.
Hae Jin menatapku dan aku seolah
bisa mendengar suara hatinya yang berkata “Jeongmal Bogoshipoyo”. Aku juga
sangat merindukanmu Hae Jin. Kau tahu betapa gilanya hidupku setelah kau pergi?
Bagaimana aku mencarimu keseluruh penjuru dunia? Kenapa baru sekarang kau
muncul?
Wajah dan mata Hae Jin tampak mulai
memerah, dia pasti sebentar lagi akan menangis. Aku mohon jangan menangis
disini Hae Jin, aku tidak ingin Ae Jong mengetahui semuanya. Aku mohon kuatkan
dirimu.
““Hae Jin, Kyuhyun, Gwenchana?”
tiba-tiba suara Ae Jong terdengar menghentikan komunikasi inverbalku dengan Hae
Jin.
“Ah, gwenchana.” Kataku dan langsung
melepaskan genggaman tanganku pada Hae Jin.
“Ae Jong aku harus pergi, Siwon
sudah menungguku. Selamat tinggal.” Ucap Hae Jin. Dia membungkuk ke arah kami
berdua dan dengan terburu-buru melangkah pergi.
Kutatap punggung Hae Jin yang
menjauh. Kulihat punggungnya sedikit bergetar, dia pasti sudah menangis
sekarang. Mianhae Hae Jin, aku kembali membuatmu menangis. Mataku mulai basah
dengan air mata. Aku tidak boleh menangis sekarang, tidak boleh didepan Ae
Jong.
“Kyuhyun gwenchana? Kau menangis?”
kata Ae Jong sambil menatap mataku.
“Ani, aku tidak menangis.” Kataku
sambil mengusap mataku agar air mata ini hilang. “Hanya mataku tiba-tiba perih
mungkin terkena debu.”
“Jadi itu sahabatmu?”
“Iya dia yang aku temui di swalayan
dan akhirnya menjadi sahabatku. Kau mengenalnya?”
Aku hanya menggeleng pelan sebagai
jawaban atas pertanyaan Ae Jong.
“Dia bilang Siwon sudah menunggunya.
Siapa Siwon?”
“Dia bilang Siwon kakaknya, tetapi
aku lebih melihat Siwon itu kekasihnya. Kenapa?”
“Ani, cuma ingin tahu saja.”
Jadi kekasih Hae Jin yang baru yang
Na Ri ceritakan dulu bernama Siwon. Kalau dia sudah bahagia dengan Siwon kenapa
dia menangis tadi?
Andai aku bisa lebih lama bersama
Hae Jin tadi.
***
Ae Jong’s
pov
Ada apa dengan Kyuhyun dan Hae Jin? Kenapa
mereka menangis? Kenapa Kyuhyun menatap Hae Jin seolah Hae Jin itu orang yang
sangat dia rindukan? Apa yang sebenarnya terjadi saat ini?
“Jadi itu sahabatmu?” tanyanya
padaku.
“Iya dia yang aku temui di swalayan
dan akhirnya menjadi sahabatku. Kau mengenalnya?”
Dia hanya menggeleng.
“Dia bilang Siwon sudah menunggunya.
Siapa Siwon?”
“Dia bilang Siwon kakaknya, tetapi
aku lebih melihat Siwon itu kekasihnya. Kenapa?”
“Ani, Cuma ingin tahu saja.”
Ada yang Kyuhyun sembunyikan dariku
tentang Hae Jin. Aku yakin mereka saling mengenal sebelumnya. Atmosfer saat
mereka saling menatap tadi terasa lain. Aku seperti merasakan sesuatu kekuatan,
mereka seperti sedang saling berbicara walau bibir mereka diam.
Siapa Hae Jin sebenarnya? Dan kenapa
Kyuhyun bisa mengenalnya?
***
Kyu benar-benar bersikap aneh
setelah bertemu dengan Hae Jin. Bahkan di dalam mobilpun dia hanya diam sambil
menatap keluar jendela, dia melamun.
“Kyu, gwenchanayo?” kataku sambil
membelai pelan bahu Kyu.
“Ne gwenchana.”
“Kau dari tadi melamun. Sejak
bertemu Hae Jin di café tadi sikapmu berubah. Kau yakin tidak mengenal Hae
Jin.”
“Ne.” jawabnya pendek.
“Jangan ada yang kau sembunyikan
Kyu, aku mohon.”
“Aku bilang aku tidak mengenalnya.”
Bentaknya padaku.
“Mianhae Ae jong, banyak yang aku
pikirkan. Aku tidak bermaksud membentakmu.”
“Ne, cheonmaneyo.”
Baru kali ini dia membentakku lagi.
Ada apa dengannya sebenarnya?
***
Hae Jin’s
pov
Aku bangun dengan kepala pusing.
Kulihat Siwon masih tertidur nyenyak di sampingku. Semalam aku tidur
dipelukannya setelah menangis hebat, menumpahkan semua kesedihanku. Dan seperti
biasa Siwon hanya duduk diam sambil memelukku dan menawarkanku minum
berkali-kali. Dia menyerahkan dadanya untuk aku pukuli dan aku basahi dengan
air mata.
Aku melangkah gontai ke kamar mandi.
Aku menuju wastafel yang berada di sebelah bathtub. Kutatap bayangan wajahku di
dalam kaca, sangat mengerikan. Rambut coklat panjangku awut-awutan. Mataku
bengkak dengan kantung mata hitam menggantung dibawahnya. Bekas aliran air mata
masih ada di sepanjang pipiku.
Kututup lubang didasar wastafel lalu
aku buka keran airnya dan membiarkan wastafel itu dipenuhi air. Kubenamkan
seluruh kepalaku ke dalam air itu agar seluruh rasa pening di kepalaku hilang.
Dinginnya air di pagi itu bisa sedikit menghilangkan rasa pening di kepalaku.
Tiba-tiba sebuah tangan yang kokoh
memegang bahuku dan menarik tubuhku yang menunduk ke dalam wastafel menjadi
tegak.
“Apa-apaan kau ini? Bunuh diri tidak
menyelesaikan masalah.” Marah Siwon padaku. Matanya melotot.
“Siapa yang mau bunuh diri?” kataku
padanya.
“Kau benamkan kepalamu ke air
seperti itu, kalau bukan mau bunuh diri lalu mau apa?”
Plak. Aku jitak kepala Siwon
keras-keras. Aku kesal dituduh seperti itu.
“Aw! Appayo”
“Aku hanya ingin cuci muka. Kepalaku
pening, mataku juga bengkak. Penampilanku mengerikan. Siapa tahu air dingin ini
bisa menyembuhkannya.”
“Syukurlah kalau kau tidak berniat
bunuh diri. Kalau kepalamu masih pening, istirahat saja, akan aku buatkan
sarapan.”
“Cepat ya.”
Aku melangkah kembali ke kamar. Air
dingin tadi sedikit bisa membuatku segar. Aku duduk di ranjang sambil memeluk
kakiku. Daguku kuletakan diatas lutut, kembali kuingat pertemuanku dengan
Kyuhyun semalam. Rasa sakit didadaku kembali terasa. Dan air mataku kembali
terasa mengalir.
Aku lalu mengingat saat pertama kali
bertemu dengan Kyu.
***
Author’s
pov
Flashback
Kyuhyun
dan teman-teman dekatnya di kampus Donghae, Leeteuk, dan Yesung tampak sedang
duduk dihalaman kampus fakultas ekonomi.
“Anak-anak
Ekonomi terkenal cantik-cantik” Ucap Donghae sambil menyiuli salah satu Yeoja
yang lewat didepan mereka.
Kyuhyun
dan yang lainnya hanya tertawa melihat tingkah laku Donghae. Di Fakultas Teknik
tempat mereka belajar jumlah gadis jika dihitung memang tidak akan habis
sepuluh jari.
“Benar,
lihat yang itu, yang memakai rok mini pink itu, cantik sekali.” Ucap Leeteuk
sambil menunjuk Yeoja yang sedang berdiri di bawah pohon.
“Coba kau
dekati dia.” Ucap Yesung.
“Baiklah,
akan aku keluarkan jurus rayuan maut ala Leeteuk.” Leeteuk bangkit dan menarik
celananya yang sedikit kedodoran, dia juga merapikan kaos dan kemejanya.
“Dia
memang cantik dan seksi, kau beruntung jika bisa mendapatkannya Hyung.” Ucap
Kyuhyun.
Leeteuk
memang lebih tua dari mereka semua, seharusnya dia sudah diwisuda sekarang,
tapi sepertinya dia masih betah untuk kuliah sehingga tidak segera
menyelesaikan skripsinya.
Tiba-tiba
sebuah mobil mewah mendekati yeoja yang sedang berdiri dibawah pohon itu. Seorang
Namja tampan keluar dari dalam mobil dan memeluk yeoja itu, mereka lalu masuk
ke dalam mobil bersama dan pergi.
“Dia
memang cantik, tapi sayangnya sudah ada yang punya.” Ucap Kyuhyun sambil
menepuk punggung Leeteuk lalu tertawa terbahak-bahak bersama Yesung dan
Donghae.
“Aish! Aku
terlambat.” Leeteuk berkata kesal sambil menendang sebuah batu kecil.
Kyuhyun
mengedarkan pandangannya ke segala penjuru halaman. Lalu matanya menangkap
sesosok Yeoja yang memakai celana Jins berwarna gelap yang dipadu dengan kaos
tanpa lengan berwarna pink dan bolero rajut berlegan pendek berwarna putih,
rambutnya yang panjang berwarna kecoklatan tampak digerai dengan poni yang
dijepit ke belakang sehingga dahinya terlihat, sangat cantik.
Yeoja itu
tampak sedang membungkuk memunguti beberapa sampah kering seperti kaleng
minuman dan beberapa botol yang bertebaran di jalan aspal karena seorang tukang
sampah tua yang bertugas membawa sampah itu ke tempat pengolahan sampah
menjatuhkan kantong sampahnya.
Kyuhyun
menatapnya tanpa berkedip. Yeoja lain pasti tidak mau melakukan hal itu,
mengotori tangan halus mereka dengan sampah-sampah bau seperti itu, batinnya.
Setelah semua sampah itu terkumpul yeoja itu tersenyum kepada ahboji yang
sedang membungkuk berterima kasih itu.
“Jangan
terlalu berharap kau bisa mendapatkannya.” Ucap Donghae tepat di telinga
Kyuhyun.
Kyuhyun
sedikit terlonjak kaget “Siapa yang kau maksud?”
“Dia, Hong
Hae Jin. Cantik, kaya dan berhati malaikat. Kau harus melewati antrian seluruh
namja di universitas ini untuk bisa mendapatkannya.” Jelas Donghae.
“Wah,
separah itukah? Tapi dia memang benar-benar cantik.” Kata Yesung sambil menatap
Hae Jin yang sedang berjalan dan menyapa setiap orang yang dia lewati.
“Kyuhyun!”
Leeteuk berteriak saat melihat Kyu bangkit dan sambil setengah berlari
mendekati Hae Jin. Kyu sempat berbalik dan mengacungkan kedua ibu jarinya
kepada ketiga temannya.
“Dia sudah
gila.” Kata Donghae.
“Nekat.”
Ucap Yesung.
“Sebentar
lagi dia pasti menangis.” Leeteuk menggumam sambil menatap Kyu yang semakin
mendekati Hae Jin.
***
Bruuk. Kyu
dengan sengaja menjatuhkan semua buku, paper dan alat tulisnya ke jalan.
“Aigo!
Ceroboh sekali aku.” Ucapnya berjongkok dan mulai memunguti barang-barangnya.
“Mari aku
bantu.” Ucap Hae Jin sambil membantu memunguti buku dan kertas milik Kyuhyun.
“Gamsahamnida
sudah mau membantuku.” Kata Kyu sambil membungkuk kearah Hae Jin.
“Ne,
Cheonmaneyo. Kau dari fakultas teknik? Kenapa ada disini?” Tanya Hae Jin sambil
menyerahkan paper yang berlabelkan fakultas teknik pada Kyu.
“Kadang
ahli teknologi juga membutuhkan ahli ekonomi. Cho Kyuhyun imnida.” Ucap Kyu
sambil mengulurkan tangannya.
“Hae Jin,
Hong Hae Jin imnida.”
“Sebenarnya
fakultas kami akan mengadakan sebuah acara amal, tetapi kami membutuhkan
mahasiswa dari fakultas ekonomi untuk membantu kami merencanakan anggaran.”
“Acara
amal?”
“Ne, untuk
korban banjir dan longsor yang terjadi 2 minggu lalu, kau tahu kan?”
“Ne,
banyak sekali korban disana.”
“Kau mau
bergabung? Aku jamin acaranya bagus.”
“Hm,
baiklah. Aku mau bergabung bersama kalian.”
“Boleh aku
minta nomor ponselmu?”
“Tentu.”
Kyu
mencatat nomor ponsel Hae Jin lalu mereka berpisah. Kyu kembali berjalan ke
arah teman-temannya sambil mengacungkan ponselnya tinggi-tinggi dan tersenyum
penuh kemenangan.
“Terkadang
aku lupa kalau dia itu Drakyu.” Ucap Leeteuk dengan ekspresi terkejut melihat
Kyu berhasil mendapatkan nomor ponsel Hae Jin.
“Ne,
adegan dalam drama yang suka ditiru Kyu terkadang lebih efektif daripada rayuan
Donghae.” Yesung menimpali sambil melirik ke arah Donghae.
“Kau
dapat… nomor ponselnya?” ucap Donghae tidak percaya.
“Ne,
jangan sebut aku Kyuhyun jika tidak bisa mendapatkan wanita impianku.”
“Aku
minta.” Seru Donghae sambil berusaha merebut ponsel Kyuhyun dari tangannya.
“Andwe!”
Ucap Kyu sambil menyimpan ponselnya di saku kemejanya.
***
Kyuhyun’s
pov
Pagi ini aku bangun dengan perasaan
tidak tenang. Kulihat Ae Jong masih tertidur lelap. Kubelai kepalanya lalu
perutnya yang semakin membesar itu.
“Selamat pagi nak.” Gumamku.
Aku bangkit dari ranjang dan mencuci
mukaku di kamar mandi.
Aku keluar dari kamar. Rumah masih
terasa sepi. Mungkin appa masih tidur. Aku berjalan ke arah kolam renang di
halaman belakang rumah. Ku hirup udara segar pagi itu yang membuat pikiranku
kembali melayang pada saat aku mengungkapkan perasaanku pada Hae Jin dulu.
***
Author’s
pov
Flashback.
Hae Jin
dan Kyuhyun berada di dalam mobil. Mereka baru saja menghadiri acara amal yang
diadakan oleh fakultas ekonomi. Sudah lebih dari 1 tahun waktu berlalu sejak
mereka pertama kali bertemu dulu.
“Sudah
sampai di rumahmu.” Ucap Kyu dengan wajah sedih.
“Kau mau
mampir kedalam?”
“Ani,
gomawo.”
Tiba-tiba
hujan deras turun dari langit. Seakan sengaja menghalangi perpisahan mereka.
“Yah
hujan. kenapa selalu seperti ini?” keluh Hae Jin.
Kyuhyun
hanya tersenyum dan mengangkat bahu.
“Kau punya
payung?”
Kyuhyun
menggeleng sambil terus menatap gadis pujaan hatinya itu mengeluhkan turunnya
hujan.
“Lalu
bagaimana aku masuk ke dalam rumah? Pintu gerbang juga tertutup. Atau aku lari
saja kedalam?”
“Andwe!
Kau bisa sakit.”
“Lalu
bagaimana aku masuk? Kau saja tidak memiliki payung.”
“Tetap
disini sampai hujan reda.”
Hae Jin
hanya menatap Kyuhyun yang tampak tersenyum meyakinkan Hae Jin untuk tetap
tinggal.
“Kau tahu
Hae Jin-ah, aku sangat menyukai hujan.”
“Wae?”
“Karena
hujan selalu berhasil menahanmu untuk lebih lama berada disisiku.”
Hae Jin
mengerutkan wajahnya, bingung mendengar kata-kata Kyu.
“Aku
selalu ingin kau bisa lebih lama berada disisiku saat kita akan berpisah. Entah
kenapa aku selalu merasa seperti itu. Kau tau tidak kenapa bisa seperti itu?”
Hae Jin
hanya menggeleng lemah, dan semakin tidak mengerti dengan kata-kata Kyu.
Kyuhyun
meraih tangan Hae Jin dan menggenggamnya erat.
“Karena
aku mencintaimu. Saranghae Hong Hae Jin.”
Hae Jin
hanya menatap Kyuhyun dengan pandangan tidak percaya.
“Dengan
segala kerendahan hati, kuserahkan segala kekuranganku padamu. Karena hanya kau
yang bisa membuatku menjadi sempurna. Maukah kau menerima kekuranganku ini dan
menjadikannya sempurna?”
Hae Jin
menatap mata Kyu dengan dalam. Dia bisa menemukan ketulusan dan kejujuran
disana. Kyu memang benar-benar mencintainya. Kyuhyun seseorang yang berbeda
dengan namja-namja yang selama ini mendekatinya hanya karena kecantikan dan
kekayaan ayahnya. Perlahan Hae Jin mengangguk sambil tersenyum kepada Kyuhyun.
Kyuhyun
menarik tubuh Hae Jin kepelukannya. Dia membelai kepala yeoja sangat dia cintai
itu. Didalam hatinya terpanjat beribu rasa syukur karena dia tidak harus
merasakan pahitnya cinta yang bertepuk sebelah tangan.
Dia
lepaskan pelukannya dan dia belai pipi Hae Jin yang sudah bersemu merah.
Perlahan dia dekatkan wajahnya dan mencium bibir gadis itu dengan lembut.
Hatinya terasa bergetar saat itu. Belum pernah dia rasakan perasaan seperti ini
kepada yeoja-yeoja lain. Saat itulah dia merasa yakin bahwa Hae Jin lah yeoja
yang tepat untuk mendampinginya sampai akhir hembusan nafasnya. Bahkan suara
derai hujan yang jatuh diatas mobil mereka seakan mengiringi kebahagian yang
tengah meraka rasakan saat itu.
***
Hae Jin’s
pov
“Makanlah bibimbap ini. atau mau aku
suapi?” Ucap Siwon.
Aku hanya mengangguk manja padanya.
Siwon menyuapkan sesendok bibimbap ke mulutku.
“Uhuk uhuk. Kau masukan berapa
banyak garam kedalam sini?” tanyaku sambil mengambil gelas air dan meminumnya
banyak-banyak.
“Mianhae, kau tau sendiri aku tidak
bisa memasak. Kalau begitu aku akan memesan makanan saja.”
“Andwe! Ini masih bisa diperbaiki.”
Kataku sambil bangkit dari tempat tidur dan melangkah ke dapur. Aku tambahkan
sedikit kecap dan minyak wijen untuk mengurangi rasa asin. Aku aduk bibimbap
itu dan aku coba makan sesendok.
“Nah kalau begini baru enak. Kau
coba ini.” Ucapku sambil menyuapkan sesendok bibimbap ke dalam mulut Siwon.
“Benar, jadi enak.”
“Gomawo sudah membuatkanku makanan.”
Aku tidak sampai hati untuk membuang makanan yang sudah dia buat dengan susah
payah.
“Cheonmaneyo, setelah kau mandi kita
pergi ke Lotte World ya.”
“Untuk apa?”
“Aku ingin bermain denganmu” Siwon
mulai memasang tampang memohonnya yang membuatku tidak tega untuk menolak.
“Ne Oppa.”
***
“Kau senang hari ini?” Tanya Siwon
sambil merangkul bahuku. Kami baru pulang dari Lotte World malam ini. Kami
duduk berdua di sofa didepan televisi melepaskan lelah.
“Ne.”
“Aku senang bisa melihat senyum dan
tawamu lagi tadi.” Ucapnya sambil mempererat rangkulannya padaku.
Kudengar ponsel di tasku berbunyi
nyaring.
“Yeoboseo.” Sapaku.
“Yeoboseo Hae Jin.” Terdengar suara
Appa dari seberang telepon.
“Appa? Ada apa?”
“Besok bisa kau ke rumah bertemu
Appa?”
“Ne Appa besok aku kesana.”
“Appa merindukanmu, sekalian aja
Siwon, Appa ingin bertemu dengannya.”
“Ne Appa.”
Kuletakan ponselku di atas meja.
“Appa menyuruh aku dan kau datang ke
rumah besok.”
“Tuan Hong?”
“Ne, katanya dia merindukanku dan
ingin bertemu denganmu. Kau mau kan ikut bersamaku?”
Siwon hanya mengangguk lalu
meletakan kepalanya ke sandaran sofa dan tertidur.
***
“Ikut proyek Appa?” kataku terkejut.
Appa baru saja memintaku menjadi wakilnya untuk proyek terbarunya. Baru kali
ini Appa memintaku bekerja di perusahannya, sedangkan selama ini Appa selalu
melarangku turut campur dalam setiap pekerjaannya.
“Appa ingin kamu memanfaatkan ilmu
yang sudah kamu dapatkan di universitas.”
Aku menatap Appa tajam dan heran.
“Sudah kau jangan menatap Appa
seperti itu. Sudah waktunya kamu belajar bekerja. Siwon tolong dampingi dan
ajari Hae Jin, semalam aku sudah berbicara dengan Appa dan Ommamu dan mereka
mengijinkannya.”
“Ne ahjussi, akan saya bantu sebisa
saya.”
“Malam ini kalian tidur disini saja,
besok pagi kita bisa berangkat bersama.”
Aku merasakan Appa seperti
merahasiakan sesuatu, dan itu membuat perasaanku tidak tenang.
***
“Kita sudah sampai. Ayo turun.” Ucap
Appa saat mobil yang kita tumpangi berhenti di sebuah gedung besar.
“Ini kan bukan kantor Appa.” Tanyaku
heran.
“Ini kantor rekan Appa, kita akan
mengadakan rapat disini.” Kata Appa sambil merapikan jasnya lalu turun dari
mobil.
“Sudah tidak usah dipikirkan, ayo
kita turun. Dan kau tampak cantik menggunakan setelan resmi seperti itu.” Ucap
Siwon sambil menyentil dahiku.
“Aish! Appayo.”
Aku berjalan dibelakang Appa,
bersama Siwon yang berada di sebelahku. Setelah kami memasuki gedung tersebut
kulihat semua mata pegawai wanita tertuju pada Siwon. Mereka tampak
berkasak-kusuk sendiri. Kulirik Siwon, dan sesuai dugaanku dia sedang
menebarkan senyumannya.
Tiba-tiba mataku tertuju pada sebuah
tulisan di belakang meja resepsionis. CHOWON corp. Langkahku terhenti
seketika. Aku fokuskan mataku pada tulisan itu. Benar-benar Chowon corp. ini
kan perusahaan milik ayah Kyuhyun. Jadi Appa bekerjasama dengan..
“Jin-ah, kenapa berhenti?” Appa
memanggilku dari depan lift.
Aku berjalan cepat menghampiri Appa,
dan langsusng menatap Appa dengan pandangan tajam.
“Kenapa Appa bekerjasama dengan
perusahaan Kyuhyun?” tanyaku pada Appa.
“Eh? Jadi perusahaan ini milik
Kyuhyun? Chowon corp.?” Siwon membelalakan matanya karena terkejut.
Aku tidak menghiraukan pertanyaan
Siwon. “Wae Appa?”
“Appa hanya tertarik dengan
penawaran tender mereka.” Ucap Appa terlihat santai.
“Ani! Pasti Appa punya alasan
tersembunyi. Wae Appa?” suaraku mulai meninggi. Ada sedikit rasa marah di
hatiku pada Appa.
“Jaga sikapmu Hae Jin.” Tampaknya
semua orang di lobby kantor itu sudah menengok ke arah kami sampai Appa
membentakku seperti itu. “Kau diam saja dan turuti semua keinginan Appa.” Pintu
lft di depan kami terbuka dan Appa menarik tanganku masuk ke dalam lift.
Didalam Lift Siwon membelai pelan
punggungku mencoba menenangkan emosiku tanpa sepengetahuan Appa. Kutatap Siwon
dan dia hanya mengangguk pelan sambil tersenyum.
“Kalian tunggu diluar dulu, setelah
Appa memanggil kalian masuk, baru kalian masuk.” Kata Appa saat kami
sampai di depan ruang rapat.. Appa beserta sekretaris dan dua manager masuk ke
dalamnya.
“Semua akan baik-baik saja. Mungkin
ini hanya kebetulan saja ayahmu bekerjasama dengan perusahaan milik ayah
Kyuhyun.” Ucap Siwon sambil menggenggam tanganku.
“Tidak Oppa, ini bukan kebetulan,
ini memang sudah diatur oleh Appa.”
“Aku akan selalu berada disisimu dan
mendukungmu.”
Aku benar-benar marah pada Appa.
Disaat aku benar-benar harus melupakan Kyuhyun, Appa memberiku jalan untuk
kembali dekat dengannya. Bagaimana bisa aku melupakannya kalau seperti ini?
***
Author’s
pov
“Sepertinya saya sedikit membuat
perubahan dalam rencana proyek kita Tuan Cho.” Tuan Hong berkata kepada Tuan
Cho yang duduk di seberangnya. Mereka hanya dibatasi sebuah meja rapat
berbentuk bulat.
“Perubahan? Perubahan seperti apa?
Saya harap perubahan itu tidak merugikan salah satu dari kita Tuan Hong.” Ucap
Tuan Cho sambil memandang ke arah Tuan Hong yang sedang tersenyum seperti
menyembunyikan sesuatu.
“Saya tidak jadi terlibat langsung
didalam proyek ini. Tetapi saya akan menugaskan wakil saya untuk menggantikan
posisi saya.”
“Bagaimana bisa seperti itu?” Tuan
Cho berkata dengan mengernyitkan dahinya.
“Proyek yang saya tangani mulai
banyak sekarang Tuan Cho, dan saya pikir untuk proyek kita ini akan lebih cocok
jika dilakukan oleh wakil saya itu. Saya harap anda bisa mengerti, dan saya
tidak akan pernah mengecewakan anda, walaupun kita sama-sama tahu dulu anda
pernah mengecewakan saya.” Ucap Tuan Hong. Sejenak suasana rapat menjadi
memanas karena ucapan Tuan Hong. Beberapa direksi Tuan Cho mulai saling
berbisik menerka maksud ucapan Tuang Hong.
“Siapa wakil yang anda maksud?” Tuan
Cho bertanya setelah sejenak sempat terdiam karena ucapan Tuan Hong akan
kejadian masa lalu.
Tuang Hong tersenyum penuh
kemenangan. “Kau suruh masuk mereka berdua.” Ucap Tuan Hong kepada
sekretarisnya.
Sang sekretaris segera bangkit dari
duduknya dan keluar ruangan. Semenit kemudian pintu kembali terbuka. Seorang
yeoja yang memakai setelan resmi berwarna biru gelap dengan rambut panjang
coklat tergerai indah masuk bersama seorang namja tinggi berbadan tegap dan
berwajah tampan, disusul sekretaris Tuan Hong dibelakangnya.
Mata Tuan Cho seketika itu
terbelalak kaget. Wajahnya tampak memucat. Dia sama sekali tidak menyangka
yeoja yang dulu dia hina sekarang berdiri dihadapannya kembali.
“Saya perkenalkan putri kesayangan
saya Hong Hae Jin. Dan Putra saya Choi Siwon. Mereka yang akan menggantikan
saya.”
“Selamat siang Tuan Cho, sudah lama
tidak bertemu dengan anda.” Hae Jin berkata sambil mengulurkan tangannya ke
arah Tuan Cho.
Tuan Cho menjabat tangan Hae Jin
dalam diam. Hae Jin tersenyum dingin padanya.
Selama rapat mereka tidak saling
berbicara, sepertinya mereka tenggelam dalam pikiran masing-masing. Hanya
terdengar suara Siwon yang sedang mempresentasikan program yang semalam Tuan
Hong berikan padanya. Hanya sesekali Tuan Cho tampak memandang Hae Jin sebentar
dengan pandangan sedih. Hae Jin hanya diam menunduk sambil memainkan pena
miliknya diatas meja.
“Saya rasa rapat sudah selesai dan
berkas sudah anda dan putri saya tanda tangani, saya permisi pulang Tuan Cho,
semoga kerjasama kita berjalan lancar.” Tuan Hong bangkit dari kursinya dan
menjabat tangan Tuan Cho.
Satu-persatu orang mulai keluar,
hanya Tuan Cho dan Hae Jin yang tertinggal didalam. Tadi Siwon sempat
mengajaknya keluar, tetapi Hae Jin menyuruhnya pergi lebih dulu.
“Kau sudah kembali? Aku dengar dari
Kyuhyun dulu kau berada di Paris bersama ibumu.” Tuan Cho membuka percakapan
dengan Hae Jin.
“Ne.” Jawab Hae Jin singkat. Tidak
sedikitpun dia memandang wajah Tuan Cho.
“Aku minta maaf atas apa yang sudah
aku dan almarhum istriku katakan padamu dulu.”
“Al.. Almarhum?” Hae Jin mengangkat
wajahnya dan memandang wajah sedih Tuan Cho.
“Tidak berapa lama setelah Kyuhyun
menikah istriku meninggal karena kecelakaan. Aku mohon kau mau memafkan segala
kesalahannya padamu selama dia hidup.”
“Pernahkah terbersit dibenak anda
dulu bagaimana perasaan saya dan Kyuhyun saat itu? Pernahkah anda memikirkan
itu sedikit saja?” Ucap Hae Jin sambil menatap Tuan Cho tajam. Rasa sakit
hatinya yang dahulu muncul kembali. Air mata mulai tertumpuk disudut matanya.
“Aku tahu aku berdosa padamu dan
Kyuhyun.”
“Pernahkah anda berfikir bagaimana..
bagaimana hidup saya dan Kyuhyun anak anda hancur? Bagaimana gilanya kami
setelah itu? Pernahkah Tuan Cho?” Kata-kata Hae Jin sedikit tersendat karena
menahan air mata.
“Mianhae Hae Jin. Aku hanya orang
tua yang menginginkan semua yang terbaik untuk anaknya.”
“Begitu rendahnya kah saya dimata
anda saat itu?”
“Mianhae, jeongmal mianhae. Tolong
mengerti posisiku sebagai orang tua, kelak saat kau tua sepertiku dan memiliki
anak, kau pasti akan memiliki pikiran yang sama denganku.” Ucap Tuan Cho. Dia
bangkit dari kursinya dan membungkukan badan pada Hae Jin dan melangkah keluar
ruang rapat.
Tinggalah Hae Jin sendirian di
ruangan yang besar itu. Dia menunduk dan dari kedua bola matanya yang indah
mengalir air mata membasahi kedua pipinya.
***
Ae Jong’s
pov
Layar televisi di depanku tengah
menayangkan sebuah variety show dengan sebuah boyband terkenal di Korea sebagai
bintang tamunya sore ini. Kudengar suara pintu depan terbuka. Aku segera
beranjak dari sofa dan melangah perlahan menuju ruang tamu. Perutku yang
semakin membesar membuatku semakin sulit bergerak.
“Appa sudah pulang?” tanyaku saat
kulihat Appa masuk ke dalam rumah sambil membawa beberapa map dan tas kerja.
“Ne, bagaimana keadaanmu dan cucuku
Ae Jong? Kalian baik-baik saja ?” kata Appa sambil merebahkan tubuhnya di atas
sofa di ruang tamu. Sepertinya dia sangat lelah.
“Ne Appa. Appa mau Ae Jong buatkan
minum?”
“Ani. Appa mau istirahat di kamar. Tolong
kau bawakan tas dan dokumen ini ke ruang kerja Appa ya.” Ucap Appa, lalu
bangkit dan melangkah menuju kamarnya.
“Ada apa Ae Jong? Siapa yang
datang?” Kyu tampak sedang menuruni tangga menghampiriku.
“Appa baru saja pulang. Beliau
menyuruhku menyimpan tas dan dokumennya ke dalam ruang kerjanya.” Kataku
padanya. Tanpa sengaja aku menjatuhkan sebuah map, kertas-kertas didalamnya
segera berhamburan ke lantai.
“Biar aku saja yang ambil, kau
jangan terlalu banyak membungkuk.” Ucap Kyu sambil memunguti kertas-kertas itu.
Kulihat wajah Kyu menegang saat
membaca sebuah kertas yang dia ambil tadi. Apa sebenarnya isi tulisan pada
kertas itu?
“Dimana Appa?” Tanyanya.
“Dikamar, ada apa sebenarnya Kyu?”
Kyuhyun tidak menghiraukan
pertanyaanku. Dia segera berlalu dan masuk ke dalam kamar Appa. Aku yakin dia
menyembunyikan sesuatu selama ini. Hatiku berkata aku harus mengikutinya.
Aku berjaan perlahan menuju kamar
Appa. Kudekati pintunya dan mencoba mendengarkan percakapan yang sedang terjadi
disana.
“Kenapa Appa tidak pernah
menceritakannya padaku?” terdengar suara Kyuhyun.
“Appa juga baru bertemu dengannya
tadi. Appa sama sekali tidak tahu kalau ayahnya akan meminta dia untuk
menggantikannya.” Kali ini suara Appa yang terdengar.
“Aku harus bertemu dengannya besok.”
“Ani! Kau pikirkan perasaan Ae Jong.
Dia sedang mengandung anakmu.”
Mereka benar-benar menyembunyikan
sesuatu dariku. Siapa orang yang ingin Kyuhyun temui besok.
“Untuk terakhir kalinya Appa. Aku
ingin berbicara dengannya untuk terakhir kali. Aku akan menyelesaikan semuanya.
Aku mohon.”
“Besok siang ada rapat di kantor.
Kau bisa ikut Appa.”
Apa yang sebenarnya mereka
sembunyikan dariku. Tiba-tiba perutku terasa sakit. Akhir-akhir ini perutku
sering terasa sakit saat aku banyak pikiran. Dokter bilang kandunganku semakin
melemah, dan ada kemungkinan bayiku terlahir prematur. Aku mohon kau kuat
anakku. Batinku.
***
Aku sedang berusaha menghubungi Hae
Jin sekarang. Aku ingin bertemu dengannya dan menceritakan semua masalahku
padanya. Namun anehnya tidak satupun teleponku dia angkat. Bahkan terakhir dia
reject lalu nomor ponselnya tidak bisa lagi dihubungi. Ada apa dengannya?
“Hae Jin tidak bisa dihubungi dari
tadi.” Ucapku pada Kyuhyun yang sudah berbaring di ranjang di sebelahku.
“Untuk apa kau menghubunginya lagi?”
Dahiku mengernyit heran. “Dia
sahabatku Kyu, aku ingin bertemu dengannya.”
“Kau tidak usah menemuinya lagi.”
“Mwo?” Aku semakin tidak mengerti
dengan ucapan Kyu.
“Aku mau kau tidak menemuinya lagi!”
“Wae? Dia sahabatku dan dia orang
yang baik.”
“Itu sudah menjadi keputusanku dan
aku harap kau tidak membantah.” Ucapnya sambil membalikan tubuhnya sehingga
memunggungiku.
Kenapa Kyu seperti membenci Hae Jin?
Mungkinkah sesuatu yang Kyuhyun dan Appa sembunyikan dariku ada hubungannya
dengan Hae Jin?
***
Kyuhyun dan Appa sudah berangkat
bersama sejak satu jam yang lalu. Wajah mereka berdua tampak tegang. Semalam
aku memikirkan banyak hal. Mencoba menyatukan kepingan-kepingan ingatanku akan
semua kejadian yang telah aku alami selama ini, tetapi tidak berhasil. Aku
yakin mereka mempunyai benang merah yang sama namun sedalam apapaun aku
berusaha aku belum bisa menemukan benang merah itu. Aku pun memutusakan untuk
menyusul mereka ke kantor Appa, aku ingin mengetahui siapa orang yang berhasil
membuat Kyuhyun dan Appa berwajah setegang itu.
Aku membuka lemari untuk mengambil
baju ganti. Tiba-tiba aku teringat pada suatu benda yang pernah aku temukan
diantara tumpukan baju Kyuhyun dulu. Aku cari kembali benda itu diantara
tumpukan baju Kyuhyun, tapi tidak ada. Aku buka laci lemari pakaian dan
mengambil semua dokumen pribadi Kyuhyun. Aku temukan benda itu disana, terselip
diantara paspor dan visa Kyuhyun. Selembar Foto.
Didalam foto itu tampak Kyuhyun
sedang memeluk seorang yeoja cantik dari belakang dengan latar belakang sebuah
padang rumput dan langit biru. Mereka berdua tersenyum dengan sangat bahagia.
Yeoja itu adalah Hae Jin, Hae Jinku, Hae Jin sahabatku.
Kenangan-kenangan yang semalam aku
coba rangkai sekarang seakan bersatu sendiri seperti sebuah jigsaw, membentuk
jawaban yang selama ini cari.
Sekarang aku tau kenapa aku merasa
tidak asing dengan wajah Hae Jin saat bertemu dengannya dulu. Aku pernah
melihatnya didalam foto ini. Aku tau kenapa nama Hae Jin juga tidak asing
ditelingaku. Nama itu selalu Kyuhyun gumamkan disetiap tidurnya dulu. Aku tahu
arti pandangan mereka berdua tempo hari yang menyiratkan kerinduan yang teramat
sangat.
Aku kembali teringat usulan nama
anak dari Hae Jin. Teringat kembali saat Kyuhyun menolak membicarakan tentang
anak. Saat Kyuhyun mabuk dan melakukan semua itu padaku, bukan aku yang ada
dimatanya, tetapi Hae Jin.
Aku jatuh terduduk diatas ranjang
semua ingatan itu bergulir satu persatu memperjelas semuanya. Kyuhyun tidak pernah
pulang dulu karena mencari Hae Jin bersama Na Ri. Orang yang dimaksud Na Ri
saat Kyu mengalami kecelakaan adalah Hae Jin.
Air mata Hae Jin terbayang kembali
dibenakku saat dia bercerita tentang kekasihnya yang menikah dengan yeoja lain.
Aku tahu sekarang siapa yang membuat mereka menangis, membuat mereka sama-sama
merasakan penderitaan yang teramat sangat, itu adalah diriku sendiri. Ucapan Na
Ri dirumah sakit dulu, bahwa aku hadir diantara dua orang yang saling
mencintai. Diantara Kyuhyun dan Hae Jin.
Aku mengangis, meratap, mengasihani
diriku sendiri yang tak pernah bisa menyadari keadaan disekitarku yang
sebenarnya.
Orang yang ingin Kyuhyun temui hari
ini pasti Hae Jin. Aku harus segera menyusul mereka. Aku bangkit dan menghapus
air mata dipipiku dan segera bersiap.
***
Hae Jin’s
pov
Kulihat Kyuhyun duduk didepanku
sambil menatap mataku lekat-lekat. Kenapa dia harus berada disini?
Kurasakan Siwon menggenggam tanganku
kuat-kuat. Aku tahu dia pasti khawatir dengan keadaanku. Aku menoleh pada Siwon
dan tersenyum menenangkannya. Kulihat dia menatap tajam pada Siwon. Tatapannya
seakan ingin membunuh Siwon. Dia cemburu, aku hafal dengan tatapannya itu.
Tuan Cho menutup rapat kali ini dan
mempersilahkan semua orang untuk keluar. Aku dan Siwon segera bangkit dari
kursi. Aku memang ingin secepatnya lepas dari tatapan tajam Kyuhyun.
Sebelum aku mencapai pintu sebuah
tangan memegang tanganku dan menahanku.
“Aku ingin berbicara denganmu.”
Suara berat Kyuhyun terdengar di belakangku.
Aku menoleh dan menatapnya.
“Jongsohamnida Tuan Cho, saya masih
ada urusan lain. Jika ini soal pekerjaan bisa anda tanyakan pada sekretaris
saya.” Kataku dengan bahasa formal.
“Aku mohon, mungkin ini untuk
terakhir kalinya. Dan tolong jangan gunakan bahasa seperti itu, kau tahu
sendiri aku membencinya.” Ucapnya sambil tetap memandangku lekat-lekat.
“Jongsohamnida, saya benar-benar
harus pergi sekarang. Dan bisakah anda melepaskan tangan saya?” Kataku masih
tetap menggunakan bahasa formal sambil berusaha melepaskan tanganku.
“Ani, sebelum kau mau berbicara
denganku.”
Tiba-tiba Siwon menarik tanganku
yang dipegang Kyuhyun dengan kuat, dia segera berdiri diantara aku dan Kyuhyun,
seakan dia ingin menyembunyikanku di belakang punggungnya.
“Harusnya kau mengalah saat seorang
wanita memintamu melepaskan tangannya dengan hormat. Tidak seharusnya kau
memaksanya, apalagi jika dia orang yang kau cintai.” Ucap Siwon sambil
memandang Kyuhyun dengan tajam.
Sekarang mereka berdua saling
memandang dengan pandangan marah. Aku tahu Kyuhyun sangat marah sekarang.
Dadanya tampak naik turun menahan amarah.
“Aku tidak memiliki urusan denganmu.
Minggir kau.” Katanya dengan kasar.
“Dia kekasihku sekarang, kau harus
berhadapan denganku kalau mau menyakitinya.”
Buuuk. Kyuhyun melayangkan
pukulannya ke wajah Siwon. Siwon jatuh ke lantai dan kulihat hidung dan sudut
bibirnya mengeluarkan darah.
“Oppa!” pekikku.
Aku berlutut dilantai dan memeluk
Siwon.
“Cukup Kyuhyun! Kau keterlaluan!”
Teriakku padanya.
“Aku ingin bicara denganmu.” Ucapnya
sambil memandang Siwon dengan penuh kebencian.
Aku ambil sapu tanganku dan
kubersihkan luka Siwon. Dia hanya mengernyit menahan sakit.
“Kau masuk ke mobil dulu. Aku mau
bicara dengannya.” Kataku padanya. Aku tahu Kyuhyun tidak akan pernah menyerah
sebelum dia mendapatkan apa yang dia inginkan.
“Ani.” Ucap Siwon
“Aku akan baik-baik saja, percayalah
padaku.” Aku membantu Siwon berdiri. Dia memandangku dengan ragu sejenak. Aku
mengangguk padanya. Lalu dia keluar dari ruangan.
“Ada apa?” tanyaku tanpa menatap
wajahnya.
“Apa kau masih mencintaiku?”
tanyanya.
“Ani.” Ucapku. Kepalaku menunduk
menyembunyikan wajahku. Dia pasti akan tau aku berbohong jika dia menatap
wajahku.
“Tatap aku Hae Jin. Apa kau masih
mencintaiku?” nada bicaranya semakin keras. Dia memegang daguku dan mengangkat
wajahku sehingga dia bisa menatap mataku.
“Apa kau masih mencintaiku?” dia
mengulang pertanyaannya. Aku hanya diam sambil menatap matanya. Percuma aku
mengelak, dia pasti tahu aku masih mencintainya hanya dengan menatap mataku.
“Kau tahu bagaimana gilanya aku
setelah kau pergi? Bagaimana aku menjadi rapuh tanpa kau disisiku? Aku
mencarimu sampai kesegala penjuru dunia Hae Jin! Tapi tak pernah sekalipun aku
berhasil menemuimu!” Ucapnya .
“Aku tidak bisa kehilangan dirimu
walau hanya sekejap Hae Jin. Aku sempat berfikir untuk mengakhiri hidupku, tapi
aku sadar jika aku mati aku tak bisa bertemu denganmu lagi. Kau ingat hal yang
paling aku takutkan di dunia ini apa?”
“Kematian.” Jawabku lirih.
“Wae?”
“Karena.. karena… karena kau takut
tidak bisa melihatku lagi.” Ucapku terbata. Air mata telah membasahi pipiku
sekarang, aku kembali teringat kenanganku saat bersamanya dulu.
“Aku telah menyerahkan segala
kekuranganku padamu Hae Jin, karena kau adalah kesempurnaanku. Dan saat kau
pergi aku menjadi gila.”
“Mianhae Kyuhyun, mianhae.” Ucapku
dengan tangisan yang semakin mengeras.
Kurasakan dia memelukku erat-erat.
Pelukan yang sudah hampir 2 tahun tidak aku rasakan. Aku pun membalas pelukan
eratnya. Aku ingin puas merasakan pelukannya untuk terakhir kalinya sebelum dia
benar-benar melupakanku dan kembali kepada Ae Jong dan anak mereka.
***
Kyuhyun’s
pov
Aku memeluknya seerat aku bisa.
Rinduku padanya sudah tidak terbendung lagi. Tidak kurasakan ada penolakan dari
dirinya. Dia memang masih sangat mencintaiku, sama seperti aku yang masih
mencintainya.
“Mianhae aku sudah membuatmu
menderita. Mianhae karena aku tidak bisa menolak pernikahan itu. Mianhae karena
kembali membuat kesalahan dengan menghamili Ae Jong. Mianhae Hae Jin, mianhae.”
Setetes air mata mengalir dipipiku.
“Bogoshipoyo.” Ucapku dengannya
secara bersamaan.
Aku terus mendekapnya erat-erat. Aku
ingin terus mendekapnya sampai hari ini berakhir. Tak ingin aku lepaskan lagi
pelukannya. Hae Jin terus menangis didadaku. Kemejaku telah basah oleh air
matanya.
Aku lepaskan pelukannya. Kulihat dia
masih menangis sesegukan sambil menunduk. Aku pegang dagunya dan aku angkat
wajahnya. Wajah Hae Jin memerah dan bekas air mata tampak jelas di pipinya.
Aku dekatkan wajahku ke wajahnya.
Mata Hae Jin terpejam. Ku sentuh bibirnya dengan bibirku, kucium dia dengan
penuh gairah. Kutumpahkan semua kerinduanku yang terpendam selama ini. Hae Jin
mendekap leherku erat-erat. Aku membelai punggungnya sambil terus menciuminya
dengan rakus. Sudah lama aku tidak merasakan dekapan dan ciumannya yang penuh
kehangatan.
***
Ae Jong’s
pov
“Dimana Tuan Cho Kyuhyun?” tanyaku
pada resepsionis di lobby gedung.
“Beliau baru selesai rapat dengan
Tuan Cho dan pihak dari perusahaan Hong di ruang rapat di lantai 4.” Kata
resepsionis itu.
“Gamsahamnida.”
Aku segera berjalan ke arah lift dan
naik ke lantai 4. Saat lift terbuka sekilas kulihat Siwon sedang menuruni
tangga menuju lantai dasar. Benar dugaanku kalau yang ingin Kyuhyun temui
adalah Hae Jin.
Aku berjalan di sepanjang lorong
mencari ruang rapat. Aku menemukan sebuah ruangan dengan pintu sedikit terbuka.
Aku dengar sebuah percakapan dari dalam sana. Aku melihat keadaan didalam dari
celah pintu yang terbuka.
Kyuhyun tampak sedang memegang kedua
bahu Hae Jin. Lampu ruangan yang terang didalam membuatku bisa melihat dengan
jelas mereka berdua.
“Aku tidak bisa kehilangan dirimu
walau hanya sekejap Hae Jin. Aku sempat berfikir untuk mengakhiri hidupku, tapi
aku sadar jika aku mati aku tak bisa bertemu denganmu lagi. Kau ingat hal yang
paling aku takutkan di dunia ini apa?” Kudengar suara Kyuhyun yang berat
menggema diseluruh penjuru ruangan itu.
“Kematian.” Kata Hae Jin.
“Wae?”
“Karena.. karena… karena kau takut
tidak bisa melihatku lagi.” Kulihat air mata Hae Jin mengalir di kedua pipinya.
Mendengar ucapannya hatiku terasa perih. Aku yang telah menyebabkan mereka
menjadi seperti ini.
“Aku telah menyerahkan segala
kekuranganku padamu Hae Jin, karena kau adalah kesempurnaanku. Dan saat kau
pergi aku menjadi gila.”
“Mianhae Kyu, mianhae.” Ucap Hae Jin
dengan tangisan yang semakin mengeras.
Kulihat Kyuhyun sudah memeluk Hae
Jin dengan erat. Aku bersandar pada dinding disebelah pintu. Aku tidak bisa
melihat mereka seperti ini. Hatiku terasa sakit. Sebenarnya aku tidak berhak
merasa seperti ini, karena bagaimanapun mereka saling mencintai. Dan dihati
Kyuhyun tidak ada sedikitpun rasa cinta untukku. Air mataku sudah mengalir
deras di kedua pipiku. Aku belai perutku yang membesar, kurasakan sebuah
gerakan dari dalam sana, seakan anakku ini tahu apa yang sedang terjadi saat
ini.
Aku kembali melihat keadaan didalam
ruangan itu. Hatiku mencelos saat kulihat Kyuhyun sedang mencium Hae Jin. Mereka
berciuman seakan sedang melepaskan rindu yang sudah tertahan selama ini.
Nafasku menjadi sesak melihatnya. Aku segera pergi dari tempat itu.
Aku meminta supir pribadiku untuk
mengantarku pulang. Aku akan memintai cerai dari Kyuhyun, aku tidak bisa membiarkan
mereka berdua menderita terlalu lama. Biarlah aku saja yang pergi dari
kehidupan mereka, karena memang aku yang menyebabkan mereka berpisah.
Tiba-tiba kurasakan sakit yang hebat
dari perutku. Rasa sakit ini lebih hebat dari yang biasanya aku rasakan. Lalu
aku merasakan ada sesuatu mengalir di antara paha dan betisku. Aku menunduk dan
melihat cairan merah sudah sedikit menggenanag di lantai mobil.
“Antarkan aku rumah sakit saja.”
Kataku pada supirku.
“Ne omonim. “ katanya.
***
Hae Jin’s
pov
Kyuhyun melepaskan ciumannya padaku.
Sepertinya dia memberiku kesempatan untuk bernafas. Kulihat dia tersenyum
padaku. Tangaku masih melingkar dilehernya. Dia kembali merengkuhku ke dalam
pelukannya yang hangat.
“Siapa Siwon? Benarkah dia
kekasihmu?” tanyanya sambil tetap memelukku.
“Dia Oppaku. Anak dari Appa Choi.”
“Appa Choi? Ah ne, orang yang
menikahi Ommamu?”
“Ne, kau masih mengingatnya?”
“Aku tidak pernah melupakan
sedikitpun setiap hal yang berhubungan denganmu. Saranghae Hae Jin.”
Tiba-tiba kudengar suara dering
ponsel yang nyaring menggema di ruangan itu. Kyuhyun melepas pelukannya dan
mengambil ponsel disaku celananya. Dia lihat layar ponselnya lalu menatapku
sejenak.
“Yeobose?” Ucapnya saat mengangkat
telepon.
“Mwo? Ne, aku kesana sekarang.”
Katanya dengan suara panik.
“Ada apa Kyu?” Aku heran melihatnya
panik setelah menerima telepon dari seseorang.
“Ae Jong. Dia ada dirumah sakit,
katanya dia akan melahirkan.”
“Mwo? Bukankah kehamilannya baru
berusia 7 bulan?” Aku kembali teringat ucapan dokter tempo hari tentang keadaan
Ae Jong.
“Kita harus kesana sekarang.” Ucap
Kyuhyun.
“Ne.”
***
Kami berlari disepanjang lorong
rumah sakit. Aku sudah menghubungi Siwon dan memintanya pulang lebih dulu
karena aku harus melihat keadaan Ae Jong bersama Kyuhyun.
Diluar ruang bersalin kulihat Tuan
Cho sudah duduk diruang tunggu.
“Bagaimana keadaannya Appa?” Tanya
Kyuhyun pada Tuan Cho.
“Appa juga tidak tahu. Katanya dia
seperti ini saat dalam perjalanan pulang dari kantor Appa mencarimu.”
Aku terperangah mendengar penjelasan
Tuan Cho. Jangan-jangan tadi Ae Jong melihat semua yang aku dan Kyuhyun lakukan
sehingga dia seperti ini. Aku menatap Kyuhyun yang juga tampak kaget.
“Permisi, adakah disini yang bernama
nona Hae Jin?” seorang perawat keluar dari ruangan itu.
“Saya Hae Jin, ada apa?”
“Nyonya Ae Jong terus memanggil nama
anda, dia meminta anda mendampinginya. Mari ikut saya masuk ke dalam.”
“Lalu suaminya?” tanyaku.
“Nyonya Ae Jong tidak berkenan untuk
didampingi suaminya, dia hanya meminta anda untuk mendampinginya.”
Aku menatap Kyuhyun dan Tuan Cho
bergantian, meminta persetujuan mereka.
“Masuklah dan temani Ae Jong.” Tuan
Cho menepuk bahuku dan menyuruhku masuk.
Aku segera mengikuti perawat itu
masuk ke dalam ruangan bersalin. Didalam dokter dan perawat tampak sibuk
berlari kesana kemari mengambil peralatan.
“Hae Jin.” Ae Jong memanggil namaku
dan melambaikan tangannya padaku. Aku raih dan genggam tangannya erat-erat.
Melihat keadaannya yang tampak pucat dan penuh keringat membuatku tidak tega.
“Bertahanlah Ae Jong. Kau harus kuat
demi anakmu dan Kyuhyun.” Kataku memberinya semangat.
“Aku sudah tahu semuanya. Mianhae,
aku membuatmu berpisah dengan Kyuhyun.” Ucap Ae Jong dengan nafas
tersengal-sengal.
“Ani, jangan bicara seperti itu.
Tidak usah kau pikirkan aku, yang terpenting sekarang kau dan anakmu selamat.”
Kudengar Dokter memberi perintah ke
pada Ae Jong. Perawat yang berdiri disamping Ae Jong mengulangi kata-kata
dokter tadi sambil menghapus peluh yang menetes di wajahnya.
Ae Jong seperti sudah kehilangan
kekuatannya, nafasnya makin terputus-putus, denyut jantungnya juga semakin
melemah. Dokter dan perawat pun saling berteriak memberikan pengarahan.
“Sekali lagi kau coba Ae Jong. Kau
harus selamat, aku mohon kuatlah.” Kataku sambil terus menggenggam tangan Ae
Jong.
Ae Jong tampak mengeluarkan sisa
tenaga terakhirnya. Bersamaan dengan teriakan tertahan Ae Jong, tangis bayi
terdengar nyaring. Seluruh perawat dan dokter didalam ruangan itu tersenyum
kepada kami dan mengucapkan selamat.
“Anak anda laki-laki Nyonya.” Kata
seorag Dokter sambil mengangkat bayi Ae Jong yang masih merah itu. Air mataku
menetes melihatnya.
“Bisa tolong panggilkan suaminya.”
Kataku pada seorang perawat. Tidak lama kemudian Kyuhyun berlari masuk
menghampiri Ae Jong dan menggenggam tangannya.
“Anak kita laki-laki.” Ucap Kyu
sambil sedikit tertawa kecil.
“Ne, dia pasti sangat mirip dirimu.”
Kata Ae Jong.
Seorang perawat menghampiri kami
bertiga dan menyerahkan bayi yang baru lahir itu ke dekapan Ae Jong. Bayi itu
hanya diselimuti selimut tebal berwarna biru.
Kyuhyun mencium kening Ae Jong lalu
menempelkan keningnya sendiri ke kening Ae Jong. Mereka tampak tertawa bahagia.
Kyuhyun membelai pipi bayi yang tampak merasa nyaman di dalam dekapan ibunya
itu hingga tertidur.
Aku hanya melihat mereka dengan
perasaan sedih bercampur senanga. Senang karena Ae Jong dan bayinya selamat,
dan sedih karena sekarang aku harus benar-benar menyerahkan laki-laki yang
paling aku cintai di dunia ini kepada wanita lain. Baru 15 menit yang lalu dia
masih menjadi milikku dan mendekapku, sekarang aku harus merelakannya. Kyuhyun
kecil telah hadir diantara mereka tidak sepantasnya lagi aku berdiri disini.
Aku putuskan untuk keluar dari
ruangan ini dan pulang kerumah. Namun saat aku membalikan badan dan hendak
melangkah pergi, sebuah tangan memegang pergelanganku.
“Jangan pergi.” Ucap Ae Jong dengan
parau.
“Aku harus pergi, tidak sepantasnya
aku berada disini sekarang.” Kataku padanya.
Tiba-tiba Ae Jong mengangkat bayi
dalam dekapannya dan mengulurkannya padaku. Aku hanya memandangnya dengan
heran. Ae Jong mengangguk padaku sambil tersenyum. Aku ambil bayi itu lalu aku
gendong dia. Kulihat wajahnya yang sedang tertidur, sangat mirip dengan
Kyuhyun.
“Rawat dia Hae Jin. Jadilah ibu
baginya.” Katanya dengan nafas yang kembali tersengal.
“Apa maksudmu Ae Jong?”
“Dokter pendarahan!” seru seorang
perawat. Semua dokter segera mendekat dan segera terjadi keributan, mereka
segera melakukan pertolongan untuk menghentikan pendarahan yang dialami Ae
Jong.
“Mianhae, karena aku kalian
berpisah. Berjanjilah padaku setelah ini kalian akan meneruskan kisah cinta
kalian berdua.” Ucap Ae Jong sambil meletakan tanganku tepat diatas tangan Kyuhyun.
“Apa yang kau katakan Ae Jong. Kau
harus bertahan.” Kata Kyuhyun padanya.
“Hae Jin, beri nama dia Cho Gi
Hyeon, seperti impian kalian berdua.” Ucap Ae Jong sambil memandangku. Matanya
semakin terlihat sayu. Aku hanya mengangguk. Aku sudah tidak bisa berkata-kata
lagi, hanya air mata yang mengalir deras di wajahku.
Genggaman tangan Ae Jong pada
tanganku melemah, matanyapun sudah tertutup sekarang. Bayi Gi Hyeon menangis
didalam pelukanku. Terdengar pula suara alat pendeteksi denyut jantung yang
berbunyi nyaring menandakan detak jantung telah berhenti.
“Ae Jong bangun. Kau tidak bisa
meninggalkanku seperti ini. Ae Jong bangun.” Kyu berteriak-teriak sambil
mengguncangkan bahu Ae jong yang sudah terdiam.
Aku menoleh kepada Dokter dan
perawat disekitar kami. Mereka menggelengkan kepala dengan wajah sedih. Air
mata semakin membanjiri wajahku. Selamat jalan Yoo Ae Jong, sahabatku. Kataku
dalam hati.
***
Kyuhyun didampingi ayahnya dan orang
tua Ae Jong berdiri ditepi makam Ae Jong. Jejak air mata masih terihat jelas di
wajah Kyuhyun. Aku berdiri dibarisan belakang keluarga Cho sambil menggendong
Gi Hyeon yang sedang tertidur pulas dalam dekapanku. Disebelahku berdiri Siwon
dan Na Ri.
“Kalau aku lihat lebih dekat Gi
Hyeon sangat mirip denganmu dan Kyuhyun, tidak ada sedikitpun bagian dari
dirinya yang mirip Ae Jong.” Bisik Na Ri di telingaku.
“Kau ini bicara apa! Ae Jong ibunya!
Tentu dia mirip Ae Jong.” Kataku sambil melotot kepada Na Ri.
“Tidak Hae Jin, yang dikatakan Na Ri
benar. Dia sangat mirip denganmu, lihat bibirnya, persis sepertimu, kalau
hidungnya persis seperti Kyuhyun.”
“Bagaimana mungkin, Ae Jong ibu
biologisnya. Kalian pernah belajar biologi tidak sih disekolah?” Kataku kesal
kepada mereka berdua. Tentu saja volume suara kami seperti orang sedang
berbisik-bisik.
“Mungkin Ae Jong dan Tuhan telah
membuat rencana ini untukmu dan Kyuhyun. Membuat Gi Hyeon mirip denganmu agar
dia benar-benar menjadi anakmu.” Ucap Siwon.
“Cinta itu takdir Hae Jin. Saat
takdir datang mendekat padamu, segalanya mungkin terjadi.” Na Ri menimpali.
Mungkinkah itu terjadi. Mungkinkah
ini rencanamu dan Tuhan, Ae Jong. Batinku sambil menengadah melihat langit.
Kerumunan orang mulai membubarkan
diri tanda upacara pemakaman telah selesai. Kulihat Kyuhyun berjalan
menghampiriku. Dia tersenyum kecil kepadaku, tapi aku masih bisa merasakan
kesedihan hatinya atas meninggalnya Ae Jong. Kyuhyun mencium keningku. Dia juga
mencium pipi Gi Hyeon yang masih pulas tertidur. Lalu dia memelukku erat.
***
Kyuhyun’s pov
Kulihat Hae Jin berjalan perlahan
didampingi ayahnya menghampiriku yang sudah berdiri di depan altar. Dia memakai
gaun pengantin berwarna putih dengan rambut coklatnya disanggul ke atas. Sebuah
tiara kecil pun menghiasi puncak kepalanya. Wajahnya yang tertutup cadar tipis
berwarna putih tampak sangat bahagia. 5 bulan setelah Ae Jong meninggal kami
memutuskan untuk menikah.
Tuan Hong menyerahkan tangan
putrinya yang terbalut sarung tangan satin kepadaku. Kugenggam tangannya erat
dan kami berbalik menghadap kepada pendeta. Pendeta itu menyampaikan khotbah
pernikahan kepada kami dan semua orang yang hadir di gereja itu.
Berkali-kali Hae Jin menoleh dan
tersenyum padaku. Setelah melewati berbagai rintangan dan sempat terpisah
selama hampir 2 tahun, kami kembali dipertemukan oleh Tuhan, dan disini,
ditempat ini kami akan mengikrarkan janji suci pernikahan kami.
Pendeta menyuruh kami saling
berhadapan dan mengucapkan janji pernikahan kami masing-masing.
“Saya, Cho Kyuhyun, menerimamu Hong
Hae Jin sebagai satu-satunya istriku mulai saat ini dan selamanya, dalam tawa,
tangis, derita maupun kebahagiaan. Aku berikan seluruh kekuranganku kepadamu
Hong Hae Jin untuk kau jadikan sempurna. Aku berjanji untuk selalu
menghormatimu dan selalu bersyukur atas rasa cintaku padamu yang akan terus
bertambah setiap harinya. Aku berjanji bahwa dalam kehidupan kami yang
selalu bersama, akan selalu ada kebenaran, tidak akan ada rahasia di
antara kami, tidak ada kegelapan, dan selalu ada cahaya sampai Tuhan memisahkan
kami dengan kematian.” Kuucapkan janji pernikahanku dengan lantang dan tanpa
keraguan sedikitpun.
***
Hae Jin’s
pov
Kutatap wajah Kyuhyun yang sedang
mengucapkan janji pernikahannya dengan lantang. Janji yang harus terus dia
tepati sampai kematian memisahkan kami berdua. Dia tampak tersenyum padaku
diakhir pengucapan janji pernikahannya.
Pendeta berkata sekarang giliranku
untuk mengucapkan janjiku.
“Saya, Hong Hae Jin, menerimamu Cho
Kyuhyun, sebagai satu-satunya suamiku, ayah dari anak-anakku mulai saat ini dan
selamanya, dalam tawa, tangis, derita maupun kebahagiaan. Selalu menumbuhkan
rasa cintaku menjadi lebih besar daripada hari yang telah lalu. Selalu siap
untuk mendampingimu dalam kegelapan dan cahaya, bersedia sebagai selimutmu,
kekasihmu dan teman terbaikmu sampai Tuhan memisahkan kami dengan kematian.”
Kuucapkan janji pernikahanku sambil menatap mata Kyuhyun lekat-lekat.
Kyuhyun meraih tangan kananku dan
memasangkan sebuah cincin emas yang berukirkan namanya ke jari manisku. Lalu
dia mengulurkan tangan kanannya untuk aku pasangi cincin yang sama dengan
ukiran namaku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar